Part 12

18.2K 1.7K 137
                                    

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it.

---MPB---

Author pov.

Alisha melangkah kan kakinya cepat keluar dari rumah tua bangka itu. Dia tidak menangis, hanya merasa sakit.

Hatinya sakit.

Alisha tak pernah ingin membentak wanita paruh baya itu, Alisha hanya membenci wanita itu karna terlalu baik padanya. Alisha tak butuh itu karna ia begitu membenci wanita itu. Keluarganya. Tua bangka itu. Tapi kenapa wanita itu masih begitu baik padanya, merasa bersalah karna keluarga wanita itu penyebab kematian ibunya kah ?

Mungkin saja.

Alisha mengusap sudut bibirnya, tamparan tua bangka itu mampu merobek sudut bibirnya. Pipinya mungkin saja bengkak sekarang. Langkah kakinya menjadi lambat setelah keluar dari gerbang rumah mewah itu. Tanpa tujuan, tanpa kendaraan, tak ada uang untuk naik kendaraan umum atau taksi, tak ada ponsel untuk bisa menghubungi Gina. Karna kedatangannya kesini diseret oleh bodyguard tua bangka itu.

Rumahnya begitu jauh dari sini jika di lalui dengan jalan kaki, restorannya juga jauh tapi masih mampu Alisha jangkau jika di lewati dengan jalan kaki tapi ia tak membawa kuncinya. Lalu ia berjalan, dengan penampilan yang berantakan, rambutnya yang kusut, sudut bibir yang robek dan pipi yang bengkak. Tapi ia masih memasang wajah angkuhnya. Mata dingin itu mampu mengintimidasi siapapun yang berani menatapnya.

Sudah menjelang malam, kakinya mulai lelah berjalan, perutnya terasa lapar. Lalu ia memilih duduk di sebuah bangku di area taman pusat kota yang cukup ramai malam itu. Taman ini mengingatkannya pada gadis itu, mereka pernah bertemu di taman ini sebelumnya.

Lagipula tak mungkin jika ia benar-benar menuju rumahnya.

Kau tau, pria yang menyelingkuhimu akan menempatkan mu jauh dari rumah resminya. Jadi begitulah, rumahnya sangat jauh jika ditempuh begitu saja dari rumah tua bangka itu.

Alisha dikagetkan dengan seekor anak kucing yang mengusapkan tubuhnya di kaki Alisha, lalu mengeong pelan. Alisha tak begitu menyukai hewan, karna pakaiannya akan kotor terkena bulu mereka yang menempel. Tapi kali ini Alisha membiarkannya saja. Mungkin kucing malang itu kehilangan ibunya sama seperti dirinya.

Alisha menyisir rambutnya kebelakang, setelahnya ia bersandar pada bangku itu. Menutup matanya perlahan.

Ia lelah. Hari yang berat baginya untuk di lalui sendirian.

Suara mengeong kucing itu menghilang, juga usapan pada kakinya. Mungkin kucing itu putus asa karna kelaparan, lalu memilih pergi. Alisha sudah biasa di tinggalkan.

"Anak kucing yang manis, makan yang banyak ya." Suara perempuan yang berusaha di imut-imutkan.

Alisha membuka matanya, mendapati sesosok perempuan dengan riangnya mengelus anak kucing yang tengah makan itu. Ia menjadi ikut lapar. Ia tak bisa melihat perempuan itu karna tertutupi oleh rambutnya. Alisha hanya menatapnya saja, perempuan itu sesekali berbicara dengan anak kucing itu, lalu tertawa kecil.

Alisha mengabaikannya kembali, menggeser sedikit tempat duduknya agak lebih ke ujung. Lalu kembali menutup matanya. Ia tak takut dicuri karna memang tidak akan ada yang bisa di curi darinya.

Alisha merasakan seseorang yang lain tengah duduk di satu bangku yang sama dengannya. Lalu tak lama pipinya di sentuh oleh orang lain, Alisha segera menepis tangan itu dengan kuat. Lalu membuka matanya dan menatap orang itu.

Gadis itu.

"Apa yang terjadi dengan pipi anda?" tanyanya.

"Bukan urusanmu,"

My Perfectionist Boss (GxG)Where stories live. Discover now