aku setuju, tujuh.

1.3K 267 24
                                    

pagi itu, matahari enggan menampilkan cahayanya lama-lama. belum jam 7 eh hujan udah menyerang. langit tiba-tiba pundung, mendung dia. nana jadi bingung mau berangkat sama siapa, tapi, gak kehabisan akal, nana chat mas tetangga sebelah.

mas tetangga

mas |
udah pergi? |
06.38














nana menatap langit yang mulai menyuarakan suasana hatinya kemarin waktu ngeliat kak sadya dan kak ceri pulang bareng untuk kesekian kali —walau setiap hari juga pulang bareng. petir dimana-mana, tapi haidar selalu mampir dipikiran namira.

kepikiran ucapan haidar kemarin.

yang katanya, "mending lo naksir gue. jangan galakin gue lagi."

kayanya bercandaan, tapi nana kepikiran nya sampai sekarang. wah, gila. haidar jago juga bikin anak orang jadi segini kepikirannya. nana masih bengong, waktu suara klakson motor kedengaran di pelantaran.

matanya menelisik lewat celah pagar besi, oh, mas tetangga. pagar dibukakan. karena masih jam segini, apa salahnya menyambut sebelum hujan makin lebat? walau udah rapih, sih.

"gila dah lu sampe ujan-ujanan demi gua apa?" tanya nana, ngambil helm si pemuda di samping tanpa perintah. terus sama nana disuruh duduk, dia duduk disana.

"ini semua demi nyai,"

"dangdut."

kemudian mereka hanyut sama obrolan tentang gimana sekolah dan sebagainya. nana terlalu malas membahas tapi sebenarnya banyak yang bisa dibagi, selagi ada yang bertanya kenapa tidak? sebenarnya, nana tipikal orang yang senang ditanya.

apalagi untuk membagikan momen-momen setiap detik kehidupannya. kaya, ada yang spesial aja gitu. dan nana selalu ditanya sama satu orang ini. "udah reda nih, dah jam segini juga. jalan jangan?"

"ayok cabut."













padahal, hp nana daritadi nyala karena ada pesan masuk. dari haidar.

haidar
mau berangkat bareng gak? (1)





























sampai di sekolah dengan keadaan setengah basah, si tetangga langsung melebur ke tangga, kelasnya ada di lantai tiga dan nana cuma lantai satu. dia masuk ke kelas sembari nenteng sepatu dan kaus kaki, rambutnya basah begitupun rok abunya.

"buset, kaya hamster abis disirem lu," tau betul suara siapa, nana diem aja. daripada pagi-pagi ribut.

gadis itu berhamburan ke kursinya dan nara, menaruh tas sembarang kemudian merapatkan jaket ke tubuh. dingin banget sinting.

"haidar tolong matiin kipasnya dong," kata nana. pagi itu, nana lagi mode kalem karena kedinginan adalah salah satu kelemahannya.

"males ah."

nana berdecak, bangun sendiri buat matiin kipas angin dan duduk kembali. tubuhnya menggigil hebat, haidar sebenarnya daritadi menatap dari ujung penglihatan.

"nih nih nanti lu mati kedinginan, lagi,"

haidar.

datang dengan tangan mengulurkan hoodie kering. nana menatap dalam diam, ke hoodienya, kemudian ke haidar. alisnya mengerut, otaknya berkerut hebat menyadari ada yang salah sama haidar.

"pake aja sih???? lama bener lu????"

buru-buru diambil hoodienya sebelum haidar menarik kembali. nana senyum lebar, makasih haidaaaar. gitu katanya dalam hati, haidar bisa liat cuma dari senyuman yang belum pernah haidar liat sejauh ini.

"dar nanti bangunin kalo udah banyak orang, gue mau balikin nanti di ceng-cengin,"

haidar mengangkat bahunya, "takut amat lu."

padahal maunya ya diledekin juga gak papa sih gua????

kemudian nana tidur.

haidar bangkit, mematikan satu kipas lagi yang mengarah ke nana. bego, ya masih dingin lah nanti.

namun sebenarnya, nana agaknya sedikit gak enak hati seusai melihat notifikasi chat dari haidar, yang setelah dibuka, malah di unsent. aduh gak enak, tapi haidar malah ngasih dia hoodienya. yaudah lah ya, kesurupan kali haidar pagi ini.

𝐡𝐚𝐢𝐝𝐚𝐫.Where stories live. Discover now