Chapter 3

5K 768 217
                                    

Chapter 3 


"Well, all I need is a drop of blood from each of you," ucap Skylar sambil mengeluarkan sebuah jarum pentul dari sakunya. Lalu gadis itu melanjutkan, "So I'll have to get this needle inside your veins. That's all."

"That's quiet scary," kata Nathan sambil berbisik pada Luke.

"I know... just pretend like you're in the game," balas Luke dengan bisikkan juga.

"But it's gonna be hurt," ujar Gaby menimpali.

"Maybe a little," kata Addison sambil menggenggam tangan Gaby kuat-kuat.

Skylar mengelap jarum pentulnya dengan tisu, yang membuat Luke sadar betapa bodohnya gadis itu terlihat sekarang. Siapa yang mengelap jarum pentul dengan tisu? Hanya Skylar.

"Now say the magic words with me," ujar Skylar lalu menutup matanya. 

Kelima remaja itu melirik satu sama lain dengan gugup dan bingung, namun memutuskan untuk diam saja. Perjanjian mereka dari awal adalah; mengikuti omong kosong Skylar sampai semuanya selesai agar gadis itu puas dan mereka bisa pulang. 

"Sacrifice and sincerety, we're calling back the dead in this reciprocation..." ucap Skylar, yang langsung diikuti oleh Luke dan teman-temannya.

Nico bahkan menahan tawanya saat mengucapkannya, karena mereka terdengar konyol. Setelah mantranya diucapkan, Skylar mendekati Gaby. Gadis itu membelalakan matanya penuh ketakutan, dan badannya gemetar saat Skylar meraih tangannya.

"Remember this is just bullshit," bisik Luke sambil menggenggam tangan kiri Gaby, menenangkan gadis itu. "Don't panic, Gabs, don't."

Tapi Gaby tidak bisa berhenti gemetar saat melihat jarum itu di depan matanya, seolah bersiap menusuknya kapan saja.

"Gabriella... such a sweet person for a rich girl. You could've joined the cheerleaders but you decided to stay with these losers," kata Skylar sambil melirik keempat teman Gaby.

"That's not true, they're not losers," ujar Gaby sambil menatap mata Skylar dalam-dalam. Tapi tatapan itu tak berlangsung lama ketika Gaby jatuh ke lantai dengan mata tertutup. Di ujung jarum pentul Skylar terdapat setitik darah.

"Oh my God!" Luke membelalak lalu berlutut disamping Gaby. Luke mendongak menatap Skylar penuh marah.  "What are you doing!? Why is her eyes closed?!"

"Love, she's dead," ujar Skylar tanpa wajah bersalah lalu meneteskan darah Gaby di atas kain Ray.

"Dead? She's dead because you took only a drop of blood off her?!" kali ini Luke berdiri, menghadap Skylar dengan amarah meluap-luap. "Wow, I didn't know that's how science works!"

"Luke, stop," bisik Addison sambil menarik lengan kaus cowok itu. "You're causing a drama. Gaby's probably just unconscious."

Luke akhirnya mencoba mengatur nafasnya, sebelum menatap Gaby sekali lagi, lalu kembali menatap Skylar yang mendekati Nico. Semoga saja Gaby memang hanya pingsan karena panik.

Skylar tersenyum. "Hello, Nico."

Addison yang berdiri disamping Luke hanya terdiam menyaksikan Nico terjatuh dan Skylar kembali meneteskan darah Nico diatas kain Ray. Hal itu terjadi lagi pada Nathan, yang membuat Addison menutup mulutnya dan menangis.

"Luke, they're dead," isak Addison sambil menatap teman-temannya yang terbaring dengan mata tertutup.

"No, Addie, no," ucap Luke dengan suara getir. "They're... they fainted."

"God, how many times do I have to tell you that your friends are dead, Hemmings?" tiba-tiba Skylar ikut dalam percakapan. Nada suaranya jelas menunjukkan bahwa dia kesal.

