2. DUS

107 6 0
                                    

Tiba-tiba ada seorang laki-laki menyapaku "ehh anak baru ya."
"hah , siapa kamm."
"liraa, ayo bantu ibu" panggil bu dewi.
Ku langsung meninggalkan laki-laki tersebut otakku diliputi rasa penasaran sapa pula laki-laki itu jangan-jangan.

"lira, tolong ambilkan ibu box-box nasi itu." sambil menunjuk kearah dus super duper besar.
"gilaa ni dus bisa kali ya gue nyumput disini terus dibawa naik pesawat dan gue ditinggal di antah berantah nonono terus yang jaga mama siapa klo kaya gitu masa gue jadi gembel." dalam pikiran ngaco gue.

Lalu ku ambil dus tersebut emang gila beratnya 5 kali lipat dari berat badan bisa-bisa klo tiap hari gini fix awto binaragawan perut abs , tangan keker klo cowo sihh keren lahh klo gue kurus kerempeng dihempas angin aja bisa "HUSHHH" terbang.

"bu, apa ini bisa kita ambil semuanya?? Kayanya motornya gabakal muat dehh bu." tanyaku
Ya gila dus sebesar ini dibawa pake motor gue. Malah lebih besar dusnya daripada motor gue hadehh.
"hahaaha , ngapain repot-repot kita bawa. Orang udah ada yang nungguin di depan."jawab ibu dewi
"ohh , udh ada yang nungguin. Hah siapa bu?."
"pokoknya ada."
"ohya , lira. Nanti bawain ke dalam mobil ya. Dia udh nunggu diluar."
"mampus guee, kayanya yang tadi dehh. Ahh sialan."dalam hatiku

Ku langkahkan kakiku menuju keluar sembari menahan beban dus yang astagfirullah lebih berat beban hidupku. Bener-bener ya ini orang ga mau bantuin apa.

"mas, bisa bantu saya napa. Ini gimana cara masukinnya dus segede alaihim masuk ke mobil."
"lahh, tinggal Masukin aja gitu kok repot."
"ihhh sumpahh ni orang nyebelin bangett(dalam hati), setidaknya bantuin kek mas. Ga malu apa cewe yang kerja mas enak-enakan diem" nyerocos gue.
"iyaa cerewet."
"ihh sumpahh ni orang bikin gendek banget arghhh pengen gue cubit tuhh ginjal." kesel gue dalam hati.

Sempet nabrak sesuatu , gatau apaan itu "aww". Yalahh emang gilaa ,gue ngangkat ini sendirian mana ga keliatan lagi. Mendengar suara tersebut mas-mas tersebut akhirnya membantuku mengangkat dus super gede buangedd ini. Aku memegang sisi belakang, dia memegang si depan saling berhadapan gituhh tapi terhalang sama dus.

"klo jalan hati-hati ya. Sampe bisa nabrak tembok gitu hahaha."
"kasian temboknya kesakitan nohh."
"hah gue nabrak tembok?." dalam hatiku
"gimana mau hati-hati. Orang ga keliahatn apa-apa. Terus maksudnya kasiani tembok apaan." ketusku
"ya liat nanti bisa rusaklah. Emang mau gantiin. Harus kerja disini buat benerin tembok doang. Hah?."

"tunggu sebentar, mau bukain pintu dulu. Pegang dulh ya."
"hemmm, cepet jangan pake lama. Berat nih."
Kemudian dia membuka pintu lalu dia menangkat dus tersebut dan dus sudahh siap diantar ke rmh nyonya ehh istana deng.

"lah, kira gue mobil minibus gitu, ternyata mobil kolbun a.k.a kol buntung hahaha." gatau sihh itu kata dari mana. Aku lalu kembali kedalam untuk menemui ibu dewi dan baru teringat belum mengucapkan "terima kasih" dan mobil tersebut udh nyelonos pergi.
"bu, misi terselesaikan."
"gut, lets go home."

Sesampainya di luar ku langsung menyalakan motor dan tiba-tiba adaaa.
"ehhh tunggu neng, motor saya , mau di kemanakan ?? Kamu maling ya??."
"lahh pa , ini motor saya. Saya persis parkir disini."
"tuhh liatt plat nomornya D 1234 BM."
"terus ini motor siapa?." tanya bu dewi
"wahhh kacau ini, gabisa dibiarin ini." langsung ku ambil kunci motor dan turun. Setelah acara menilik nilik
TERNYATA BENARR INI BUKAN MOTOR GUEE.

Ternyata motor kita sama persis dari warna , model, sampai didalam keropak motor pun sama isinya uang recehan. Hadehh bikin malu aja

"maapkan , anak saya pa. Dia tidak fokus tadi."
"hah, anak?. Kok gue dianggap anak" dalam hatiku
"maapkan saya pa , mungkin sekarang saya butuh minum." sebenernya itu kode sihh ya gilaa cape banget udh ngangkat benda guede bangeud masa ga minum :")
"Ya, saya maapakan tapi jangan di ulangi lagi." ketusnya
Bapa-bapa tersebut langsung nyelonos pergi entah kemana.

"oke, ini tidak mungkin salah lagi." aku ngecek seluruh motor
"sipp , ini benar."
Lalu aku naik sembari menyalakan motor tersebut.

Melihat kejadian ini ibu dewi ketawa
"lira, ternyata kamu konyol juga ya orangnya wkwkwk."
"hehehe, maap bu tadi saya kurang fokus." sembari fokus menyetir
"yaudah , nanti klo ada warung kelontong berhenti dulu ya, kamu bisa beli minum."
"wahhh, baik sekali ibu. Sepertinya aku akan betah disini." dalam hati kecilku.

Tepat di depan toko kelontong motorku berhenti. Lalu aku membeli minuman yang segar alias dingin brrr. Sesudah itu kita melanjutkan perjalanan ke rumah ehh istana.

"bu, boleh saya tanya sesuatu?."
"ya boleh lah, silahkan bertanya sebelum bertanya itu diharamkan."
"hemm, tadi kenapa ibu bilang klo lira anak ibu?."
"hah , tadi kpan?"
"itulohh pas kejadian tadi salah motor."
"ohh HAHAHA. ya artinya saya udah anggap kamu anak , saya dan mamahmu kawan lama. Memangnya gaboleh saya bilang kamu anak?."
"bukan gaboleh bu, malah boleh banget klo aku udh dianggap sebagai anak."

Tak terasa sudah kami sudah sampai di depan rumah.
"tintintin."
Pintu pagar dibuka oleh pa Asep.
Lalu ku parkirkan motor di showroom ehh garasi rumah. Tapi kok anehnya gaada mobil tadi.
"lah belum sampai sih Mobilnya?" heranku. Padahal dia duluan ahh bodo amatlahh. Lalu aku masuk ke dalam rumah

Selang waktu kemudian
"tintintintintintintin."
"hadehh gila berisik banget. Ga liat apa orang lagi kerja."
"liraa, tolong bukakan pintu masuk kayanya itu dus udh dateng."

Kulangkahkan kakiku menuju pintu masuk. Ku bukakan lebar-lebar dan Betapa kagetnya ternyata tadi ituhh...

🐾🐾🐾🐾

Hello , kembali lagi nihh. Ada yang kangen aku ga nih hihihi #geermulaikambuh. Ohya klo suka sama cerita ini komen dan vote yaa. Biar makin semangatt aku buat ceritanya makasih *hug onlen🤗

Tinta LyraWhere stories live. Discover now