Bagian 4

6 8 2
                                    


"Hallo." jawab Fauzan ketika ada nada dering telepon.

"Lu, dmn?" tanya seseorang yang meneleponnya dengan to the point.

"Ini lagi diluar, emang kenapa?" jawab Fauzan dengan santai. Karena seingatnya ia tak memiliki janji dengan Ridwan.

"Hari ini lu tau kan kalau anak-anak latihan." balas Ridwan dengan nada sinis.

Lalu setelah itu sambungan terputus dengan sepihak. Fauzan menimang-nimang handphone yang ia pegang. Sungguh ia sangat lupa jika hari ini ada jadwal mengajar dengan Ridwan di SMP.

"Siapa, Sayang?"

"Ridwan. Aku lupa kalau hari ini ada jadwal latihan Pramuka."

"Terus gimana? Yaudah sekarang kamu berangkat gih. InsyaAllah masih keburu."

"Kamu gimana?"

"Zahra bisa pulang naik angkot."

"Jangan, mending kamu ikut dulu ke sekolahan. Gmn? Mau?"

Setelah beberapa detik Zahra berpikir. Ia menerima ajakan Fauzan.

Ini yang Zahra mau setelah sekian lama. Ikut latihan Pramuka dengan Fauzan. Biasanya Fauzan selalu melarang jika Zahra selalu ingin ikut. Katanya panas lah, nanti kamu capek lah, atau nanti kamu mati kebosanan lah. Banyak alasan yang membuat Fauzan tak mengijinkan aku untuk ikut dengannya.

Ini adalah kesempatan Zahra untuk ikut melihat mereka.

~~~

"Dek?" panggil Fauzan dengan berlari-lari. Ia sedikit menarik nafas karena menghirup dengan tidak teratur karena terburu-buru.

"Eh, Kak Fauzan? Baru datang?" ucap anak didik pramuka Fauzan.

"Iya nih, liat Kak Ridwan?" tanya Fauzan.

"Kak Ridwan masih di dalam Kak, tapi yang lain udah pada pulang." jawab anak didik pramuka yang satunya lagi.

"Oh iya makasih yah."

Fauzan lalu berlari lagi ke dalam aula sekolah tersebut. Hingga ia lupa jika Zahra masih ada di belakang dengan ikut berlari juga mencoba untuk mengsejajarkan langkah Fauzan yang begitu cepat dan lincah

Deru nafas Fauzan semakin tak beratur. Ia berdiri sejenak di pinggir lapangan yang terlihat sudah kosong dan sepi.

Hanya sisa anak-anak tadi yang masih menunggu jemputan di depan gerbang.

Fauzan mencari sosok seorang dengan indra penglihatannya. Namun hasilnya nihil. "Mungkin Ridwan sudah pulang lagi." pikir Fauzan.

"Jam seginih baru datang? Sibuk pacaran?" kata Ridwan dengan diiringi nada sinis.

"Ridwan, sorry gua lupa. Tadi gua ada acara dulu." jawab Fauzan.

"Acara pacaran?" sindir Ridwan lalu berjalan melewati Fauzan begitu saja.

Tepat di depan Zahra yang berada tak jauh dari tempat Fauzan berdiri, lalu Ridwan berhenti sejenak "Nanti kita perlu bicara." ucap Ridwan lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Terkadang yang sulit itu perasaan. Diri dengan siapa, tetapi hati berkata dengan siapa.

"Fauzan, aku harus pergi." kata Zahra lalu berlari keluar sekolahan dengan langsung menaiki angkutan umum.

"Zahraaa, tunggu!" teriak Fauzan yang tanpa dihiraukan oleh Zahra.

~~~

Fauzan bingung dengan keadaan sekarang. Saat berani berbuat, seharusnya ia juga berani untuk menanggung resikonya. Tapi Zahra sangat sulit untuk dibawa maju terbuka.

Selama ini Zahra seakan-akan menutupi semuanya tanpa ada rasa untuk mau terbuka. Bagaimana pun mereka harus saling jujur antata jalinan persahabatannya itu.

Terkadang sangat sulit bagi Fauzan untuk meluapkan keinginannya ketika Zahra sendiri pun masih bersikukuh dalam pendiriannya.

Akan kah suatu saat nanti hubungan yang ia sudah jalani dengan Zahra akan terbuka dengan teman-temannya atau harus berakhir dengan lebih mementingkan persahabatan mereka.

~~~

My Perfect Scout Coach (Tamat)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz