8. 2016 - Astrea Legenda

227 58 11
                                    

Gue diam, menikmati jam kosong di Jum'at pagi menjelang siang dengan cara bengong; nggak ngapa-ngapain, isi kepala kosong, pandangan asal, menguap sekali dua kali sambil menunggu stimulan sadar berupa bel pulang sekolah. Beberapa pertanyaan random muncul di benak gue. Seperti: aapa ya rahasia bumbu kacang tukang siomay depan sekolah? Enak. Teksturnya pas. Paduan kecap, saus dan sambalnya oke banget. Tambah satu telor, emh, gurih-gurih nyoi. Aduuhh, jadi pengin bakpia.

"Mey, ada yang nyariin." Untuk kedua kalinya, gue berambisi buat mencekik Dandi. Itu anak satu nggak bisa banget ya membiarkan gue tenggelam dalam kebengongan sebentar?

Lantaran posisi duduk gue di belakang pojok samping jendela dan posisi Dandi di luar kelas, gue menoleh. "Siapa?"

Tiba-tiba seorang cewek cantik mendekat.

Kak Mia! Cepat-cepat gue menegakkan badan. Muka kami hanya dibatasi teralis---kebetulan jendela kelas gue nggak dipasangi kaca. Sekilas dia jadi seperti kerabat yang sedang menjenguk narapidana.

"Mey, 'kan?" Dia tersenyum manis.

"Iya."

"Suka anime ya?"

Hah?

Gue loading. "Lu ... mayan?"

"Oh, yaudah." Trus dia balik lagi ke Dandi. Meninggalkan gue dalam kondisi bingung dan linglung.

Ini ceritanya tadi gue diwawancara? Tapi kok ditinggal?

Dan kenapa dia juga nggak noleh lagi? Kenapa dia bersikap seolah-olah barusan nggak terjadi apa-apa?!

Eh, maaf, ini maksudnya apa ya?

Gue udah mau melayangkan protes, namun urung mengingat dia kakak kelas. Jadilah gue duduk lagi. Mencoba menggali informasi tentang Kak Mia dari memori selentingan dan tindak-tanduknya yang pernah terekam netra serta telinga gue. Gue tahu dia adalah anak kelas sebelas. Anak IPA. Kelasnya di lantai dua, atas kelas gue sendiri. Terduga PMR karena pernah terlihat berjaga di belakang barisan upacara. Cakep, putih, sipit, ramah. Bukan jenis kakak kelas yang banyak tingkah atau tenar karena gosip. Yang jadi soal, ada masalah apa Kak Mia sampai sudi mencari gue? Ada salah apa gue sama dia?

Gara-gara Revan, 'kah?

Bukannya su'uzon, tapi gue yakin ini ada hubungannya sama si Mesum itu. Gue pernah bilang kan kalau gue nggak pernah terlibat huru-hara di SMA ini? Revan adalah skandal pertama gue di sini. Rasanya nggak berlebihan kalau gue sangkut-pautkan mereka berdua.

Gue jadi menebak-nebak sendiri. Bau-baunya Kak Mia ini suka deh sama Revan. Dia lagi didera rasa cemburu. Udah berharap bakal ditembak sama si Mesum itu, eh malah dengar kabar kalau Revan naksir seseorang. Lalu dengan kekuatan koneksi dan jaringan pertemanannya yang lebar, dia mencari tahu siapa cewek yang berhasil menggaet gebetannya itu. Yang mana adalah gue. Kemudian, setelah akhirnya dia berhasil menemui dan melihat wujud gue secara langsung, dia merasa lega setengah mampus.

Kok lega?

Ya iyalah! Lo nggak lihat gimana kelakuannya tadi? Udah tanya sesuatu yang nggak penting, belum ada tiga puluh detik tatap muka aja dia udah melengos! Dia nggak bertanya karena peduli ataupun menaruh simpati ke gue, melainkan karena penasaran. Secakep apa sih gue sampai bisa bikin gebetannya melirik? Se-oke apa? Begitu tahu ternyata level gue jauh di bawah dia, dia merasa menang.

Waw. Teori konspirasi yang sangat rasional. Gue jadi bete. Nggak bisa dipungkiri kalau ego gue sedikit tergores. Rasanya kayak lo lagi jalan-jalan sore dengan Astrea Legenda dan tiba-tiba digeber Kawasaki Ninja. Hanya karena lo menarik perhatian SPG rokok yang lagi mangkal.

Monosodium GlutamateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang