Chapter 2

5.9K 787 250
                                    

Chapter 2


Mereka terpaku di depan pintu. Tidak, ini tidak terjadi. Skylar tidak mungkin menggali kuburan pacarnya dan membawa mayatnya kemari, lalu meletakkan mayatnya di tengah-tengah ruangan diatas ranjang. Tidak. Mungkin itu hanya boneka untuk menakut-nakuti mereka semua.

"Surprised?" Skylar tersenyum saat melihat kelima temannya masih terdiam. "Isn't it rude to stand in front of the door?"

Luke berdeham lalu melirik teman-temannya dengan gugup, sebelum akhirnya dia mengisyaratkan yang lain untuk masuk ke dalam ruangan. Addison menatap keempat temannya dengan takut-takut, masih ragu untuk memasukki ruangan itu.

"Luke," Addison meraih lengan kaus Luke. "We can't go in there. Not with that dead body."

Luke menatap Addison sebentar, sebelum akhirnya mengendikkan bahunya, berusaha terlihat santai. "C'mon, you're such a coward."

"I'm fucking serious," geram Addison sambil menatap Luke dengan tatapan membunuh.

Luke tersenyum-meringis lalu mengangkat kedua tangannya. "Okay, sorry. Let's just get inside and see if that's a real dead body or not."

Addison melotot ketika Luke mencoba bercanda, tapi akhirnya gadis itu mengikuti Luke di belakang juga.

Pintu langsung dikunci rapat setelah kelima orang itu ada di dalam. Enam dengan Skylar, tujuh dengan Ray-yang-sudah-mati. Bau busuk langsung menyeruak, membuat mereka meraih kerah kaus masing-masing untuk menutupi hidung.

"I expect you guys to scream or something," kata Skylar sambil terkekeh santai. "Relax, guys. He's dead. He's not gonna bite you like a zombie."

Mata Luke melotot kaget, sebelum akhirnya dia menatap keempat temannya dengan takut-takut. Mungkin seharusnya dia mendengarkan Addison dari awal bahwa tak seharusnya mereka memasukki ruangan dengan seorang mayat di dalamnya.

"What do you want?" tanya Nathan yang ingin segera keluar dari ruangan itu sesegera mungkin.

"Hmm, what do I want, yeah?" Skylar berjalan mengitari tubuh Ray (pacarnya) yang diletakkan diatas keranda mayat itu. "I want him back. Alive."

"Too bad," ucap Nico yang langsung mendapat pelototan dari teman-temannya. "Sorry."

"This is sooo simple, guys. We will play a game, it's called trade game. We trade our soul with the dead. I want to see if this game works," ujar Skylar sambil bertumpu pada ujung ranjang tempat Ray berbaring.

"And your point is...?" tanya Addison yang tak tahan dengan bau mayat itu.

"Four souls for one soul. You know, I need four person to awaken one person," ujar Skylar sambil menatap mereka, kecuali Luke. Disaat seperti ini, Luke merasa bersyukur dirinya tidak ditatap oleh mata biru Skylar.

Kelima remaja itu meringis mendengar setiap ucapan Skylar. Tidak ada yang tahu gadis itu sedang serius atau tidak, tapi yang jelas perkataan yang tadi ia ucapkan terdengar menyeramkan. Menukar jiwa? Skylar tidak terlihat main-main dengan hal itu.

"So you want to trade us, just to bring Ray back," kata Gaby pelan, lalu menggeleng. "You do believe in this shit? That's stupid."

"Yeah, that's stupid," Nico terkekeh mengejek, lalu meraih gagang pintu. "Let's go."

"Darling, your key is here," ujar Skylar sambil mengangkat kunci pintu tersebut. Nico langsung menggerutu lewat gumaman.

Skylar tersenyum melihat Nico mengerang sebal. "You're such a cute, Nicolas. No wonder why my sister likes you."

"Thanks but you're still stupid," kata Nico sambil melipat tangannya.

"Of course I am! I'm stupid for inviting you guys into this game to have my boyfriend back," ujar Skylar lalu tertawa. Namun di detik berikutnya, air mata mengalir deras di pipinya. "I love him. He doesn't deserve any of this. He deserves to live longer."

Luke terdiam di tempatnya, entah harus merasa takut atau cemburu. Mari kita pilih option pertama.

"She's insane. We have to get out of here," bisik Luke pada Addison yang berdiri disampingnya.

Addison berjinjit sedikit untuk membalas bisikkan Luke. "I know. But how?"

Luke mundur selangkah untuk meraih gagang pintu yang terbuat dari besi itu. Oh. Dia lupa bahwa pintunya terkunci. Tapi tak ada pilihan lain. Dengan gerakkan cepat, dia menggedor pintu itu berulang-ulang sambil berteriak minta tolong.

"HEY! Open the door please! We're locked in!" teriak Luke, begitu keras sampai-sampai wajahnya memerah. Keempat temannya yang lain langsung membantunya berteriak.

Skylar yang menyaksikan itu hanya tertawa. "Stupid people. This room is soundproof."

Setelah berteriak yang merupakan perbuatan sia-sia, kelima remaja itu bersandar di tembok, mengatur nafas masing-masing.

"Maybe we could just do what she wants us to do and wait until morning so we can go home," kata Nathan berbisik.

"True. This game is bullshit, anyway," ujar Nico sambil mengangguk.

Setelah sepakat, akhirnya Luke berdiri menghadap Skylar. "We'll do the game. Just tell us what to do."

Skylar mengangkat kedua alisnya, sebelum akhirnya tersenyum lalu bertepuk tangan. "Good. Shall we begin?"


***

[skylar on multimedia]

this book is inspired by R.L. Stein he's such a good writer omf

question of the day: berhubung masih berbau-bau UAS... kalian tipe belajarnya kaya gimana? (gue: jam 5 pagi baru BGT belajar, sambil bikin contekan sambil ditulis, nanti otomatis hafal sendiri dan biasanya ujung-ujungnya contekannya ga kepake... *tapi otak temen kepake a.k.a nyontek wqwq*)

game | l. hemmingsWhere stories live. Discover now