75 - Part Final 2

9K 300 153
                                    

Aku berjalan dalam keheningan malam yang sunyi.

Tak pernah ku sangka jika kisah perjalanan hidupku akan serumit ini.

Ibu, Kak Aisyah. Mereka kini telah pergi dan tak akan ada lagi senyum dan tawa mereka di setiap pagi.

Oh Allah, aku ikhlas jika mereka memang harus pergi. Namun aku mohon, tempatkan mereka dalam surgamu yang abadi.

Sampaikanlah salam sayang penuh cinta dan terimakasih ku pada mereka yang selalu mengajariku tentang arti sebuah keikhlasan.

Oh Allah.

Hari demi hari akhirnya telah ku lalui.

6 bulan masa tersulit ku akhirnya kini terlewati.

Meskipun terlalu banyak air mata dan hati yang terluka, aku harus tetap kuat demi orang-orang yang aku cinta.

Sesulit dan sepahit apapun jalan yang engkau takdirkan, aku yakin akan ada akhir yang indah untuk ku.

Untuk cinta ku.

Setiap pertemuan tentunya akan ada perpisahan.

Setiap rasa cinta tentunya akan ada rasa luka.

Siap atau tidak, keduanya tak kan bisa kita pisahkan, dan kita semua pasti akan mendapatkan giliran yang sama.

Rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhku sudah tak ku hiraukan lagi. Setidaknya hari ini aku sudah menjalankan tugas dan tanggung jawabku.

Menemani Kak Aisyah ke peristirahatan terakhirnya.

Menjaga amanah Kak Aisyah untuk merawat putra putrinya.

Tugasku sebagai seorang adik sudah selesai. Sekarang aku akan melaksanakan tugas ku yang selanjutnya.

Menemui cinta sejati ku.

🥀 Naysila

-----------

Isna mendorong kursi roda Naysila di koridor yang sudah mulai sepi. Padahal jam baru menunjukkan pukul 21.30, tapi suasana hening sudah sangat terasa di area rumah sakit besar itu.

"Arghhh," Naysila meringis memegangi perutnya.

"Bu, ibu tidak apa-apa? ... apa sebaiknya kita periksa keadaan ibu dulu?" Isna terlihat sangat khawatir dengan keadaan pasiennya.

"Saya tidak apa-apa sus, mungkin cuma sedikit kram saja. Kita lanjutkan saja sus."

Isna hanya menghela nafas lalu kembali mendorong kursi roda itu. "Baiklah."

Mereka sudah sampai di sebuah kamar tujuan mereka. Naysila meminta Isna menghentikan laju kursi rodanya dengan mengangkat tangannya. Naysila melihat ayah dan nenek mertuanya sedang duduk di luar kamar sambil memangku wajahnya masing-masing. Perasaan takutnya kembali datang. Apakah terjadi hal yang buruk dengan suaminya?.

"Naysila." Cicit Luna.

Luna yang melihat kedatangan Naysila langsung mendorong kursi rodanya, mendekat ke arah Naysila. Dengan sigap Naysila langsung berusaha berdiri untuk menyambut kedatangan Luna.

Amanah & Cinta 💓 (END)Where stories live. Discover now