First Lilac, First You

2.2K 234 53
                                    

Remember when

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Remember when.
The day the flower blooms, The day the dramatic song playing, the day the sun shines too brightly, and the day I fell in love.

There is nothing I can find. Except You, and Lilac.










































Sehun melepaskan tautan bibirnya dengan Luhan, dia sadar sebagian besar perhatian anggota keluarganya tertuju pada mereka saat ini. Mereka kini telah ada di tengah-tengah lantai dansa dan sebagian yang lain sengaja menyingkir membiarkan mereka berdua berdiri di sana.

Sehun tahu Luhan malu maka yang dia lakukan adalah memeluk Luhan, menutup wajah Luhan yang sudah merona parah dengan bahunya yang lebar dan kokoh. Luhan yang memang enggan berbuat lebih lagi menenggelamkan kepalanya di bahu Sehun dan bersembunyi di sana yang tentu saja menghadirkan kekehan ringan dari anggota keluarga serta tatapan tak suka dari Irene dan Bibi Sungryung. Irene panas karena Oh Sehun bermesraan bersama wanita itu sedangkan Bibi Sungryung merasa iri karena semua perhatian tertuju pada Sehun dan pacarnya.

"Kau menyebalkan." Bisik Luhan pelan.

"Itu memang nama tengahku." Balas Sehun sambil mengerling jahil. Sesekali Sehun mengusap pelipis Luhan dan mengecek suhu tubuhnya.

"Suhu tubuhmu meningkat lagi, apa perlu kita beristirahat lebih awal?"

Pria itu tampak lebih khawatir, dan Luhan hanya tersenyum tipis dia tidak ingin terjatuh dalam ilusi. Luhan tidak ingin merasakan perasaan lebih pada pria ini tetapi pada kenyataannya dia tidak mempunyai rasa sama sekali dan lebih parah dari itu mungkin Luhan adalah bidak catur atas permainan yang Sehun mainkan, sebaiknya Luhan mulai menjaga jarak mulai dari sekarang lagipula perjanjian mereka akan usai besok hari.

Luhan menggeleng, perlahan melepaskan tangan Oh Sehun yang melingkar di pinggangnya. Dia mendongak untuk bertemu sepasang jelaga hitam yang menenggelamkan pada lubang hitam tak berdasar. Lantas Luhan mengulas senyum manisnya.

"Tidak perlu, aku akan di sini sampai pesta selesai."

"Kau yakin?" Tanya Oh Sehun, dia tampak hawatir tetapi jelas rasa gengsi masih menyinggahi dirinya. "Aku tidak mau mengurusi orang yang sakit lagi. Jika pingsan jangan minta gendong padaku."

"Tidak ada orang yang tidak sadarkan diri merengek meminta digendong."

Luhan membenarkan letak rambutnya yang terurai jatuh ke depan. Mengusapnya lantas kembali menyematkannya dibelakang telinga. Gerakan itu begitu sederhana namun menghasilkan efek yang luar biasa bagi hati rentan Oh Sehun. Jantungnya kembali berdegup kencang rasa panas menjalar ke kepala dan berpusat di telinganya. Gerakan itu terlihat halus dan lembut, dan bahkan jari-jemari yang jenjang itu terlihat anggun dan cantik.

Relationshit VacancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang