Thirty Two

3.9K 395 61
                                    

Follow dulu sebelum baca, setidaknya hargai aku.

×××

Satu bulan lebih lamanya, yang jungkook lihat selalu sama. Mata tertutup dan nafas yang teratur. Ia tertidur dalam jangka waktu yang lama. Tapi jungkook yakin, ada masa dimana ia akan terbangun.

Hari ini masih sama seperti hari-hari yang telah terjadi sebelumnya. Ia masih nyenyak dalam buaian mimpi indahnya. Tanpa pernah berkeinginan untuk bangun dan tertawa bersama.

Tangan jungkook memegang tangan gadis di hadapannya yang terbebas dari selang infus. Terasa dingin pada telapak tangannya. Bahkan tangan ini terasa kecil sekarang. Dulu, tangan inilah yang selalu memberikan jungkook sentuhan kekuatan. Dulu, dirinya selalu membuat jungkook semangat. Tapi entah sekarang, semenjak dia koma. Hidup jungkook terasa hampa. Serasa tanpa ada kehidupan meskipun sebenarnya ia hidup.

Pernah sekali jungkook terlalu lelah menunggu kesadarannya. Jungkook marah dan sempat ingin mengakhiri hidupnya juga. Tapi ia sadar, bahwa ia juga harus kuat untuk menerima segala kenyataan ini.

"Jung makan dulu gih" ujar seseorang yang dari suaranya pun aku sudah tahu itu siapa.

"Nanti ma" ujar jungkook lesu.

Ya orang yang tadi berbicara dengan jungkook adalah mamanya. Jungkook bersyukur karena mamanya masih bisa diselamatkan dari kecelakaan tragis 1 bulan lalu. Dan sekarang, beliau sudah kembali sehat dan kembali beraktivitas seperti biasanya.

"Dari kemarin kamu gak makan sayang, kalau kamu sakit gimana? Lisa pasti sedih" bujuk mama sekali lagi.

Jungkook terdiam. Nafsu makannya memang semakin menurun semenjak Lisa dinyatakan koma oleh dokter. Jungkook tak berniat untuk makan atau sekedar nyemil. Hanya minum air putih sudah membuatnya kenyang.

"Jungkook gak laper"

"Kalau kamu sakit siapa yang jagain Lisa?"

Jungkook kembali terdiam mendengar perkataan mamanya. Benar. Kalau dia sakit siapa yang akan menjaga gadis di depannya ini? Meskipun ada kedua orang tuanya, namun tetap saja jungkook ingin sekali menjaga dia sampai ia terbangun nanti.

"Baiklah jungkook makan"

Dapat dilihat dari ujung mata bahwa sang mama sedang tersenyum setelah mendengar keputusan jungkook.

•••

"Saya sudah tidak sanggup lagi bu, kita serahkan saja semuanya sama Tuhan"

"Tapi dokter bilang akan menyelamatkan anak saya. Dokter bilang akan melakukan yang terbaik untuk anak saya. Apakah ini yang disebut terbaik?Tapi apa kenyataannya?Menyerah bahkan sebelum anak saya terselamatkan?!" Sooya memekik keras di ruang dokter Kim.

Sooya tak habis pikir dengan apa yang dikatakan dokter Kim, menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Itu berarti ia sudah tidak sanggup lagi untuk menyelamatkan Lisa.

"Selamatkan anak saya dok. Saya mohon. Saya akan bayar berapapun yang dokter mau asalkan anak saya selamat" kekeh Sooya sementara Jinan, sang suami berusaha memeluk dan menenangkan Sooya yang sedang tak terima dengan keputusan dokter Kim.

"Untuk menyembuhkan penyakit kanker yang ada di stadium akhir itu sulit bu, kemungkinan untuk sembuh pun sangat kecil. Bukan maksud saya mendoakan Lisa cepat meninggal, hanya saja selama satu bulan lebih Lisa dirawat, tubuhnya tidak memberikan respon apapun. Yang saya khawatirkan adalah jika mendadak detak jantungnya berhenti" jelas dokter Kim membuat Sooya terhenyak.

Jangan sampai Lisa meninggal. Sooya befikir bahkan ia belum bisa menuntaskan kewajibannya sebagai orang tua yang baik. Selama ini ia hanya bisa menyakiti putrinya. Bukan hanya menyakiti secara fisik, tapi jiwa juga.

Sense✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang