MAKE IT RIGHT

4.2K 373 106
                                    

Chapter 01

Tidak ada yang tahu sebuah ketetapan. Mungkin bukan pilihanmu, mungkin bukan keinginanmu, tapi seiring waktu berjalan, bisa jadi yang paling kau butuhkan. Percayalah, Tuhan tidak pernah mengecewakan.

Seumur hidupnya, atau setidaknya dari Tetsuya bisa mengingat, sampai sekarang, dia menganggap bahwa dirinya termasuk manusia yang sabar. Semarah atau sekesal apapun, Tetsuya tak pernah melampiaskannya dengan berlebihan. Untuk itu, saking sabarnya dia sering sekali diminta untuk membantu tetangganya mengajar di TK saat luang.

Namun, sepertinya titel kesabaran Tetsuya harus hilang saat dia berhadapan dengan sesosok manusia yang sungguh tak bisa dia gambarkan tentang betapa tingginya kadar menyebalkan orang yang bersangkutan.

“Tetsuya-san, ini salah.” Sosok mantan kohai sekaligus bawahannya, “Ah, Tetsuya-san memang selalu salah.” Wajahnya menyeringai, “Atau memang sengaja salah?”

Kalau saja, kalau saja si kepala merah itu bukan bawahannya yang selalu bisa diandalkan, sudah dari dulu Tetsuya mengajukan protes kepada atasan untuk menendangnya keluar.

“Aku hanya mengoreksi apa yang sudah kalian kerjakan.” Ujar Tetsuya sambil menekan kata kalian. Berharap Akashi, nama bawahannya yang menjengkelkan, bisa sadar tentang posisi mereka sekarang.

Tidak, bukannya Tetsuya gila hormat sebenarnya, tapi kesal juga saat apapun yang dia lakukan dicela bawahan- ralat- hanya Akashi seorang, tapi tetap saja, menyebalkan. Sudah begitu cara mengkritiknya menjengkelkan.

“Tapi kan harusnya Tetsuya-san memberi kami pengertian saat proses berjalan.”

“Kenapa aku harus selalu mengawasi saat kalian tidak sekalipun mengajukan pertanyaan?”

“Kau kan atasan.”

“Aku juga punya pekerjaan yang harus aku selesaikan, Akashi-kun. Bukan 24 jam mengawasi kalian, aku yakin, aku merekrut orang yang professional, bukan segerombolan mahasiswa yang baru magang.” Ucap Tetsuya, hatinya merasa puas saat melihat wajah yang punya paras aristocrat itu terdiam.

“Tapi-“

Sial, sepertinya si kepala merah masih bisa lagi memberi jawaban.

“-Jika terjadi kesalahan, Tetsuya-san yang akan mempertanggungjawabkan, dan kami akan mengulang dari awal. Jadi, tidakkah lebih efisien untuk benar dari awal?”

“Tidakkah kau mengerti bahwa kesalahan bisa jadi bahan belajar, Akashi-kun?”

“Tidakkah Tetsuya-san tadi baru saja bilang bahwa anda merekrut para professional bukan mahasiswa magang yang sedang belajar?”

Tolong beri Tetsuya kesabaran lebih, ya Tuhan.

“Setangguh apapun seorang professional, tak akan maju tanpa sebuah kesalahan.”

“Tapi tidakkah lebih baik untuk tidak membuat kesalahan dengan pengawasan yang benar?”

“Kau mau bilang aku tidak becus jadi atasan?” Tanya Tetsuya yang tidak bisa untuk tidak tersinggung akibat perkataan Akashi barusan.

“Yang saya mau bilang adalah,” Pemuda yang lebih tinggi darinya ini berbisik di telinga Tetsuya, “Diam saja dirumah, menanti saya pulang dari mencari nafkah.”

SIALAN!

Ya, tak hanya membuli Tetsuya secara pekerjaan, si kepala merah juga membuli dirinya secara mental. Mentang-mentang dirinya lebih pend- maksudnya kalah tinggi badan, Akashi menggodanya dengan menganggap Tetsuya mirip perempuan.

MAKE IT RIGHT.Where stories live. Discover now