Move

1.9K 41 2
                                    

"Daniel-ssi!" Daniel membalikkan tubuhnya menghadap seorang gadis bertubuh mungil tersebut. Pupil coklat terang, lekuk wajah bak porselen juga tubuh yang semampai ini menangkap perhatian Daniel untuk menikmati setiap momen istimewanya, "Kang Daniel!" Daniel tercengang saat mendapat tamparan keras tepat di pundaknya.

"Lagi melamun toh, bolehkan aku meminta ajarkan tarian ini."
Sigap mengangguk mantap apalagi tarian ini juga termasuk salah satu tarian favorit Daniel sekaligus lagu favoritnya. “Apa yang kau tidak bisa? Mungkin sedikit demi sedikit aku akan mengajarmu walau aku tidak terlalu pandai menari.” Senyuman cerah ditampilkan pada wajah Daniel sembari mengusap tengkuknya.

“Kau ini bahkan lebih pintar dariku, makanya aku memintamu untuk mengajariku. Bagaimana sih ih..” Keduanya terkekeh, namun selepasnya usai dengan cepat setelah sepasang ketukan indah dari luar sana kian menyapa bersama mereka. “Hari ini mentor akan melihat perkembangan tarian kalian, apa sudah siap? Loh hanya ada Daniel dan Sana? Kemana yang lain?” Keduanya menaikkan bahu serentak, dan berduduk di seberang sana menunggu teman yang lain. Sana yang kini tidak tahu ingin melakukan apa hanya bergerak tak jelas di samping Daniel, membuat lelaki tersebut berawal dari tatapannya menurun ke layar ponsel kini tertuju kepada Sana. Hanya ada cengiran khas dari si gadis, namun sedetik kemudian suasana mulai mencanggung.

“Argh membosankan sekali!” Gadis tersebut merengek kembali seraya meluncurkan kedua tangan dan tungkainya, lantas alat geraknya menyusut sesaat bertemu pandang dengan Daniel. Lelaki tersebut kini mengalihkan pandangannya beserta senyuman miringnya, begitu memikat hampir saja Sana salah tingkah lantaran pandangan manis dari si lelaki Kang ini. “Err.. Maaf aku mengganggumu lagi.” Sana segera bangkit dari tempat latihannya, menyingkirkan dirinya yang kini dipenuhi rasa kegabutan juga kebosanan tingkat tinggi. “Tidak apa-apa bahkan lebih baik kau disini menemaniku. Lagipula itu tidak mengangguku, kau boleh melakukan sesuka hati. Itu hakmu juga.” Suara baritonnya menggetarkan sanubari Sana sampai beberapa panggilan yang diterima tak sampai pada benaknya namun mampu mengedarkan lamunan yang sedaritadi melayangkan pikiran lain.

“Apa yang kau pikirkan? Duduk sini, kau bosan? Nah makan permen ini. Mungkin sebentar lagi kita akan pulang.” Sana hanya mengangguk lantas berikutnya menerima pemberian permen dari Daniel, memasukkannya dalam sekejap sembari mengemut; menyicip rasa dari permen tersebut.

“Kau menyukainya?” Daniel yang awalnya ingin menaikkan ranking pada permainan mobanya seketika teralihkan oleh si gadis berdarah sakura tersebut. “Eum ini sangat lezat terasa seperti apa ya aku tidak terlalu pandai menjelaskannya hihi. Yasudah ayo kita latihan lagi nanti dimarahi sama pelatih, aku sangat membencinya.” Sehabis cengiran ringan keluar dari bibir mungil membuat senyuman indah Daniel tampak pada wajah paripurnanya kini harus kandas; menghilang begitu saja setelah mendengar kalimat terakhir agar bersiap-siap kembali melatih pergerakan yang sudah mereka pelajari.

Sana mengikat tinggi rambutnya dengan pita hitam yang dimiliki, menampakkan leher jenjang putihnya yang menjadikan kedua manik harus tertuju secara cepat—bahkan sampai membulat sempurna. Tegukan sekali membuat sedikit lancar perjalanan air liurnya dalam kerongkongan, “Sudah siap Daniel-ssi? Aku akan memanggilmu dengan akhiran ssi ya, aku takut kalau kita dibicarakan nanti bahwa kita memiliki sebuah hubungan padahal nyatanya kau lebih memilih menjalin bersama kakakku.” Daniel kembali tersenyum namun kali ini terlihat sangat kikuk, “Tidak usah memanggilku secara formal seperti itu, apa saja panggilannya aku pasti akan menerima. Ya oke sekarang kita keluarkan kemampuan menari kita agar saat di panggung nanti terlihat seperti penari profesional.”

Alunan musik kini disiapkan, hampir memuncak pada bait pertama. Tangan kekar itu hampir menempel pada pinggang ramping Sana namun segera ditangkis oleh gerakan lain, gerakan demi gerakan ditarikan begitu sensual. Sementara kedua manik Daniel terlihat begitu jelas bahwa tersimpan sebuah hal mencurigakan disana, ia tak bisa menjelaskannya. Hampir saja menggila sehabis melihat solo dance Sana yang sengaja disediakan agar mereka bisa menjuarai kompetisi ini. Memang betul sudah tidak ada orang pada waktu sekarang, tetapi semua ini sangatlah berbahaya ditambah lagi gerakan di lantai yang menampakkan kain tipis membungkus pada bagian intimnya juga pakaian yang pendek dikenakannya.

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang