Anthony dan Adrian yang absurd

18.9K 2.2K 58
                                    

Wajah Anthony langsung cerah melihat Anita yang memberi tanda kepadanya untuk menghampiri. Dia ingin langsung bermanja-manja kepada calon istrinya itu, tapi sadar harus menahan diri. Ini masih jam kerja. Anita telah memintanya dengan sungguh-sungguh agar saat ini pernikahan mereka ditutupi dulu dari orang kantor. Dia tidak ingin kantor gempar karena dua petinggi mereka menikah dengan karyawan di situ juga dalam waktu hampir bersamaan.

"Ada apa, Nita? Kok kayaknya kamu bingung gitu?" Anthony bertanya melihat Anita yang memang tampak bingung.

Anita menatapnya, lalu meraih tangan Anthony dan menariknya masuk ke ruangan. "Sini, Pak Thony. Saya mau bicara serius," katanya.

Tak disadarinya tindakannya itu membuat Anthony cengar-cengir membayangkan sesuatu yang pastinya tidak boleh diketahui Anita. Sesuatu yang ada hubungannya dengan apa yang pernah mereka lakukan bertahun lalu, hingga menghadirkan Yemima ke dunia. Anthony yakin, kalau Anita tahu apa yang ada di pikirannya saat ini, pasti dia akan menghajarnya seperti pria bule di klub dulu itu.

"Nitaaa ... ngapain narik-narik aku? Memangnya aku gerobak sampah ditarik-tarik?" Anthony berkata manja.

Anita bergidik. Dia terbiasa dengan kemanjaan Anthony bahkan saat sedang dalam mode bocahnya yang konyol, tapi kenapa sekarang kelakuannya malah bertambah parah? Ngeri dengan pikirannya sendiri, Anita melepaskan tangan Anthony.

"Pak Thony kenapa ngomongnya pake nada yang bikin geli gitu, sih?" protesnya sambil membelalak jengkel.

Anthony menyengir. Dia lupa kalau di kantor Anita masih memanggilnya Bapak dan tidak seharusnya dia bermanja-manja. Apa kata karyawan lain nanti?

"Maaf ... aku udah ga sabaran mau kolokan sama kamu, Nita," jawabnya sambil mengayunkan tubuhnya, mirip bocah yang sedang salah tingkah.

Anita tersenyum geli. Penuh pengertian dia menghampiri Anthony dan menggosok-gosok lengan atasnya dengan lembut. "Sabar ya ... sebentar lagi, kok," bujuknya.

Anthony langsung tersenyum senang. Dia selalu merasa nyaman bersama Anita yang keibuan saat masih berstatus sahabat, dan kini rasa nyaman itu makin bertambah karena Anita akan menjadi miliknya. Satu hal yang disesalinya, kenapa tidak dari dulu saja dia mengatakan perasaannya pada Anita? Kalau sejak awal dia menyadari perasaannya dan berterus terang, pasti Anita sudah menjadi miliknya dari dulu dan dia sudah boleh....

Sebuah sentilan di telinganya membuat Anthony terkejut. Matanya langsung bertemu mata Anita yang bersinar galak.

"Hayo ... pasti lagi mikir yang enggak bener, ya?" tuduh Anita.

Anthony mengusap telinganya yang terasa panas, lalu menyeringai. "Ih ... Nita. Aku enggak mikir yang gak boleh, kok. Ya sudah ... kita serius, deh. Tadi kamu mau ngomong apa?" tanyanya .

Anita langsung menghela napas. "Oh ... itu. Pak Adrian mengamuk dari tadi pagi, dan ujungnya dia menyuruh saya untuk bilang pada Pak Dimas dan Pak Sam supaya memecat Laras," katanya dengan nada kalut.

"Memecat Laras?" Anthony berseru kaget. "Kakakku itu gila, ya?"

Anita mengangkat bahu. "Saya juga bingung. Saya belum bicara dengan Pak Dimas."

"Ya jangan dulu. Biar aku yang bicara dulu dengan Pak Adrian...."

"Jangan, Pak." Anita mencegah. "Tadi saya lihat wajah Pak Adrian benar-benar merah, beliau marah sekali, Pak."

"Tapi kelakuannya ini tidak masuk akal, Nita. Mana mungkin dia memecat istrinya sendiri? Lagi pula, kesalahannya Laras apa? "

"Yah ... kalau nanti Pak Anthony yang kena marah, bagaimana?"

My Hand In YoursWhere stories live. Discover now