Luke tidak menanggapi apa-apa sementara tangisan Addison semakin menjadi-jadi. Meskipun suara tangisannya lebih terdengar seperti bisikkan, air matanya mengalir begitu deras dan hidungnya memerah.

"One more," ujar Skylar lagi, lalu tersenyum. "Addie, c'mere."

Addison menggeleng sambil merapatkan dirinya pada tembok di belakangnya. Mata gadis itu terus mengeluarkan air mata, yang mana merupakan pemandangan asing bagi Luke. Addison tidak pernah menangis sebelumnya.

"Weeeeell, this is the tomboy girl who's been in love with Luke Hemmings, yeah?" Skylar tersenyum sambil meraih ujung rambut pirang Addison dan memelintir rambut itu pelan-pelan. "Too bad he likes me. If I were him, I'd choose you, though."

Addison tak berbicara. Fakta bahwa Skylar baru saja mengatakan bahwa dirinya lebih baik daripada Skylar sendiri tidak mengurangi rasa takutnya sama sekali. Kaki Addison justru makin terasa melemas.

"C'mon, Addie, just one small bite," kata Skylar sambil meraih tangan gadis itu yang gemetaran.

"No, not Addie please," gumam Luke pada dirinya sendiri. Lalu, dengan rasa takut masih menyelimuti dirinya, Luke berdiri diantara Addison dan Skylar.

"Luke, get off," perintah Skylar sambil memutar bola matanya.

Luke mengulurkan tangan kirinya. Dadanya berpacu begitu cepat, namun dia masih sanggup berbicara. "Take me instead."

Skylar tersenyum, menepis tangan Luke sedikit kasar, menimbulkan kemerah-merahan di tangan cowok itu. 

"No. I want her, not you. Get off," ujar Skylar sambil berusaha mendorong Luke kesamping, namun cowok itu berusaha menahan badannya.

Skylar akhirnya mencoba menarik tangan Addie dari samping kanan, kiri, bahkan dari sela-sela tubuh Luke. Addison terus menangis dan berteriak sementara Luke mencoba menyingkirkan Skylar.

"Luke please protect me!" teriak Addison sambil menangis, menggunakan Luke sebagai perisai pelindungnya. Gadis itu bersyukur atas bahu dan ukuran tubuh Luke yang besar yang cukup untuk menutupinya. "No, please, Skylar! No!"

Addison terus memohon sambil menangis sementara Skylar semakin menjadi-jadi. Tangannya menyelip diantara tangan Luke dan meraih pergelangan tangan Addison, sebelum akhirnya dia menancapkan jarumnya tepat di nadi gadis itu.

Suasana hening. Addison tidak lagi menangis. Luke menyaksikan temannya sendiri terjatuh di lantai dalam keadaan mati. Sekali lagi, mati.

Luke menggeleng-geleng shock sebelum akhirnya mendongak untuk menatap Skylar yang berdiri disamping ranjang Ray, seperti menunggu sesuatu. Dalam hitungan detik, tubuh Ray yang tadinya pucat dan kaku itu bergerak. Matanya perlahan-lahan terbuka, menampakkan mata cokelat yang begitu terang.

Luke mencoba bernafas dengan normal tapi dia tidak bisa. Whoa, apa itu barusan benar-benar terjadi? Tidak. Luke tidak bisa mempercayai hal seperti ini. Ini dunia nyata, bukan film.

"Sky...?" adalah kata pertama yang keluar dari mulut Ray. Skylar langsung memeluk cowok itu erat-erat sambil menggumamkan kata-kata tertentu.

Luke bahkan tidak lagi merasa cemburu atas pemandangan di depannya. Yang dia rasakan hanyalah satu; rasa takut. 


*** 

this is so bad maafkan diriku ini teman-teman :c 

question of the day: bad habits?

[gabriella a.k.a gaby on multimedia]

game | l. hemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang