~01

4.2K 370 40
                                    

Eric berkali-kali menatap jam tangan yang melingkar di tangannya. Sudah tiga jam dia berada di cafe ini. Namun seseorang yang ia tunggu tak kunjung juga datang. Lelaki itu menghela napas lalu menatap jam tangan yang melingkar di tangannya.

Hari ini hari anniversary nya dia sama Juyeon -kekasihnya- yang ke empat tahun. Janjinya tadi Juyeon mau jemput Eric di rumahnya. Tapi karena Juyeon bilang kena macet, alhasil Eric dateng sendiri ke cafe.

Sampe di cafe, Eric ga liat tanda-tanda adanya juyeon. Dia kira masih di jalan. Sampe Eric rela membuang waktunya tiga jam hanya untuk menunggu seorang Juyeon.

Lelaki itu berdecak lalu meletakkan handphonenya di atas meja. Barusan ia menelpon Juyeon tapi sayangnya ga diangkat, sekali diangkat katanya masih di jalan. Waktu sudah semakin larut, cafe sudah hampir tutup bahkan tadi ada seorang pelayan yang mendekatinya dan mengatakan bahwa sebentar lagi cafe hampir tutup.

"Ck, mana sih kak Juy?" decaknya.

"Udah tiga jam ga dateng-dateng macet apaan sih??"

"Mana udah jam sebelas, jalanan makin sepi."

"Permisi, maaf ini sudah larut malam, cafe-nya sudah mau tutup." 

Eric menoleh ke as suara. Seorang pelayan kembali datang dan mengatakan hal yang sama. Eric menggigit bibirnya ragu. Namun detik selanjutnya ia mengangguk.

"Ya udah, saya pulang aja. Maaf, ya?"

Sang pelayan tersenyum lalu mengangguk. "Tidak apa-apa. Hati-hati di jalan"

Eric mengangguk lalu beranjak dari tempatnya dan keluar cafe.

Sang pelayan memandang punggung Eric hingga objek yang dilihatnya sudah menghilang di balik pintu cafe. Pelayan itu menggeleng kecil, "Bucin banget kayaknya, ya? Tiga jam ditungguin ujung-ujungnya pacarnya ga dateng. Kasian banget."

**



Eric berjalan di atas trotoar dengan suasana jalan yang sudah sepi. Hanya ditemani langit malam yang dihiasi sang bulan dan beberapa bintang. Semilir angin malam juga berhembus menerpa tubuhnya.

"Sepi banget ya? Lewat depan mall aja kali ya? Seengganya kan masih ada orang sedikit" gumannya lalu berjalan sesuai yang ada di pikirannya.

Eric berjalan melewat sebuah mall yang beberapa tempat di sekitarnya yang masih buka.

Namun langkahnya terhenti saat melihat dua orang yang tengah duduk di sebuah restaurant. Netranya menyipit mencoba memperjelas penglihatannya. Saat melihat siapa dua orang itu, jantungnya berdetak dua kali lipat, serasa tidak percaya apa yang telah ia lihat.

Tangannya terulur mencari handphonenya yang berada di saku celananya. Lalu jari-jarinya mendial sebuah nomor dan menelponnya.

Sekali... ga diangkat.

Dua kali... masih ga diangkat.

Tiga kali... dimatiin.

Empat kali... ga diangkat lagi.

Lima kali... diangkat, tapi...

"Halo"

"Iya eric? Masih di cafe? Kamu pulang aja ya. Kakak masih di jalan. Kayaknya sampe malem banget. Maaf banget ric, besok janji kakak jemput ke sekolah"

Pip.

Eric matiin sepihak.

Ga nyangka dia dibohongin sama Juyeon. Bilangnya apa tadi? Di jalan? Macet? Nyatanya, lagi berduaan sama cewek. Setelah mematikan telponnya ia melihat keduanya yang masih bercanda seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kak Juy bohong ya? Tinggal bilang lagi sama cewem apa susahnya sih? Hiks... Hiks..."

Sedikit menyesal sebenarnya Eric lewat depan mall ini. Tapi ia juga bersyukur, bisa tau apa yang dilakukan pacarnya itu.

"Mau positif thinking aja, mungkin itu saudaranya. Dah lah, Eric ga boleh nangis" gumamnya lalu mengusap matanya. Setelahnya pemuda itu lanjut jalan dan mencoba membuang semua pikiran negatifnya.


Rose [Juyeon x Eric] ✓Where stories live. Discover now