butuh waktu - [mh]

9K 1.6K 583
                                    

haiii
masih ada yang kangen story ini? ehe





































Chanisa berteriak heboh di bantal kecil yang selalu dia bawa di dalem mobil. Mobil Xpander ini bahkan udah berkali-kali diketuk dari luar.

Siapa lagi kalo bukan oleh Mark.

"Chan.. Kamu gapapa?"

Tok

Tok

"Hnggg.. Mas kenapa dah ngelamar gue? Udah tau gue tuh suka sama lo, pake dilamar pula."

Ucap Chanisa masih menutupi mukanya dengan bantal.

Pintu mobil terbuka.

"Chan.."

Mark menyentuh bahu Chanisa.

"Loh? Kok bisa masuk?" tanyanya setelah mendongak dari bantal.

"Astaga ini daritadi gak kamu kunci. Mana aku udah terlanjur gedor-gedor kayak maling. Kamu gapapa?"

Chanisa dengan muka merah dan rambut acak-acakan, menggeleng. Memasang muka polos dan lucu.

Mark tersenyum manis dan meraih bantal yang daritadi dipeluk Chanisa.

"Jadi aku ditolak nih?" tanya Mark dengan memasang wajah imut dan memeluk bantal. Sama persis dengan ekspresi yang dibuat Chanisa tadi.

Chanisa terdiam. Pandangannya mengedar ke kanan dan kiri. Dia bingung mau jawab apa.

Tangan dan kakinya ga bisa diem. Gerak sendiri saking bingungnya.

"Eumm.."

Paham kalo Chanisa gugup, Mark melepas pelukannya ke bantal tadi dan meraih dagu Chanisa. Membuat seseorang yang 1 tahun di bawahnya ini mendongak dan memandang mata dia.

"Aku tau. Ini mungkin terlalu cepet. Tapi aku merasa yakin banget kalo you're the one, Chan."

Chanisa merasa hilang di dalam pandangan mata Mark. Mata dengan irisnya yang hitam dan kelam. Apalagi kalo serius begini. Chanisa bisa merasakan seluruh dunia ada dalam genggaman.

Perasaan macam apa ini?

"T-tapi kan bisa pacaran aja, Mas?"

Mark menggeleng pelan.

"Ga begitu aturannya. Kalo aku yakin, aku ga bakal ngajak kamu main-main."

Mark itu orangnya serius abis. Bahkan ketika mereka jalan berdua dan suka ngalus, sebenernya Mark lagi mengungkapkan perasaannya ke Chanisa.

Tapi Chanisa cenderung cuek. Alhasil ungkapan-ungkapan tadi cuma berakhir jadi gombalan.

Mark rasa, mengikat wanita terbaik adalah dengan menikahinya.

Meski besar di negara barat yang terkenal bebas, Mark adalah seseorang dengan prinsip yang kuat. Ia anti dengan kehidupan seks bebas. Ia anti dengan narkoba. Ia juga ke bar dan pub jika ada job atau ketemuan dengan temen. Baginya, kehidupan dia ya harus dia yang ngatur. Bukan lingkungan dia.

Chanisa terdiam.

Ia bimbang banget.

Baru aja ia lepas dari hater dan fans Mark yang toxic. Dia baru aja merasa bebas setelah diserang massal secara online.

Gimana jadinya kalo ia justru berhubungan lebih jauh dengan orang yang jadi sumber kehebohan di kehidupan dia? Apalagi ga sekedar pacaran. Bahkan menikah. Apa dia nggak gila ntar?

3 srikandiWhere stories live. Discover now