07

2.9K 328 62
                                    

.
.
.
Warn: typo (s)

Keesokan harinya Taehyung terbangun dengan sekitaran matanya sembab, tangisnya baru bisa terhenti ketika ia termakan kantuk dan lelah.

Taehyung menangis dari kemarin siang setelah pertemuannya dengan pemuda Jeon. Benar-benar keluarkan hampir semua air matanya untuk waktu yang lama. Teriakan memanggil dari Jimin pun tak ia acuhkan. Pilih untuk kurung diri dalam kamar, makan malam juga ia tinggalkan.

Taehyung beranjak dari ranjangnya, langkah pelan ke arah kamar mandi. Masuk ke dalam bilik wastafel sekadar untuk gosok gigi dan mencuci wajahnya.

Setelah pastikan tampilannya sedikit lebih baik, dia putuskan untuk keluar ruangan.

Turun ke lantai bawah, di mana sudah terdapat sosok sahabatnya; nampak sedang sibuk dengan kegiatan dapur. Sedikit merubah raut wajahnya yang tadi keruh untuh nampak lebih segar terlihat. Pupuk dalam diri agar terlihat baik-baik saja dipantauan sang sahabat; Park Jimin.

"Pagi, Jim," sapa Taehyung. Yang ternyata cuma dibalas anggukan kepala oleh sosok pemuda Park itu.

"Duduk Taehyung, gue sudah buatkan sarapan." Jimin dengan lihai raih piring untuk wadah menu sarapan mereka.

Taehyung ngangguk pelan, lalu duduk di kursi depan pantry.

Sembari nunggu beberapa menit, tak lama dari itu masakan sudah matang. Jimin atur sarapan untuk Taehyung sesuai porsi yang sama dengannya.

"Makanlah, gue buat nasi goreng khusus lo," kata Jimin. Taehyung tanpa buang waktu lebih lama lagi segera makan dengan lahap. Puaskan perutnya yang memang dasarnya sudah sangat lapar sebab tak diisi nutrisi dari kemarin.

Beberapa menit benar-benar cuma ditemani hening, kecuali suara hasil dentingan sendok dan piring.

Selang beberapa menit kemudian, mereka selesai dari acara santap paginya.

Setelah habiskan satu gelas sedang berisi air putih, Jimin ucap tanya, "Lo kenapa kemarin?"

Taehyung hanya endikkan bahu acuh tak acuh. Dia sudah sedikit muak untuk bahas hal itu. Jadi memilih untuk tak buka mulut.

"Jawab, atau perlu gue datengin si Jeon itu langsung?!" suaranya berubah tegas. Dan, Taehyung tahu Jimin tidak pernah main-main kalau sudah berucap.

Pada akhirnya dia pasrah ngejawab, "Gila, gue benar-benar bisa gila kalau dia gitu terus."

Jimin kernyitkan kening bingung. "Maksud lo apa, Taehyung? Lo kalau ngomong yang jelas dong."

Taehyung hela napas berat sebelum kembali bukan suara. "Dia kemarin nanya tentang gimana perasaan gue pas sudah putus sama dia. Gila aja dia tanyain hal kayak gitu ke gue yang bahkan baru aja mau mulai lupain dia."

Jimin terkekeh sebentar sebelum nyaut, "Bajingan satu itu emang ngga punya rasa malu kayaknya. Terus lo jawab apa ke dia?"

"Akhirnya ya gue jawab kalau rasanya sakit, setelahnya gue pergi. Tapi dia ngga lepasin gue gitu aja, dia malah paksa untuk antar gue pulang." selama bercerita raut wajah Taehyung berubah-ubah; kesal lalu sendu. Buat sosok Jimin semakin penasaran apa kelanjutannya.

"Lalu?" Jimin tanya karena sahabatnya itu kasih jeda cukup panjang akibatkan ruang kembali sunyi beberpa saat.

Taehyung usaha kontrol penuh matanya yang kerasa makin panas, ingat gimana kejadian terakhir sebelum akhirnya dia pisah dari Jungkook kemarin siang. Sedang Jimin setia nungguin kelanjutan cerita.

Karena tak tahan, Jimin kembali angkat suara, "Taehyung, lanjutin!"

"Di dalam mobil kita ngga ada bicara apapun, dan pas sampai di parkiran bawah dia ngga cepat-cepat buka pintu mobilnya. Lalu...." Taehyung terus cerita walau bagian akhir dia gantung kembali.

EX BoyF... [KV] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang