Mr. Tree

150 25 7
                                    

Choi Seungcheol tengah meneguk teh hijaunya ketika Hong Jisoo dan seorang yang tampak tidak asing berjalan memasuki ruangan. Makanannya sudah habis setengah, perasaan ingin menghabiskan buru-buru sirna saat melihat Jisoo dan orang yang mengikuti di belakang.

"Aku kira sudah jelas bahwa ini jam makan malam." Kata Seungcheol sembari berdiri dan mempersilahkan Jisoo maupun orang yang terasa familiar tersebut untuk duduk.

Sesungguhnya Ia tidak suka jika jam makannya diinterupsi. Jam makan malam adalah hal yang sakral bagi Seungcheol karena telah bekerja seharian. Sebuah self reward atas bekerja separuh hari dengan beberapa waktu yang berat. Namun kini karena penasaran, Seungcheol memperhatikan tamunya dan bertanya singkat pada Jisoo.

"Siapa?" tanya Ketua Distrik Jinhae tersebut.

Jisoo menjawab pelan, "Mutan dari Seoul."

Orang asing yang tengah duduk sembari melepaskan jaketnya itu menyatukan alisnya bingung.

Mutan, katanya.

Seolah Ia sedang shooting film X-Men dan Ia adalah pahlawannya.

"Keponakan Tuan Kim, bukan ya?" tanya Seungcheol penuh minat. Matanya terbuka lebar dengan senyuman lebar yang hampir robek hingga ke telinga.

Mingyu, pemuda bongsor dengan raut tidak menyenangkan itu hanya mengangguk. Tampak angkuh dimata Jisoo yang kini memutar bola matanya malas. Seoul boys and their audacities.

"Wah, selamat datang! Baru tiba? Bagaimana perjalanannya? Maaf sekali kami di sini tidak bisa menjemputmu. Sudah makan?"

Pertanyaan bertubi oleh Sang Kepala hanya dibalas dengan satu kalimat yang sama sekali tidak menjawab satupun pertanyaan Seungcheol.

"Asramaku di mana?"

Seungcheol yang tadinya tersenyum lebar kini malah mengatupkan bibirnya sebal. Pegawai mutasi ini kiranya akan membawanya pada sakit kepala yang lain jika terus bersikap tidak peduli begini, namun dengan segera buru-buru Ia tepis perasaan sebal itu dan menelannya menjadi tawa canggung.

"Jisoo akan mengantarmu nanti. Mau teh? Atau kopi?"

Mingyu berdiri, merapikan bajunya yang kini tinggal selapis. "Aku akan menunggu di luar. Senang bertemu dengan anda, Tuan. Sampai ketemu lusa nanti."

Membungkuk, pria Seoul itu keluar dari ruangan. Meninggalkan tanda tanya besar pada Jisoo yang sedari tadi duduk di belakang dan Seungcheol yang tengah menggenggam bungkus sachet kopi dan teh hijau.

"Bos? Yakin mau menerima bawahan sombong begitu?"

Seungcheol memejamkan matanya. Meletakkan bungkusan yang tadi Ia tawarkan pada pegawai pindahan tersebut.

"Yakin. Harus. Dia keponakan Bos Kepala Pusat."

"Tapi kurasa sudah membuatmu pusing di kepala?" tanya Jisoo.

Seungcheol mau tidak mau mengangkat bahunya, berusaha tidak peduli. Tidak ada alasan baginya untuk menyanggah pertanyaan Jisoo.

Seungcheol, kembali duduk dan meneguk tehnya. Kancing teratas Ia tarik paksa sehingga terbuka sembari berkata, "katakan padanya bahwa aku ketuanya. Benar-benar, aku bahkan belum sempat menyebutkan nama."

-

Kim Mingyu, pria dengan kesan sombong itu akhirnya keluar dari ruangan. Baru saja kakinya menapaki satu ubin putih di bawah, seseorang menubruknya.

"M-maaf. Yah, Jihoon-ah! Sudah aku katakan untuk berhenti mengejarku. Aku akan mengganti makananmu."

Mingyu menatap lelaki di depannya acuh tak acuh. Tak lama seseorang lagi menubruknya dan menarik telinga pria yang lebih dulu mendorongnya.

Busted Purposelyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن