74 - Part Final

6.2K 281 12
                                    

Assalamu'alaikum.

Apa kabar temen-temen semuanya? semoga kalian dalam keadaan sehat wal'afiat. Amiin.

Alhamdulillah, Kali ini aku datang kembali dengan part final yang aku janjikan. Semoga temen-temen semuanya suka sama ending dari cerita ini.

Setelah membaca part final. Silahkan tinggalkan pesan dan kesan kalian untuk cerita ini. Karena aku berniat untuk merevisi ulang. Jadi kalian bisa andil dalam bagian part mana yang perlu di tambah dan dibuang.

Dan sebelumnya juga author, Naysila, Zulfikar dan teman-teman yang ada dalam kisah ini mohon pamit. Terimakasih telah setia menemani 6 bulan ini. Semoga kelak kita akan bertemu kembali .

We Lov yu :*

Selamat membaca.

PART FINAL

Acara tahlilan malam pertama sudah selesai. Keadaan rumah sudah kembali sepi. Hanya adalah dua, tiga orang saudara dekat yang masih terdengar mengaji.

"Saya menghargai niat baik Kak Imran. Tapi Feby dan Rizky akan tetap tinggal disini, bersama saya Kak." Naysila yang duduk di kursi roda tetap bersikeras mempertahankan kedua keponakannya itu. Meskipun Imran yakin jika dia bisa mengurus kedua anak itu.

"Tapi saya adalah Ayahnya." Imran berharap Naysila akan luluh dengan niatnya yang tulus.

"Saya tahu, dan saya juga tidak memungkirinya. Tapi Kak Aisyah sudah memberikan amanah ini pada saya."

Lukman menghela nafas berat. Kedua orang dihadapannya kini tengah saling keras mempertahankan pendapatnya masing-masing.

"Sudah, Nay! Biarkan saja Imran membawa anak-anaknya. Lagipula kan Aisyah tidak tahu kalau Imran ternyata masih hidup, makanya dia meminta kamu untuk merawat Feby dan Rizky."

Naysila mendelikan matanya. Kenapa ayahnya tega memberikan kedua cucunya pada laki-laki yang sudah meninggalkan kedua anak itu 5 tahun lamanya.

"Maksud Bapak, Nay harus memberikan Feby sama Rizky?"

Lukman mengangguk.

"Nggak. Gak akan." Sergah Naysila."Kenapa Bapak tega banget sih? Apa Bapak udah gak sayang lagi sama mereka?"

Lukman menundukkan kepalanya. Sebenernya bukan itu alasannya. Lukman hanya ingin Naysila fokus mengurus keluarganya tanpa memikirkan kedua anak Aisyah ini, karena memang toh Imran juga saat ini sudah kembali pada kedua orangtuanya. Jadi Naysila dan Lukman bisa menemui mereka kapan saja.

Karena Naysila tetap bersikeras. Akhirnya Imran mengalah. Lagipula Imran juga harus tahu diri jika dia selama ini sudah menelantarkan kedua anaknya itu.

"Baiklah, Naysila. Kalau kamu memang tidak mengizinkan saya membawa anak-anak saya tidak apa-apa. Tapi saya masih boleh kan datang kesini kapan saja kalau saya merindukan mereka." Imran terlihat penuh harap.

Naysila bukan tipe manusia pendendam. Tentunya dia mengizinkan Imran kapanpun dia ingin bertemu dengan anaknya itu.

"Tentu, Kak. Kapanpun Kak Imran Mau. Datanglah!"

-----

Setelah menidurkan Feby dan Rizky kini Naysila turun dari tempat tidurnya dibantu oleh Suster Isna.

"Sus, boleh saya minta tolong ambilkan dompet dan ponsel saya?" Suster Isna mengangguk dan Naysila mulai memasukkan sebelah lengan switer ke badannya. Sekian detik kemudian Suster Isna kembali datang dan menyerahkan benda yang dimintanya.

Amanah & Cinta 💓 (END)Where stories live. Discover now