Eight

4.7K 471 26
                                    

FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN
Semakin banyak vote semakin cepet update!

Langkah kaki mungil itu menyusuri sepanjang koridor. Jam menunjukkan pukul 06:00. Matanya menelusuri setiap sudut sekolah yang masih kosong belum ada seorang pun yang berangkat. Entah kenapa hari ini Lisa sangat ingin berangkat pagi-pagi sekali.

Kakinya melangkah menuju taman belakang sekolah yang indah dan damai. Hanya di tempat ini Lisa merasa bahagia dan tidak sendiri. Ia duduk di bangku panjang yang menghadap air mancur. Diambilnya sebuah buku dari dalam tasnya. Sebuah buku dongeng. Perlahan bibirnya mengulas senyum tipis. Bahkan terkesan tak terlihat. Buku dongeng cinderella dan sepatu kaca. Ia teringat sesuatu tentang buku itu. Sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan yang pernah singgah dalam hidupnya walaupun hanya sesaat. Memorinya memutar kejadian beberapa tahun lalu.

Flashback on

Terdengar tawa riang dari seorang gadis kecil. Ia bermain kejar-kejaran dengan saudaranya Taman belakang rumahnya. Gadis kecil itu adalah Lalisa ya dia Lisa. Mereka berdua adalah kakak beradik Lisa dan kakaknya Panpriya yang saling mengejar satu sama lain.

"Ih kak iyya angan kejal lica telus dong. Lica kan apek" keluh Lisa kecil dan masih terus berlari.

Sepertinya Panpriya tak menggubrisnya. Panpriya malah makin gencar mengejar Lisa. Nafas keduanya memburu. Lisa terduduk lemah rerumputan. Nafasnya tersengal-sengal sedangkan Panpriya  tersenyum melihat adik tersayangnya terduduk lesu. Umur Lisa dan Panpriya berjarak 4 tahun. Saat ini Lisa berusia 3 tahun dan Panpriya 7 tahun.

"Kok Lisa cemen sih masak nyerah gitu aja" ledek Panpriya.

Lisa kecil memanyunkan bibirnya. Sangat menggemaskan.

"Abis kak iyya ejal Lica epet anget. Lica apek deh" jawab Lisa masih dengan nada cadelnya.

Panpriya terkekeh. Menurutnya adiknya ini sangat menggemaskan ditambah dengan pipi gembilnya yang memberikan kesan imut.

"Alah, bilang aja kalau Lisa gak bisa lari kan? Hayoo ngaku" ledek Panpriya lagi.

"Ih lica isa lali ya wlek" kata Lisa kecil sambil menjulurkan lidahnya.

Mereka asik ledek-ledekan sampai pada akhirnya mereka berhenti saat Mama menghampiri mereka.

"Sayang sayangnya mama lagi ngapain sih, seru banget. Mama gak diajak nih?" kata mama.

Lisa langsung menuju sang mama sambil mengerucutkan bibirnya.

"Mama, kak iyya ahat ama lica. Lica di edekin ulu. Kak iyya ilang lica gak isa lali padahal lica isa. Ya tan ma?" mama terkekeh melihat anak nomor duanya ini. Tingkahnya sangat lucu sekali. Lisa menjadi penghibur bagi keluarga kecil ini. Tingkahnya yang ada-ada saja membuat siapa saja yang melihatnya akan tertawa gemas.

"Eh anak mama ngadu ya sama mama. Emang Lisa bisa lari? Mama juga ngira Lisa gak bisa lari loh" ledek mama.

Lisa terlihat semakin mengerucutkan bibirnya. Mama dan Panpriya yang melihatnya sangat gemas.

"Udah jangan ngambek gitu dong anaknya mama, ntar jelek loh" Lisa masih saja mengerucutkan bibirnya.

Mama lalu mengambil sebuah buku yang sedari tadi ia sembunyikan di balik punggungnya. Lisa melirik dari sudut matanya.

"Cinderella dan sepatu kaca" judul buku itu.

"Mama punya buku cerita loh buat Lisa, tapi Lisa jangan ngambek lagi" ujar mamah.

Dengan cepat Lisa langsung merubah ekspresinya yang semula cemberut sekarang tersenyum.

"Lica ndak ambek agi kok ma. Lica mau uku itu. Itain ma" pinta Lisa.

Mama terkekeh pelan, diacaknya rambut Lisa gemas.

"Yaudah berhubung princessnya udah gak ngambek, mama mau deh ceritain" jawab mama.

Lisa semakin berbinar. Lalu mama meminta kedua putrinya untuk duduk disampingnya. Keduanya hanya menurut. Kemudian mama menceritakan dongeng dalam buku itu. Sesekali diantara keduanya ada yang bertanya. Mereka tertawa bersama.

"Dan akhirnya cinderella pun menikah dengan pangeran dan hidup bahagia. Selesai deh" setelah mama mengakhiri ceritanya. Mereka memutuskan untuk masuk kedalam rumah, karena sudah saatnya jam makan dan tidur siang.

"Ma lica engen ayak indelela adi ikah ama angelan" kata Lisa.

Mama hanya tersenyum menanggapi perkataan putri kecilnya itu.

Flashback off

Lisa menghapus air matanya yang entah sudah sejak kapan menetes. Ia sangat merindukan masa-masa itu. Bahagia bersama keluarganya.

"Cuma ini kenangan dari mama yang Lisa punya. Satu-satunya benda yang paling berharga buat Lisa" Lisa menatap nanar buku itu.

Pandangannya sudah buram karena air mata. Kemudian ia tersenyum pedih. Kesakitan dan kepedihan itu bersarang pada hatinya.

"Dulu Lisa pernah bilang ke mama kan kalau Lisa pengen jadi kayak cinderella dan menikah dengan seorang pangeran tampan. Tapi lisa rasa mimpi itu gak akan terwujud ma. Semua orang gak menganggap lisa termasuk mama sama papa. Lisa gak pantes buat hidup, tapi sampai saat ini lisa masih bisa bertahan untuk mama dan papa" pandangan matanya menerawang jauh ke depan.

Lisa jadi teringat ucapan Bik Ida beberapa hari yang lalu. Hidupnya mampu bertahan paling lama 7 bulan. Cukupkah sisa waktu itu untuk menanti orang tuanya? Ia tersenyum miris. Seharusnya saat ini ia berada dalam pelukan orang tuanya menciptakan kebahagiaan yang indah di sisa umurnya.

"Apa waktu lisa cukup buat nungguin mama sama papa pulang? Semoga aja cukup karena lisa pengen saat lisa nutup mata nanti bisa liat mama dan papa untuk terakhir kalinya"


Yeayyy up cepet kan
Komen ya, nanti komen yang paling bikin aku baper bakal aku follback akun wattpad dan instagram nya terus aku umumin pas aku up❤❤❤
Yang udah follow dm aja nanti ku pilih

Sense✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang