Rencana birthday

161 5 0
                                    

Fauzal,Defani dan Anton kini sedang berada di perjalanan menuju makam Dafa.Di perjalanan tidak ada yang bicara,hanya suara radio yang terdengar di mobil milik Fauzal ini.

"Masih lama?" tanya Anton yang duduk di kursi belakang Fauzal dan Defani.

"Bentar lagi," jawab Fauzal.

Setelah itu tidak ada lagi yang bicara, sampai tiba-tiba Fauzal menghentikan mobil nya.Fauzal dkk sekarang sudah sampai di tempat pemakaman Dafa.Mereka pun turun dari mobil, kemudian berjalan menuju makam Dafa.

Saat sudah dekat dengan makam Dafa,tiba-tiba Defani menyuruh Anton dan Fauzal berhenti berjalan.

"Kenapa?" tanya Fauzal heran.

"Itu ada Dea.Kita diem dulu di sini, mungkin Dea mau curhat sama Dafa, kalo kita ke sana kasian ntar gak jadi curhat nya," jelas Defani, sedangkan Fauzal dan Anton hanya mengangguk.

Dea terlihat sedang mengusap lembut batu nisan yang bertuliskan nama kakak nya,Dea kini sedang menangis.

"Hai abang,gimana kabar nya?Pasti baik kan.Bang Dea di suruh pindah lagi ke Jakarta bang,awal nya Dea gak mau karena kalo Dea pindah lagi ke Jakarta Dea suka inget abang terus. Bang tau gak?Masa Dea di suruh tinggal di rumah kak Fauzal,kan abang tau Fauzal itu saingan berat abang.Dia musuh abang kan,Dea yakin bang kak Uzal juga pasti kangen berantem sama abang.Bang Dea kangen sama abang,sejak abang gak ada gak ada yang jagain Dea bang, gak ada yang menghibur Dea juga bang.
Pokonya Dea kangen banget sama abang,Dea kangen pelukan abang,candaan abang juga i love you bang." Dea berbicara sambil terisak.

Defani dkk yang melihat Dea seperti itu tidak tega,Defani dkk pun menghampiri Dea.

"Sst....Dea jangan nangis," tiba-tiba Fauzal memeluk Dea dari samping.

"Eh musuh abang." Dea makin menangis di pelukan Fauzal.Fauzal menenangkan Dea dengan cara mengelus rambut nya halus.

"Stt...udah De kamu jangan gini terus dong,ikhlasin bang Dafa yah.Kak Uzal yakin dia pasti udah bahagia di sana," jelas Fauzal,Dea pun melepaskan pelukan nya kemudian tersenyum sambil menghapus air matanya.

"Udah jangan nangis lagi yah," kini Defani yang bicara,sedangkan Dea menjawab dengan anggukan.

"Kak Fani sama kak Uzal mau cerita kan sama abang,ayo cerita aja Dea mau dengerin," ujar Dea.

Dea berdiri, kemudian giliran Defani yang berjongkok dan mengelus nisan Dafa.

"Hey Daf,gimana kabar nya?Pasti baik kan.Eh Daf Fani mau cerita nih,Daf sekarang Fani kesel nya bukan ke Dafa lagi.Tapi sekarang Fani keselnya ke Anton Daf,dia selalu berantem mulu sama Fauzal.Fani aja pusing liat nya Daf." Defani berkata seperti itu sambil menangis.

"Udah jangan pada nangis mendingan sekarang kita baca Al-fatihah buat do'ain Dafa," jelas Fauzal yang di angguki Defani,Dea dan Anton."Al-Fatihah mulai,"intruksi Fauzal.Defani,Dea dan Anton pun menundukan kepalanya sambil membaca Al-Fatihah.

Setelah selesai berdo'a bersama, mereka memutuskan untuk pulang.
Dea juga ikut pulang dengan Fauzal dkk.

Di perjalanan tidak ada yang bicara mereka malah asyik dengan pikiran mereka masing-masing. Sehingga suara aneh terdengar oleh Defani.

"Zal,kamu laper yah?" tanya Defani, ketika mendengar perut Fauzal berbunyi.

"Iya,kirain Fani gak denger," ujar Fauzal sambil cengengesan.

"Fani denger lah,orang itu perut bunyi nya keras," ujar Defani sambil terkekeh.

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan, mobil Fauzal kembali hening.

Cinta Segitiga (End)Where stories live. Discover now