7. Asa - Sebuah Nyanyian Pengalih Perhatian

33 1 0
                                    


"Ibu dan bapak beserta anak-anaknya". Demikianlah Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata "keluarga". Gambaran itu memperlihatkan keluarga sebagai sekumpulan individu yang tergabung oleh relasi perkawinan dan hubungan darah, yang hidup dan berinteraksi dalam satu rumah tangga, serta menjalankan perannya masing-masing. Tapi tahukah kalian? Sebuah rumah tangga dengan orang tua tunggal juga kenyataannya ada di sekitar kita. Sebuah rumah tangga dengan orang tua tunggal dapat disebabkan oleh kasus perceraian maupun kematian.

Berdasarkan data Mahkamah Agung (MA), sebanyak 419.268 pasangan bercerai sepanjang 2018. Penyebab lain suatu keluarga hanya memiliki satu orang tua atau (atau biasa dikenal dengan single parent) adalah kematian. Kematian adalah satu hal yang pasti dan dapat menimbulkan kesedihan mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Kematian seorang suami, membuat istri menjadi amat sedih, shock karena tiba-tiba harus menjadi seorang single mom. Peran yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Saya pun pernah berada dalam sebuah keluarga yang hanya memiliki satu orang tua yaitu seorang ibu. Hal itu dikarenakan ayah saya meninggal dunia dikarenakan sakit yang dideritanya. Tapi saat ayah sudah tidak ada, saya tidak lagi merasakan kehangatan dalam sebuah keluarga. Sepulang sekolah saya langsung pergi ke kamar, mengunci pintu kamar, dan menangis. Saya masih belum bisa menerima kepergian ayah. Saat itu saya terlalu rapuh. Hanya dengan mendengar teman membicarakan tentang ayahnya saya tak bisa menahan tangis. Saat seorang teman dijemput oleh ayahnya di sekolah, saya merasa anak yang paling tidak beruntung.

Ibu pergi ke Jakarta untuk mencari kerja dan saya tinggal dengan nenek. Ibu hanya pulang kerumah 1 hari. Setelah itu ibu pergi bekerja lagi. Saat saya tanya apa pekerjaan ibu, ia tak pernah menjawabnya dan hanya mengatakan "ibu kerjaannya gak capek kok" begitu katanya. Saya tahu tanggung jawabnya lebih berat. Ia harus menjadi seorang ibu dan sekaligus menjadi seorang ayah. Jika ibu bisa setegar itu, saya pun harus bisa. Kemudian saya mencoba mencari kegiatan yang bisa membuat saya sedikit tidak terlalu memikirkan dan mengikhlaskan kepergian ayah.

Saya bernyanyi. Saya merasa, saya memiliki kemampuan yang lebih dalam bernyanyi. Saya mencoba mengikhlaskan kepergiannya dengan mengalihkan perhatian ke hal-hal yang lain. Sedikit sedikit mulai hilanglah rasa kehilangan itu. Karena percuma bersedih tidak akan membuat semuanya kembali sempurna. Saya mengalihkan perhatian saya. Tapi tentu saja. Saya hanya mengikhlaskan bukan melupakan.

Hai kalian. Iya kalian, yang memiliki keluarga hanya dengan satu orang tua di dalamnya. Kamu tidak sendiri. Masih banyak yang lebih menderita dari kita. Jangan terlalu berlarut dalam kesedihan. Alihkan perhatianmu agar bisa mengikhlaskan, tapi tidak dengan melupakan.

Kumpulan Esai BaladfebWhere stories live. Discover now