Evidences

1.8K 285 26
                                    

00:55

"Pak Jenderal percaya pada saya?" Seonghwa tak memercayainya.

"Di antara prajurit-prajurit lain, talentamu paling mencolok," jelasnya. "Walaupun kamu hanya sesekali datang ke markas, tapi kamu mencuri perhatian saya untuk tetap mempertahankan kamu di sini. Saya juga memutuskan untuk melibatkanmu dalam kasus yang dibuka kembali ini."

Jeonghan mendengus dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. Saya mohon maaf sebesar-besarnya, pak. Saya tidak akan mengizinkan Seonghwa ikut campur dalam kasus ini. Cukup saya dan Mingi saja yang trauma, saya tidak akan membiarkan Seonghwa mengalaminya," jemari Jeonghan tidak bisa diam.

"Tetapi bukankah pelaut handal dihasilkan oleh laut yang bergelora, kolonel?" Jenderal tersenyum tipis. "Kau dan Mingi bisa menjadi sehebat ini dalam usia muda bukankah karena misi-misi yang diberikan pada kalian adalah misi yang sulit? Yang kata teman-teman seumur kalian, tidak mungkin?"

Jeonghan dan Mingi terdiam. Mereka saling bertukar pandangan. "Saya mengerti, pak. Saya bisa mengerti pendapat bapak dan Kolonel Yoon," Mingi buka suara. "Saya mengerti bapak ingin melihat kami sukses. Saya mengerti betapa besar kebanggaan bapak saat melihat kami dilantik beberapa tahun lalu. Saya mengerti kebanggaan bapak sebagai mentor kami di saat kami masih prajurit kemudian melihat kami sebagai anak didik yang berhasil. Saya mengerti bapak ingin melihat kalau Kolonel Yoon bisa sesukses bapak dalam mendidik anak buahnya."

Mingi menoleh pada Jeonghan yang sudah menggigit pelan bibirnya. "Tetapi di sini kolonel sedang tidak berperan sebagai Kolonel Yoon, melainkan sebagai Kak Jeonghan. Saya mengerti ia sangat keberatan bila sepupunya harus mengalami ketakutan yang kami alami dahulu, saat menuntaskan kasus Midstar. Itu naluri seorang kakak, ia tidak ingin adiknya mengalami ketakutan yang ia alami dulu. That scarred us for life, seeing our comrades slaughtered one by one," Mingi menghembuskan napasnya berat. Mereka semua terdiam. Apa yang dikatakan Mingi ada benarnya.

"Kak Jeonghan..." ucap Seonghwa lembut lalu menggenggam tangan kakak sepupunya. "Jenderal sudah percaya padaku. Aku yakin ia tidak sembarangan memberi kepercayaannya. I know my worth. Aku harus menunjukkan pada Jenderal kalau aku memang mampu mengemban tugas ini. Aku harus tunjukkan kalau aku tidak akan mengecewakan Jenderal dan kakak. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya dulu terjadi pada kakak dan Kak Mingi saat melakukan tugas ini, tetapi apapun risikonya, aku sudah siap. Aku tidak mungkin sampai di sini jika bukan karena kalian yang mendorongku."

"Seonghwa..." lirih Jeonghan. "Ya sudah, terserah. Kalau kau yakin kau mampu, aku tidak bisa menghalangimu," ia mengusap matanya yang mulai berair. "Yang jelas aku tidak akan membiarkanmu terjun sendiri. Mau tidak mau, aku harus berurusan lagi dengan curut-curut sial ini. Kau ikut, teman?"

Mingi tergelak, "ya sudahlah. Apa mau dikata? Lebih baik kita bereskan hingga tuntas. Pada akhirnya, perintah adalah perintah, harus diikuti apapun itu, benar?"

00:35

Jegrek!

Mereka bertiga menoleh bersamaan ketika pintu ruangan itu terbuka lebar. Seorang pria paruh baya berjas hitam memasuki ruangan itu didampingi seorang pria berseragam militer dan beberapa pria berpakaian gelap. Jenderal yang tadi di ruangan itu bangkit berdiri dan memberi hormat pada mereka, bersamaan dengan tiga anak buahnya.

"Pak Presiden, Pak Menteri."

"Bagaimana hasilnya?"

"Mereka setuju," Jenderal tersenyum. "Saya berhasil mendorong mereka untuk mengurus kasus ini."

"Bagus," presiden itu duduk di salah satu kursi di sana.

"Silakan jelaskan perintah selanjutnya, pak."

Seorang penjaga di sana membawakan sebuah tas punggung hitam, sesudah diberi kode oleh presiden, dan menaruhnya di atas meja kerja Jeonghan. Jeonghan membuka tas itu dengan cepat, mengambil keluar beberapa map kertas.

"Coba bongkar tasnya, Letnan. Saya mau membaca isi map-map ini."

Mingi membuka tas itu lebih lebar. Mengambil keluar beberapa barang di dalamnya. Sebuah botol berisi cairan kekuningan, sebuah alat perekam, dan sebuah dompet. Ia mengamati barang-barang itu. "Huh, dapat dari mana barang-barang ini, pak?" tanya Mingi sambil membuka botol itu. Ia mengernyit ketika bau tajam menguar dari dalam botol. "Bensin?"

"Kami berhasil menangkap salah seorang bagian Midstar. Sayangnya, ia menembak dirinya sendiri saat kami akan menahannya. Tas ini sepertinya miliknya."

Seonghwa, yang sedikit penasaran, mengambil tas itu, "boleh saya lihat-lihat?" Jeonghan hanya mengangguk sambil matanya tetap membaca berkas-berkas di tangannya. Tas itu terasa sedikit berat. Bukankah tas itu sudah dikosongkan sebelumnya, batin Seonghwa. Ia membalikkan tas itu dan mengguncangnya berulang kali. Tidak ada barang apapun keluar dari dalam tas itu. Matanya tertarik ketika menemukan sebuah tambalan yang dijahit asal di bagian bawah tas itu. Ia menariknya, mencoba membukanya.

"Kenapa bisa ada bensin di dalam tas orang itu?" tanya Mingi. Ia menutup botol itu dan menaruhnya di atas meja Jeonghan. "Aku rasa itu bukan bukti yang penting. Tolong masukkan dompet itu ke dalam brankasku," ucap Jeonghan. Mingi mengambil dompet yang ia temukan lalu membuka brankas milik Jeonghan. Kodenya? Jeonghan sudah pernah memberitahunya.

"Ini, tolong masukkan juga berkas-berkas ini," Jeonghan menyodorkan map-map yang tadi ia baca.

"Mari kita putar isi alat perekam ini," Mingi menekan tombol putar di alat perekam sesudah ia meletakkan map dan dompet yang mereka dapat ke dalam brankas Jeonghan dan menguncinya.

'Hehe.... kejutan, keparat.'

"Hah? Hanya itu saja?" presiden menggaruk pelipisnya. Mingi bahkan mengulangnya beberapa kali, tidak percaya pesan dari perekam itu terlalu singkat. Di sisi lain, Jeonghan hanya mengernyit.

Sraak!

"Kenapa kau merobek tasnya, Seonghwa?" Jeonghan terkejut ketika suara robekan tas itu didengarnya. Seonghwa mematung sambil tangannya bergetar. Jeonghan menghampirinya dan matanya melebar. Ruangan itu terasa mencekam.




00:20






00:15



"Keluar dari sini! Ini bom!"

00:10





TBC~~~

Suprise update gaiisss!! Karena besok gaada PR HURAAAAAAA🎊🎊

Apa kabar kalian hari ini?

Bagaimana sejauh ini?

Selanjutnya, Fuu bakal apdet tiap Sabtu aja untuk buku ini. Hari Seninnya? Liat aja ntar lah:)

fuu.

AmmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang