Chapter 17. Rumah Sayap

65 11 4
                                    


Mendengar biaya pendaftaran yang sebegitu besar, beberapa orang yang antri di belakang Adam sedikit pucat. Mereka membatin dalam hati, sial sekali anak ini, salah apa dia hingga membuatnya ditekan seperti itu.

Adam pun semakin geram, namun dia hanya bisa diam sesaat.

Tanpa berkata kata, dia pun membalikkan badan. Adam berjalan meninggalkan tempat itu.

Sebenarnya Adam masih mampu untuk membayar biaya pendaftaran sebesar itu. Tapi dia akan kesulitan untuk membiayai kehidupannya sehari hari. Belum lagi nanti biaya lain lain apabila dia diterima di Sekte Awan Hitam. Walaupun apabila dia mendapat beasiswa pun, dengan adanya si remaja bernama Ed itu, pasti nanti dia akan ditekan dari berbagai sudut, hidupnya tidak akan tenang.

Melihat Adam meninggalkan booth Sekte Awan Hitam, si remaja bernama Ed hanya tersenyum sinis. Terlintas sesuatu di pikirannya, dia pun kemudian memanggil seseorang murid lain, lalu membisikinya. Murid itu tersenyum, lalu berlalu pergi entah kemana.

Adam langsung berjalan menuju ke booth Peguruan Tapak Macan.

Setelah lama mengantri, tiba gilirannya. Seorang remaja berpakaian serba loreng menjaga di depan meja pendaftaran.

"Sebutkan nama, umur, dan tingkat kekuatan!"

"Nama saya Adam Sanjaya, empat belas tahun, tingkat lima indera fase pendengaran."

"Owh, kamu Adam Sanjaya! Kekuatanmu tidak cukup untuk bisa masuk ke perguruan kami." Ujar si penjaga booth.

"Haaa? Tapi di brosur pendaftaran ini tertulis kalau syaratnya hanya di fase pertama!" Protes Adam.

"Itu untuk yang usia dibawah empat belas tahun. Selebihnya minimal harus mencapai fase ketiga."

"Huft!" Adam hanya bisa menghela nafas. Dia pun berbalik arah, keluar dari booth itu.

Masuk ke booth Sekolah Beladiri Umum pun Adam ditolak. Alasannya lebih gila lagi, hanya karena dia tidak memiliki latar belakang yang jelas maka dia ditolak.

Disini Adam mulai curiga, kenapa dia selalu ditolak untuk masuk ke sekolah sekolah itu.

Adam mendaftar ke sekolah ke empat, Kuil Merah. Disana hanya ada beberapa orang yang tengah mengantri, jadi tidak cukup lama dia menunggu.

"Hmm... Maaf, anda bukan dari etnis Tionghoa. Sekolah kami hanya khusus untuk etnis Tionghoa. Selanjutnya!"

"..."

"Apa apaan ini! Sejak kapan ada aturan seperti itu?" Batin Adam.

Tanpa berlama lama, Adam pun hendak berbalik arah saat dia melihat sekilas seorang remaja keluar dari booth Kuil Merah.

"Hei! Anak itu kan yang tadi ada di booth Sekte Awan Hitam. Bukannya dia murid Sekte Awan Hitam? Aaah aku tahu sekarang!" Batinnya lagi.

Kecurigaan Adan pun semakin kuat melihat remaja itu. Pasti ada sesuatu dibalik penolakannya di sekolah sekolah tadi. Dia menduga bahwa remaja itu adalah suruhan si remaja bernama Ed untuk mempersulit dirinya.

Adam emosi bercampur heran. Apa salah dia yang membuat remaja itu sangat memusuhinya. Apa hanya karena dia miskin dan tidak punya latar belakang, sehingga dengan mudah ditekan begitu saja. Ataukah nyawa sebegitu murah bagi orang orang yang memiliki status dan kekuatan.

"Aku harus menjadi lebih kuat, supaya orang orang itu tidak lagi bisa menindasku!" Batin Adam.

Tekadnya pun kini semakin bulat untuk bisa menjadi lebih kuat. Hanya dengan kekuatan maka harta dan status akan dia dapat, itu yang ada di dalam benak Adam. Dengan kekuatan pula dirinya tidak akan pernah diremehkan, bagaimanapun latar belakangnya.

Kini harapan Adam hanya tersisa satu sekolah saja, Rumah Sayap. Sekolah itu terkenal memiliki kualitas yang buruk di mata para warga. Sekolah baru, peringkat paling lemah, murid hanya sedikit, dan kabarnya hanya orang orang buangan saja yang bersekolah di tempat itu. Intinya tidak ada masa depan apabila bersekolah disana.

"Huft!" Adam mendesah, harapannya hampir dikandaskan orang. Dia melangkah penuh pikiran menuju ke booth Rumah Sayap yang paling ujung.

Di sekitar booth Rumah Sayap tampak paling lengang. Hanya ada beberapa orang yang penasaran berlalu lalang. Tidak tampak ada yang antri mendaftar ke sekolah itu.

Baru sampai di dekat booth, Adam melihat sesosok remaja murid Sekte Awan Hitam keluar dari booth Rumah Sayap. Wajah Adam memerah karena emosi melihat remaja itu, pikirannya semakin kacau. Dia berhenti sebentar, menunggu anak itu hilang dari pandangannya, mencoba menguatkan hati kalau saja dia nanti tidak diterima masuk ke Rumah Sayap.

"Halo, ada yang bisa dibantu?" Seorang lelaki paruh baya berdiri di depan booth Rumah Sayap.

"Eh... Saya ingin mendaftar. Masih bolehkah?" Adam mencoba walau dengan harapan yang semakin tipis.

"Nama, tingkat kekuatan, dan umur?"

"Adam Sanjaya, tingkat lima indera fase pendengaran, umur empat belas tahun."

Si lelaki paruh baya menatap Adam sebentar, hingga membuatnya merasa tidak nyaman. Adam membalas tatapan lelaki itu. Lalu dengan sedikit senyum tipis dia akhirnya menyodorkan sebuah kertas.

"Tolong diisi formulir ini sebagai berkas pendaftaran." Ucapnya kemudian.

Mendengar ucapan itu serasa disiram air yang dingin menyegarkan. Harapan Adam masih terbuka, sekolah itu masih mau menerimanya.

Tanpa berpanjang lebar lagi, Adam segera mengambil pulpen dan mengisi formulir tersebut. Dia hanya perlu mengisi identitas diri, latar belakang, serta menandatangani beberapa perjanjian.

"Adam Sanjaya, empat belas tahun, fase kedua... Anak yatim piatu dan seorang kuli panggul... Menarik!" Ujar si lelaki paruh baya membaca isi formulir Adam.

Lelaki itu tertarik karena tanpa guru dan tanpa latar belakang yang jelas, Adam mampu untuk meningkatkan kekuatan hingga ke fase kedua, yang bahkan orang biasa saja umumnya baru masuk ke dunia beladiri di usia lima belas tahun, terkecuali bagi yang jenius.

"Satu pertanyaan untuk nak Adam. Apakah nak Adam pernah melakukan kesalahan kepada orang atau bersinggungan dengan seseorang?" Tanya si lelaki paruh baya tiba tiba.

Adam sedikit kaget, dugaannya semkain kuat kalau si remaja yang tadi itu adalah suruhan dari si Ed.

"Saya tidak pernah melakukan kesalahan kepada orang lain, tapi benar kalau saya ada bersinggungan dengan satu orang." Jawab Adam jujur.

Si lelaki paruh baya mengangguk, dia mendesah pelan.

"Baiklah, nak Adam diterima masuk ke Rumah Sayap. Kamu adalah orang ke tiga yang mendaftar masuk ke sekolah kami. Besok pagi, pukul delapan, hadir ke sekolah." Ujar si lelaki itu memberi tahu.

"Terimakasih pak."

TOTEMWhere stories live. Discover now