24

6.7K 646 16
                                    

Evan menatap kagum pria paruh baya yang ada di hadapannya.

Pria paruh baya yang ia ketahui bernama Nando Fernandez  adalah pengusaha besar yang memiliki omset milyaran dalam satu bulan dengan puluhan atau ratusan anak cabang yang sudah tersebar di berbagai belahan dunia.

Pria yang diakui tunangannya sebagai om-nya itu tampak tersenyum hangat ketika menyambut mereka di restoran yang sudah di reservasi olehnya.

"Selamat siang, Om Nando. Maaf ya sudah lama menunggu."

Itu adalah kalimat sapa yang didengar Evan ketika Reva--tunangannya-- menyapa Nando.

"Oh, tidak apa-apa, Reva. Om juga  baru sampai. Ini--" Nando menatap Evan dengan pandangan bertanya.

Evan yang mengerti langsung memperkenalkan dirinya sebagai tunangan Reva.

"Saya Revan, Om. Tunangannya Reva. Senang berkenalan dengan om."

Nando terkekeh pelan lalu meminta kedua orang itu untuk duduk.

Nando tidak tahu jika Evan adalah mantan pacar putri semata wayangnya dan Evan tidak tahu jika pria di depannya adalah ayah kandung dari mantan pacar yang ia kira matre.

Evan hanya tahu jika Naya adalah salah satu sepupu Reva. Evan hanya tahu jika Naya adalah putri kandung Nia Adzani, mantan artis zaman dulu.  Itu yang dikatakan Reva ketika melihat sosok Nia ada di kerumunan saat acara pertunangan.

Evan tidak tahu saja jika Nia adalah sosok emas dimata kakak dan adiknya. Bahkan untuk keluarga besar pun Nia selalu menjadi pusat perhatian, begitu juga dengan Naya.

Sayangnya Naya tidak pernah bergabung jika ada kumpulan kaum sosialita keluarganya. Gadis itu lebih memilih shopping dari pada harus kumpul-kumpul hanya demi untuk memamerkan seberapa kaya dirinya.

Sayang sekali Evan tidak tahu silsilah keluarga Naya. Jika dia tahu mungkin pria itu akan memuntahkan darah karena merasa dibohongi Reva.

"Jadi, ada apa Reva sampai menghubungi om?"

Nando memang terkenal karena tidak suka basa-basi. Basa-basi bukanlah tipenya.

"Begini, Om, Evan ingin mengajukan kerjasama antara perusahaan om yang di Jerman dengan miliknya. Jika om enggak keberatan, Evan bisa menunjukkan kemampuannya dalam menjalani perusahaan besar milik papanya," ujar Reva hati-hati.

Reva menatap Evan yang mengangguk pelan lalu beralih menatap Nando dengan tatapan lembut yang mampu menenangkan hati orang lain.

"Ini pengajuan profosal kami, Om. Om bisa mempelajarinya terlebih dahulu."

Evan dengan sigap mengeluarkan berkas-berkas yang sudah ia persiapkan dari beberapa bulan yang lalu ketika mendengar dari Reva jika om-nya akan pulang ke Indonesia.

"Oh, oke. Saya pelajari dulu ya proporsal ini. Nanti jika isi dalamnya sesuai dengan standar saya, saya enggak keberatan untuk menjalin kerjasama sama kamu," ujar Nando tenang. "Tapi, saya harap kita bisa profesional dengan ini semua. Enggak ada istilah tunangan keponakan dalam pekerjaan," ujar Nando tegas. 

"Iya, Om. Saya sangat profesional dan berharap om bisa mengkaji ulang semua berkas yang saya berikan." Evan tersenyum menatap pria yang menjadi idolanya.

Setidaknya meski ia tidak bisa menjalin kerja sama dengan Nando Fernandez, ia bisa mengenal laki-laki itu.

Evan bukanlah pria tamak yang suka memanfaatkan orang lain untuk mencapai kesuksesan. Dia adalah pria gigih yang sukses dengan kemampuannya sendiri. Sayang saja ia di pengaruhi oleh Reva hingga tak sadar jika dirinya sudah diperdaya perempuan itu.

MENGEJAR CALON PENGANTINDonde viven las historias. Descúbrelo ahora