OO -PG2

6.3K 615 46
                                    

-i remind you; please jangan ada yang sider. Kalian tau kan gimana caranya buat menghargai seorang penulis?  :')

Then, happy reading!!

___________________________________

Seoul, Korea.

Hidup mewah, bebas dan mendapatkan apa saja yang diinginkan.

Sangat menyenangkan, bagi anak remaja yang cukup terbilang famous disekolahnya, sering mendapat nilai tertinggi dan menjadi kebanggaan papa nya.

Lee Haechan, Remaja 17 tahun. Tidak ada yang tau sisi tersembunyi dari laki-laki ini, ia ditakutkan bukan karna famous yang ia katakan sungguh bagus. Tapi karna Haechan adalah seorang pembully Teratas disekolahannya.

Tidak ada yang tau, dan tidak ada yang mau memberitahukan perilaku bejat haechan kepada guru ataupun orangtua haechan sendiri.

Papanya -Johnny adalah Seorang single parents yang sangat menyayangi sosok haechan. Baginya haechan adalah salah satu anugerah yang tuhan titipkan untuknya semenjak istrinya meninggal. Yah, walau bukan anak kandung.

Johnny adalah seorang donatur terkenal diperusahaannya, ia sudah banyak mendonasikan uang untuk banyaknya panti asuhan, sekolah dan lainnya.

Itu kenapa keluarga mereka sangat famous, walau dirumah mewah itu hanya ditinggali oleh johnny dan haechan serta beberapa asisten rumah tangga mereka.

Pagi itu, seperti biasa. Haechan itu sulit sekali untuk bangun, dan kalau bukan asistennya sudah pasti johnny yang turun tangan.

"HAECHAN BANGUN!" Teriak johnny tepat ditelinga anaknya itu. Yah, tidak ada pergerakan.

"LEE HAECHAN!" Kali ini suara johnny lebih kencang, juga ia menyebut nama lengkap haechan. Tentu saja itu membuat haechan langsung kicep dan terbangun walau harus mengumpulkan nyawa dulu.

"Pa! Bisa gak sih banguninnya dengan kasih sayang?!" Murkanya dipagi hari, ia menatap wajah papanya dengan datar. Membuat johnny tertawa.

"Hahahahah iya deh iya. Abisnya anak papa nggak bakal bangun kalo gak diteriakin. Tidur kok kayak orang mati" Johnny mengusak rambut haechan lalu berjalan keluar kamar, haechan disana hanya berdecih lalu kembali membaringkan dirinya.

Haechan sengaja menelatkan dirinya, sekolah itu sudah ia anggap rumahnya sendiri. Belajar gak belajar, dikelas dia malah tidur.

"Pagi paa" Haechan mengusak rambut johnny hingga sedikit berantakan.

"LEE HAECHAN?!" Johnny sedikit teriak, wajahnya masih tersenyum menatap anaknya itu penuh arti dan...dendam maybe?

"Pagi papa ganteng hehe" Haechan hanya duduk dengan wajah tanpa dosanya. Itu membuat johnny tidak bisa memarahi haechan entah kenapa.

"Besok-besok kalo dibangunin mba nya langsung bangun dong, capek tau papa terus yang bangunin" Johnny berkata sambil memotong sandwichnya, haechan hanya mengangguk masih fokus dengan makanannya.

"Jangan ngangguk aja, jawab kek. Pasti besok-besok masih dilakuin nih?!" Kesal johnny. Haechan terlihat menghela nafasnya,  siap untuk berbicara.

"Pa. Haechan tuh dah gede, bukan anak kecil yang harus dibangunin. Haechan bakal bangun, kalo haechan telat yaudah. Yang dihukum siapa? Haechan kan bukan papa?" Jelas haechan begitu santai. Sedangkan johnny hanya bisa menahan emosinya agar tidak marah.

"Hufftt, capek juga diomongin berkali-kali. Yaudah iya, haechan memang batu anaknya. Gak bisa dikasih tau, biar aja kalo kenapa-napa selesaiin sendiri" Ucap johnny acuh.

"Dih papa ngambek! Jangan dong, pasti uang jajan haechan dipotong nih? Jangan yah pa? Plis" Mata berbinar milik haechan sungguh adalah kelemahan johnny.

"Aarghhh!! Kenapa sih kamu tuh gak pernah bisa bikin papa marah?!" Johnny akhirnya berdiri dan sedikit membersihkan jas nya, haechan ikut berdiri sambil menyengir.

"Itu artinya papa sayang sama haechan" Ucapnya kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan papanya yang masih berusaha agar tidak memaki.

"Yaampun anak itu!" Johnny mengusap wajahnya frustasi lalu berjalan mengikuti haechan.

• • •

"HI JAEM! NJUN!" Sapa haechan saat sampai disekolah, dirinya lebih memilih untuk duduk dikantin saat pagi hari bersama jaemin dan renjun pastinya.

Mereka terbilang cukup dekat -oh bahkan mungkin sangat dekat?

"Eh aku denger ada anak baru dikelas kita. Apa kita mainin aja?" Haechan membuka pembicaraan.

"Yang bener chan? Ya terserah kamu sih. Aku tim ikut aja biar bisa jajan banyak lagi" Ucap jaemin santai.

"Pulang sekolah aja gimana??" Saran renjun, kedua lainnya mengangguk.

Mudah sekali, bersikap baik dan ramah, melempar senyum dan mengajak pria itu ketoilet.

"Eh bomin? Temenin aku ke toilet dong. Belum mau pulang kan?" Ajak haechan dan dengan polosnya bomin memgangguk. Sepertinya akan baik-baik saja, pikirnya.

Dan wushh....

Sampai ditoilet, jaemin dan renjun sudah menunggu.

Renjun menarik kasar tas bomin hingga sang empunya jatuh menabrak pintu toilet, dihamburkan juga isi tas milik bomin.

"Wah anak pintar, bukunya pelajaran semua ya? Apa bodoh? Oh iya harus ngulang pelajaran ya? Kasian" Haechan mengelus surai bomin pelan lalu menjambaknya.

"Bersenang-senang ya disekolah baru kamu!" Tegas haechan lalu tertawa, selanjutnya jaemin menumpahkan air campuran telur diseluruh tubuh bomin dari atas hingga bawah.

"Hahahahaha" Bahkan suara tawa pun mendengung disepinya sekolah. Bomin hanya bisa menangis dan terdiam.

Riwayatnya adalah, bomin terpaksa pindah kesekolah lain karna kasus pembullyan disekolahnya. Ternyata sama saja.

"Cabut yuk, pulang kerumah dengan selamat bomin. Oh iya ingat, jangan ngomong ke siapa pun atau..." Akhir haechan sambil mengeluarkan cutter lipat miliknya lalu menciptakan gaya menggerek leher membuat bomin rasanya ingin terus bungkam saja.


To Be Continue.

[A/n]
the next Part will officially come out at the end of the year, maybe 31 dec? if there are many interested people reading it. Jangan lupa votementnya kawan!!

so, should it continue?

Coming Home ㅡLee HaechanWhere stories live. Discover now