Deja Vu

385 32 5
                                    

Dua sejoli kini nampak keluar dari kelas untuk mengisi perut. Canda tawa ringan mengisi perjalanan mereka. Saat akan melewati kelas XI-B IPS, Seulgi tiba-tiba mendekat dan berbisik pada Irene.

"Cepetin jalannya, gue males kalau harus ketemu sama Jimin."

Irene melirik singkat. "Ck, iya iya."

Niat hati ingin menghindar, malah detik ini dipertemukan. Dua lelaki kini berada tepat di depan mereka. Seulgi sedikit melebarkan matanya tidak percaya atas permainan takdir. Kenapa harus selalu bertemu, sih?

Jimin yang melihat keberadaan Seulgi lantas mendekat diikuti Taehyung yang kini tersenyum ke arah Irene.

"Hai." ujar mereka berbarengan.

Degup jantung Irene kini berdetak lebih cepat. Ia benar-benar gugup sekarang. Tak tahu harus bagaimana. Entah keberanian dari mana, Irene perlahan menatap manik hitam itu untuk membalas sapaan tadi. "Hai juga."

Seulgi menoleh heran saat Irene berujar begitu. Ia menyikut pelan pinggang Irene. "Heh, kok lo bales sapaan mereka, sih?" Bisikan itu membuat Irene tersadar sudah menatap Taehyung cukup lama. Ia kembali gugup.

"Hah? Y-ya gapapa, dong. Mereka 'kan nyapa duluan."

Mendengar pembelaan itu Seulgi berdecih.

"Terserah lo, deh." Hatiya sedikit sakit saat melihat reaksi Irene tadi. Membela hal yang padahal ingin sekali dirinya hindari. Kakinya perlahan melangkah meninggalkan Irene yang kini malah nampak akrab dengan Taehyung.

"Loh, mau ke mana?" Jimin menahan pergerakan Seulgi yang ingin pergi.

Gadis itu menepis pelan pegangan Jimin kemudian menatap lelaki pendek itu dengan datar. "Cukup diem dan ga perlu ikut campur, gue bakal hargain keberadaan lo."

Jimin mematung. Hatinya seperti dihujam oleh ribuan tombak. Kalimat menohok itu hampir membuat ujung matanya basah. Demi Tuhan, dari semenjak ia mengenal rasa suka, ia tidak pernah mau berada di posisi ini. Menaruh rasa kepada seseorang yang selalu menghindarinya. Bahkan menolak kehadirannya.

Tapi saat ia mencoba untuk membenci gadis kurus itu, hatinya malah semakin sakit. Perasaannya yang sudah memupuk sejak lama itu, kini seakan mengurung dirinya sendiri. Ingin pergi tapi tidak bisa.

Namun perlahan pertahanannya runtuh. Jimin menunduk menyembunyikan matanya yang memanas. "Maaf." Kemudian berjalan mundur meninggalkan semuanya.

Taehyung yang melihat punggung Jimin semakin menjauh lantas berteriak, "GA IKUT KE KANTIN?"

Tapi pertanyaan itu sama sekali tak digubris. Kepergian lelaki itu menyisakan tanda tanya besar di hati Taehyung. Ada apa dengan Jimin dan Seulgi?

Irene yang menyaksikan itupun hanya bisa diam. Kedua manik itu juga melihat Seulgi yang kini ikut pergi ke arah yang berbeda. Irene tahu. Gadis itu sangat paham atas apa yang terjadi beberapa detik lalu.

"Rene? Kok diem?"

Mata cantik itu mengerjap kecil lalu menatap si pemanggil. "Gapapa, kok."

Senyuman sendu terukir di wajah Taehyung. "Maaf ya, kayaknya kedatangan aku udah buat sahabatmu ngga nyaman."

Bukannya ikut sedih, Irene malah tertawa geli.

"Loh kok malah ketawa?"

Iren terkekeh. "Abisnya pake 'aku kamu' segala. Ga cocok tau."

Taehyung menjawil hidung mancung gadis itu karna merasa gemas. "Tetep gini, ya. Jangan jutek terus. Aku ga suka."

"Memangnya aku pikirin?" ujar Irene sambil menjulurkan sedikit lidahnya kemudian berlari meninggalkan Taehyung dengan sengaja.

✓Destiny of Dream | by thereowWhere stories live. Discover now