Part 7

101 20 0
                                    

Gedung utama IC corp tampak mulai ramai dengan para karyawan yang baru saja datang.

Mobil hitam BMW itu membuat pandangan beberapa orang teralihkan. Ada rumor yang beredar bahwa Direktur utama IC corp akan mulai bekerja dikantor ini. Memang karyawan disini masih tidak ada yang tahu bagaimana wajah seorang Aland Geraldi Barison, anak kedua keluarga Barison.

Mr. Jo membuka kan pintu mobil untuk Aland. Cowok itu menghelah nafasnya gugup. Selama ini Aland selalu bekerja dibalik layar karena traumanya. Aland mulai berjalan tanpa pedulikan orang-orang yang menatapnya penuh tanda tanya.

Aland bisa melihat Vano yang sudah berdiri di ambang pintu. Anak itu pasti akan mengumumkannya.

"Welcome to IC corp Mr. Aland yang terhormat!" ucapnya dengan suara dibuat-buat. Vano memberikan bunga sebagai ucapan selamat datangnya. Mereka semua yang ada disana begitu terkejut ketika melihat sang direktur utama yang begitu diluar dugaan.

Aland hanya berpakaian seadanya. Yah itulah ciri khas Aland. Dia hanya memakai jas ketika ada rapat penting dengan berbagai direktur luar negeri.
"Thanks." ucapnya.

Semuanya memberi selamat pada Aland. Terutama kaum hawa yang berani-beraninya memberikan senyuman yang menggelikan pada Aland.

"Satu yang saya terapkan di kantor saya yang ada di Amsterdam! Waktu adalah uang! Jadi mohon kerja sama nya." ucap Aland lalu pergi begitu saja tanpa memberikan senyumnya.

Vano hanya bisa tersenyum kikuk dihadapan mereka semua. Kini tamatlah sudah mereka ketika IC Corp dipegang oleh Aland. Jangan sampai lalai dalam bekerja, atau jangan harap kau akan menginjakkan kaki di kantor ini.

Vano mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Aland.

"Bruh wagelaseh, lo gak liat ekspresi mereka semua pada tegang? Gila gu-"
Ocehan Vano terhenti ketika Aland menatapnya sinis. Dia sangat berbeda ketika didalam kantor. Harusnya Vano tidak meremehkan seorang putra Barison. Sangat mirip dengan Mr. Rayon Barison.

"Van, gue mau lo atur pertemuan lo sama Farel."

"Lho bukannya lo land? Kan lo kemarin nyuruh gue ketemu sama Mr. Jack?"

Aland menghelah nafasnya kesal. Dia masih kesal dengan semalam, ketika melihat Shea pulang pergi bersama Farel. Entah sejak kapan Aland menjadi tidak profesional seperti ini. Dia tidak pernah mengikut campurkan masalah pribadi dalam hal bisnisnya.

"Gue pikir lagi bhs inggris lo kurang."

"Wah ngeledek gue lo?! Gini gini gue sering ikut lomba bhs inggris!"

"Atur pertemuan sebelum gue!" ucapnya. Lalu masuk kedalam ruangannya lebih dulu. Vano melirik kesal pada Aland.

Harusnya sih Aland yang harus bertemu Farel. Tapi Aland berubah pikiran karena dia begitu emosi melihat Farel kemarin. Toh Vano cukup pintar dalam hal tawar menawar. Kalau tidak begitu mana mungkin Vano menjadi wakil direktur dikantor ini.

Vano kembali keruangannya yang tak jauh dari Aland. Wajahnya begitu kesal ketika tiba-tiba saja merubah jadwal.

"Zetta ubah jadwal saya 1 jam lagi meeting dengan Farel. Hubungi Farel sekarang." ucapnya serius. Zetta pun mengangguk lalu segera menghubungi Farel.

🌼

Shea bernafas legah. Hanya tinggal sedikit lagi langkahnya untuk menggapai cita-citanya. Shea ingin menjadi seorang psikologi hanya karena papanya.

Shea berjalan di koridor sendirian. Dia juga tidak tahu apa Lea sahabatnya itu ada bimbingan atau tidak hari ini. Alhasil Shea harus dikampus sendirian sekarang.

About TimeWhere stories live. Discover now