Part 27

14K 1.2K 37
                                    

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it.

---MPB---

Author pov.



Segalanya berubah, bahkan hanya dalam sekejap mata. Tak ada lagi sapa, tak ada lagi tawa, semuanya kembali mendingin. Alisha menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kebesarannya. Memejamkan matanya, kepalanya sakit dan berdenyut, ia lelah. Sudah berapa hari ia bahkan tidak pulang, tak ingin ada di rumah yang walau sebentar kenangannya masih ada disana. 

Gadis itu memilih mengundurkan diri dari sana, padahal Alisha berharap masih bisa melihat gadis itu sekalipun tak lagi bersama. Tapi kenyataannya tak bisa begitu. Jalan mereka sudah masing-masing, sekarang harus apa dia.

Gadis itu berjanji menjadi langit yang akan selalu memeluk bahkan disaat tak ada sedikit pun cahaya. Tapi bukan salah gadis itu jika memang dia pergi dan langit runtuh, Alisha yang menolak di peluk disaat dirinya tak bercahaya.

Lalu bagaimana dengan janjinya yang akan menjadi siang dan malam, nyatanya ia sendiri yang tak mampu menjadi seperti itu. Hanya bualan dan omong kosong semata.

Ia berdiri, melangkah menuju kaca yang menampakkan pemandangan luar. Matanya menatap lurus, helaan nafas beratnya terus keluar. Sudah sore, jalanan itu menjadi macet. Padahal jalan itu cukup lebar, suara klakson sesekali berbunyi nyaring, manusia-manusia yang tidak sabaran.

Matanya terus menatap, sampai tak sengaja menangkap sosok yang ia kenali, tengah berdiri di seberang sana. Apakah Alisha berhalusinasi?

Sosok itu hanya menatap lurus keseberang sini, dengan kedua tangan yang di masukkan kedalam saku jaketnya, ia hanya berdiri disana selama beberapa saat, lalu berjalan menjauh dengan menunduk. Apakah itu benar-benar dia?

Belakangan Alisha menjadi sering berhalusinasi, melihat gadis itu dimana-mana. Mungkin dia kelelahan. Ia memilih berjalan ke sofa dan merebahkan dirinya disana. Sebelah tangannya di gunakan untuk menutup matanya.

Segalanya tak jadi lebih baik setelah ia memilih, tapi tak begitu buruk juga. Mungkin memang melepaskan gadis itu adalah yang terbaik, ia juga takut jika saja tua bangka itu menyakiti gadis itu.

Aruna.

Bolehkah masih menyimpan rindu?

Suara pintu yang di buka dan di tutup tak di hiraukan oleh Alisha. Ia terlalu lelah, bahkan untuk sekedar melihat siapa itu.

"Al, kamu tidur disini lagi?" tanya suara itu. Pasti itu adalah Gina, Alisha hanya bergumam sebagai jawaban.

"Setidaknya hari ini, ayo sedikit ceria Al,"

"Hari apapun sama saja,"

"Ayo makan malam bersama, hm?"

"Tidak,"

"Ck, ayolah Al," Gina berdecak kesal. Lalu melemparkan kotak kecil ke atas perut Alisha.

Alisha membuka matanya, menyingkirkan tangannya dari atas matanya. Melirik kotak yang ada di perutnya.

"Apa ini?"

"Hadiah,"

"Ambil kembali,"

"Itu ku berikan untukmu, tidak ada pengembalian," Alisha menghela nafasnya, ia bahkan terlalu lelah untuk berdebat. Ia mengambil kotak itu.

"Hadiah untuk apa ini?

"Ulang tahun,"

"Aku bahkan tidak ingat,"

My Perfectionist Boss (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang