kerja sama - [jy]

8.9K 1.4K 202
                                    

Kalau menghitung dari terakhir kali menstruasi, kini udah masuk minggu ke-6. Tya gabisa untuk ga kepikiran. Berat badannya naik. Anehnya, dia ga mendapat symptoms kehamilan sama sekali. Dia makin bimbang, sebenernya dia telat karena faktor stress atau memang hamil.

"Yang, kamu pake dress yang aku beliin, ya?"

Tya mengalihkan pandangannya dari sink di wastafel menjadi mandang cermin di kamar mandi.

Terlihat jelas wajah pucat Jeffrey dengan rambut setengah basahnya.

"Kenapa gitu, Jeff?"

Jeffrey beralih menjadi memeluk tubuh istrinya erat. Melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Tya. Dagunya ia tumpukan ke bahu istri cantiknya ini.

"Kamu makin cantik."

Tya ga bergeming.

Di satu sisi dia merasa tersanjung, tapi di sisi lain ia mati rasa sama kata-kata manis Jeffrey. Hatinya bilang, pembahasan ini pasti ga bakal jauh-jauh sama citra sang suami.

"Kamu tau kan kemaren waktu belanja, kita ketemu Jeno." ucap Jeffrey sambil memejamkan mata.

Terlihat banget mukanya lelah. Tubuhnya juga terlihat lebih kurus. Padahal Tya justru menemui nafsu makan Jeffrey akhir-akhir ini meningkat.

Tya meletakkan satu telapak tangannya di pipi sang suami. Mengelus pipinya pelan dengan ibu jari.

"Terus apa masalahnya kalo ketemu Jeno?"

"Konferensi malam ini bukan cuma aku, tapi Jeno juga hadir. Bukannya lebih baik kamu pake baju yang aku beliin?"

Tya terkekeh tertahan. Suaminya ini kenapa?

"Hehe.. kamu tuh kenapa sih, Jeff? Aku bisa pake baju apapun loh, padahal."

Jeffrey ga menyahut.

Kedua alis pria ini berkerut.

"Maksudku, harus banget ya pamerin ke orang kalo aku pake baju dari kamu?"

"Tya.."

"Maaf, Jeff. Aku agak stress akhir-akhir ini. Tapi aku rasa, daripada pencitraan pake baju, kenapa kita ga saling ngertiin aja? Media juga tau aku designer dan..-"

Perkataan Tya terpotong saat tiba-tiba Jeffrey melepas pelukan dan berjalan terhuyung ke kloset. Ia menumpahkan cairan bening. Mengingat mereka bahkan baru bangun dan belum sempat sarapan.

Tya kaget sepersekian detik, kemudian nyamperin suaminya. Diurut pelan tengkuknya.

"Kamu gapapa? Masuk angin?"

Jeffrey belum bisa menyahut dan kembali menumpahkan isi perutnya yang cuma ada cairan bening.

Ia sendiri juga bingung. Jeffrey ga pernah ada riwayat sakit lambung. Tapi akhir-akhir ini dia sering muntah pagi-pagi.

"Kita ke dokter ya, Jeff?"

Setelah membereskan bekas muntahan Jeffrey dan mengusap bibirnya pake air, Tya menuntun suaminya ke dalam kamar.

Ia kemudian berpesan ke salah satu maid di rumahnya buat bikinin teh jahe hangat. Setau Tya, minuman itu manjur buat meredakan mual.

Tya mengecek suhu tubuh Jeffrey dengan thermometer. Saat alat itu bunyi, Tya agak kaget. Pasalnya suhu tubuh suaminya normal.

"Permisi, ibuk. Ini tehnya." ucap sang maid setelah mengetuk pelan pintu kamar mereka yang setengah terbuka.

"Makasih ya, bi. Tolong bilangin Pak Hasan buat nganterin bapak ke rumah sakit."

3 srikandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang