16. PEMBUNUH BAYARAN 2

14K 1K 66
                                    

16. PEMBUNUH BAYARAN 2

“WOI SI MORA KALI ELAH! YA GAK MOR?” teriak james mengerling.

“IYAAAAAALAH!”

Mora menatap tajam. “Najis tau gak lo,” ucap Mora malah membuat james tertawa.

“Sinting!” komentar Angkasa dan Mora secara bersamaan. Ketika james hendak membalas, kedatangan kedua insan itu membuat mereka diam.

Rimba dan Cinta. Mereka datang dengan keadaan romantis. Dengan Cinta yg berada digendongannya.

Momen yg sangat menarik untuk kita bahas bukan?

Cinta memejamkan matanya. Karna malu dengan posisi mereka berdua. Sedangkan Rimba? Santai dengan wajah sangar mendominasi itu.

Menyebalkan. “PENGANTIN BARU NIH YUHUUU!” teriak Adrian.

Adenan tertawa. “Kalau mau bulan madu inget. Jangan dibus ya pak bu! NANTI JOMBLO AUTO NGILER!”

Zaky menatap tak percaya. “Ini pengantin baru yan den? Bener?”

Beye mengangguk. “BETUL!” katanya sambil membenarkan rambutnya.

Mora menatap mereka malas. “Dasar heboh! gitu aja diramein. Mau nikah baru,” gerutunya membuat Binka tertawa. “CIEEEEEE NGIRI!”

Mereka tertawa. “Iya hahah. Kan si Mora jomblo karatan. Boro-boro deket sama cowok,” celetuk Kisan.

“Bacot,”

Mora menatap tajam. “Nah ini. Ini ni yg buat cowok takut. Terlalu galak,”

Ael hanya menatap datar. “Bagus,”

Omen menatap bosan. “Bukan masalah Mora nya WOI! Ael nya yg posessive,” kata Omen memberitahu.

Mia menatap kearah Rimba dan Cinta yg daritadi diam. “Masih mau tetep sama posisi itu?” kata Mia.

Rimba secara reflek melepaskan tubuh Cinta. Membuat Cinta kesakitan.

Mereka meringis melihat kejadian barusan. Bener-bener memang si Rimba.

“LO KALAU MAU TURUNIN GUE PELAN-PELAN WOI! SAKIT NIH! DASAR SETAN! AUHHH ANJIR SAKIT!”

Rimba menatap geli. Ia tak merasa bersalah. Malahan, ia senang. Senang membuat ekspresi perempuan itu seperti itu.

“KENAPA LO SEMUA MALAH LIATIN GUE? BANTUIN!” teriaknya.

Karin meringis. Ia membantu, Cinta untuk berdiri. “Lama-lama kalau lo gini, toa lo ngalahin gue deh Cin,” ujarnya.

Cinta melirik tajam. “Maksud lo apa?” ngegas Cinta. Lagi-lagi Karin meringis.

“Enggak,”

Pak Husen menatap mereka. “Kalian bukannya duduk malah, NGOBROL! Sebentar lagi bakal, jalan. Bapak gak mau disini. Jadi, kalian gak ada pembina,” dengan seenaknya Pak husen membuat mereka mendengus.

“Untung, guru,” gumam Beye sabar.

“UDAH! WOI-WOI DUDUK SEKARANG! PINDAH-PINDAH! GERCEP,” teriak Devan menggema.

RIMBA ( TAMAT ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang