Getting Closer

1.2K 198 100
                                    

Telepon di meja kerjanya berdering. Lelaki yang sedang membaca beberapa kertas itu menoleh lalu mengangkatnya.

"Selamat siang."

"Tuan Seungcheol."

Matanya melebar. Ah, ada apa ia dihubungi siang bolong begini? "Tuan Ra. Ada yang bisa saya bantu?"

Suara di seberang sana begitu lembut dan manis, bagaikan dilapis madu. Namun Seungcheol berusaha untuk tidak terbuai. Ia berbicara dengan orang yang berbahaya.

"Maksud Anda apa? Maaf, saya kurang paham," ia mengernyit.

Sebuah kekehan sinis terdengar dari seberang teleponnya, "kau tidak ingin aset kita hilang bukan? Aset miliaranmu itu."

Seungcheol tidak membalasnya.

"Jangan pernah lepaskan matamu dari anak-anakmu, terutama Hongjoong. Dia penuh dengan kejutan."

"Saya tahu. Saya sudah usahakan."

"Harus. Jangan sampai ia jatuh ke tangan musuh, hanya karena masalah remeh seperti cinta. Kau tidak ingin anakmu jatuh di lubang yang sama sepertimu kan?"

Seungcheol menelan kasar salivanya, "dari mana Anda tahu semuanya?" Suara di seberangnya terlalu manis, hingga membuatnya bertekuk lutut.

Sebuah tawa manis namun kejam menyahut, "aku tahu banyak, segalanya mungkin. Bagai entitas Tritunggal yang menyelubungi setiap sudut kehidupan Manusia."

Panggilan pun terputus. Seungcheol memijat pangkal hidungnya sambil mengatur napasnya. Kepalanya berdenyut.

"Dasar Hongjoong... Kau membuatku migrain saja."

••••••

Tok! Tok!

"Humph?!" Seonghwa terbangun dari tidurnya ketika mejanya diketuk. Ya, ia ketiduran di pelajaran matematika dan tidak ada yang peduli hingga jam istirahat datang.

"Ayo bangun, tidurnya di rumah, bukan di kelas."

"Apa sih, Joong? Ngantuk tahu!"

Seonghwa mengerang sebal ketika Hongjoong mencubit pipi gembilnya. "Lepasin iiihhh, ganggu..."

"Gak. Bangun dulu."

"Iya iya," Seonghwa membenarkan posisi duduknya lalu mengusap kedua mata sayunya. "Udah bangun, nih. Ngapain ke sini?"

"Gak apa-apa," balas Hongjoong. "Emang gak boleh? Lagi jam istirahat juga kok."

"Nanti curiga--


"Kalian pacaran?"

"Yeosang?" Seonghwa menoleh ke sumber suara. Seorang lelaki manis berdiri di ambang pintu kelas. "Nggak kok. Dianya aja kebetulan ke sini, gue baru bangun tidur," jelas Seonghwa. "Wooyoung dan Yunho lagi ke kantin kayaknya, makanya gue sendiri di kelas."

"Oh."

Seonghwa mengernyit ketika melihat Yeosang meninggalkan mereka berdua begitu saja. Tidak biasanya.

"Kalian lagi ada masalah?"

"Nggak kok, Joong," Seonghwa masih menatap pintu kelas. "Beberapa minggu ke belakang masih sering ketawa bareng."

"Bukan gara-gara aku kan?"

"Nggak lah!" bantah Seonghwa. "Ya masa tiba-tiba karena kamu sih, beb."

Hongjoong menatap Seonghwa dengan seribu pertanyaan siap meluncur.

"SUMPAH ITU KECEPLOSAN!!" wajah Seonghwa memerah seluruhnya sambil ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. "AKU BERANI SUMPAH DEMI TUHAN!"

Ammoحيث تعيش القصص. اكتشف الآن