Abi menahan lengan Naya ketika gadis itu akan beranjak pergi.
Abi menatap tegas Naya yang berusaha untuk melepaskan tangan Abi dari lengannya.
"Bisa lepas?" Mata Naya membalas tatapan Abi dengan tak kalah tajam.
"Gue mau bicara."
"Soal apa?" Sebelah alis Naya terangkat naik. "Soal lo yang pelukan sana si bunga lotus atau soal lo yang teriakin nama gue?" tandasnya sinis.
"Semua hal." Abi menyahut datar.
Tak memedulikan Naya yang terus meronta, Abi menarik tangan gadis itu melewati belakang rumah.
"Lo mau bawa gue ke mana?" Naya memelototi Abi dari samping, namun pria itu bergeming tidak memedulikan perkataan Naya.
Langkah keduanya membawa mereka menuju sebuah bukit kecil yang terletak tak jauh dari vila. Bahkan, keduanya melewati makam bibi Abi yang baru mereka datangi kemarin.
"Apa?" Naya mendongak membalas tatapan Abi ketika mereka berhenti di sebuah pohon besar yang berada di atas bukit mini.
"Lo salah paham."
Tiga kata yang ditekankan Abi dalam setiap intonasi mampu membuat Naya tertawa sambil menggeleng kepalanya.
"Gue juga tahu. Enggak perlu lo kasih tahu hal itu," kata Naya santai.
Kening Abi mengerut samar mendengar pernyataan Naya. Benak pria itu bertanya-tanya mengapa sikap Naya yang tadi dan saat ini berubah cukup drastis.
"Itu trik yang selalu di pakai sama sepupu gue buat menggaet cowok yang dia mau." Naya berkata santai. Tidak ada riak marah atau cemburu dalam kalimatnya. Hal yang membuat Abi sedikit kecewa.
Abi masih dengan wajah datar tanpa ekspresinya menatap Naya seolah membiarkan gadis itu berbicara dan ia akan mendengarnya dengan jelas.
"Intinya itu trik buat ambil simpati cowok yang dia suka. Setelah sering dengar cerita dia, si cowok akan merasa simpati dan berkeinginan buat melindungi dia." Naya menjelaskan tanpa menghilangkan senyumnya. "Dan lo udah masuk ke perangkap dia," desis Naya menatap Abi tajam.
"Gue engga--"
"Iya. Lo juga masuk perangkap dia." Tatapan Naya mulai mendingin. "Itu baru permulaan dan selanjutnya lo akan terus masuk, masuk, dan akhirnya tenggelam," bisik Naya dengan mata dinginnya menatap Abi.
"Dengar, Abi." Naya mengacungkan telunjuknya di depan wajah Abi. "Gue enggak perlu cowok lemah dengan perasaan halus dalam hidup gue. Gue enggak kurang cowok lemah yang pernah ada dalam hidup gue."
"Gue enggak akan kayak gitu lagi, Nay," ujar Abi tegas. "Gue janji sama lo. Kasih gue kesempatan satu kali lagi." Abi menatap Naya penuh keyakinan.
"Lo punya jaminan kalau lo enggak akan tergoda lagi? Jangan bilang janji sekarang tapi ujungnya lo ingkar karena terperdaya sama lotus putih itu," ketus Naya menatap Abi sinis.
"Gue janji, Nay. Kalau gue kayak gitu lagi, lo bisa ninggalin gue. Gue serius mau lo jadi pengantin gue. Jadi ibu buat anak-anak gue." Abi menarik napasnya sebentar, sebelum ia kembali menghembuskannya dan menatap Naya dengan keseriusan yang belum pernah ia tampilkan sebelumnya.
"Sebagai jaminannya, sebelum kita ijab qabul, gue akan balik nama semua harta gue untuk lo."
Naya kontan terbelalak shock mendengarnya. Tidak bisa di percaya jika Abi akan melakukan hal ini padanya.
Benarkah Abi serius ingin mempersuntingnya dan bahkan menyerahkan semua harta pria itu padanya.
"Lo enggak takut kalau suatu hari nanti gue minta kita pisah dan bawa kabur harta lo?" tanya Naya skeptis.

ESTÁS LEYENDO
MENGEJAR CALON PENGANTIN
Ficción GeneralDi tinggal kekasih yang sudah berpacaran selama satu tahun tidak membuat Anaya Bilqis begitu terpuruk karena ia menganggap pria yang bersamanya bukan jodohnya. Hingga akhirnya orangtua Naya berasumsi bahwa Naya gagal move on dan berniat mencarikan j...