Part 22 All I Need is You

1.6K 97 3
                                    

Waktu berlalu hingga esok hari, Elisa terbangun dalam pelukan hangat dan nyaman Lucian.
Ia mengingat dirinya menangis dengan sedih semalam dan pelukan hangat itu yang menenangkannya.

Semuanya terasa seperti mimpi, dan ia cukup malu untuk melihat wajah tampan Lucian. Terkadang apa yang dibutuhkan saat kita mengingat masa lalu yang menyedihkan adalah hal yang sederhana seperti pelukan. Perasaan untuk memiliki seseorang untuk bersandar adalah hal yang baru baginya. Dulu ia hanya bisa berbicara dengan kucing kecil dan dirinya sendiri.

Lucian terbangun disaat Elisa sedang merenung. Ia mengelus rambut Elisa dengan lembut disaat melihat gadisnya nampak tenggelam dalam pemikirannya.
"Good morning sweetheart.. Merasa lebih baik?"

Pipi Elisa merona disaat ia melihat tatapan Lucian yang lembut. Ia tidak menjawab Lucian dan hanya membenamkan wajahnya di pelukan Lucian.
Mengingat bahwa ia melamun dan juga menangis begitu banyak hingga baju Lucian penuh dengan jejak air mata membuat pipinya semakin merona.

Melihat gadisnya yang dengan malu-malu menyembunyikan wajahnya dipelukannya membuat Lucian tertawa pelan. Ia begitu manis hingga Lucian hanya ingin terus memeluknya setiap saat.

Suara ketukan pintu mengganggu interaksi manis keduanya.
Lucian agak tidak senang karena diganggu disaat sedang bersama dengan gadisnya.

"Masuk.." Nada bicara Lucian membawa nada dingin khas seorang Alpha.

Seseorang di luar pintu langsung memasuki ruangan saat mendengar Lucian menjawab ketukan pintunya.
"Permisi Alpha, ada masalah di pack yang perlu Alpha periksa dan ada beberapa masalah dengan perusahaan yang kami miliki. Saya harap Alpha bisa meluangkan waktu untuk menanganinya." Ucap Beta Lucian dengan sopan.

Lucian hanya bisa menghela nafas panjang. Ia masih ingin menghabiskan waktu dengan gadisnya, tetapi belakangan ini karena masalah yang Ia hadapi dengan Elisa Ia sering menyerahkan tugasnya kepada Beta atau bawahannya untuk ditangani.

Sebenarnya Ia tidak ingin mengabaikan tanggung jawabnya sebagai Alpha dan pemimpin perusahaan. Akan tetapi, Ia akan selalu memikirkan Elisa. Setiap kali ia membuka matanya dan bahkan ketika Ia tertidur Ia akan selalu memimpikan Elisa.

"Kembalilah lebih dulu ke kantor, aku akan segera menyusul" Ucap Lucian kepada Betanya.
Beta Lucian menundukan kepalanya dengan hormat dan keluar dari ruangan.

Suasana kembali hening saat Beta Lucian meninggalkan ruangan.
"Sweetheart.. Maaf, sepertinya kita tidak bisa menghabiskan waktu bersama hari ini..
Tapi saat semua masalah telah ditangani, kita bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama."
Ucap Lucian saat Ia melihat sedikit ekspresi kecewa pada gadisnya.

Elisa hanya diam dan mengangguk sebagai balasan. Ia sebenarnya masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Lucian.  Dirinya merasa bahwa Ia merasa semakin terikat dengan Lucian sekarang.

Melihat gadisnya yang hanya diam saja, Lucian langsung memeluknya dan sambil memberikan kecupan-kecupan ringan di pipi Elisa. Berusaha membutnya merasa lebih baik.

Lucian menemani Elisa selama satu jam penuh sebelum pergi ke kantornya. Elisa hanya bisa menghela nafas dan menghibur diri. Ia berniat untuk pergi ke taman pack dan menghirup udara segar sambil menunggu Lucian kembali.

Saat berada di taman pack, Elisa merasa sedikit lebih baik. Ia melihat beberapa kucing kecil bermain dan bunga-bunga yang indah. Terkadang Ia akan mengelus beberapa kucing yang menghampirinya.

Elisa sibuk memperhatikan kucing-kucing kecil itu dan tidak memperhatikan lelaki tampan yang berdiri di atas pohon sedari tadi mengawasinya. Pandangan lelaki itu dalam dan penuh dengan berbagai macam emosi. Ia ragu-ragu apakah Ia harus berbicara dengan Elisa atau tidak.

Mungkin karena merasa diabaikan dan ingin lebih dekat dengan Elisa, lelaki itupun memberanikan dirinya untuk mencoba berbincang dengan Elisa.

"Hei El.. Apa kabar?"
Kata lelaki itu sambil melompat turun dari atas pohon.
Elisa terkejut dan langsung menoleh ke arah lelaki itu.

Ia ingat lelaki itu juga berada di pesta kerajaan. Alvaro, begitulah ia memperkenalkan dirinya. Ia juga berkata bahwa Ia sudah mengenal dirinya sejak masih kecil. Tetapi sayangnya Elisa tidak mengingatnya sama sekali. Elisa merasakan ada perasaan familiar yang samar tentang lelaki itu. Tetapi entah seberapa keras Ia mencoba mengingat, Ia tidak bisa mengingatnya.

Melihat Elisa hanya terdiam menatapnya dan tidak membalas, Alvaro memutuskan memulai percakapan lain.

"Bagaimana kondisimu ell? Sudah lebih baik? Maaf, aku tak menjengukmu lebih awal" Alvaro berkata sambil tersenyum ramah.

"Ehm.. Sudah lebih baik. Terimakasih sudah bertanya" Balas Elisa dengan sedikit canggung. Ia tidak merasa benar berbicara berdua dengan seorang pria lain saat Lucian tidak disekitar. Apalagi Ia tidak terlalu mengenal pria ini.

"Syukurlah apabila keadaanmu membaik. Sebaiknya aku kembali dan tidak mengganggu istirahatmu El. Sampai jumpa.."
Ucap Alvaro saat Ia melihat Elisa sedikit tidak nyaman dengannya.

"Tunggu.. Bisakah aku bertanya sesuatu sebelum kamu pergi?"
Saat Alvaro hendak berbalik dan pergi, tiba-tiba Ia mendengar Elisa menghentikannya.

"Tentu, silahkan bertanya. Apa ada sesuatu yang ingin kamu ketahui?" Ucap Alvaro sambil memandang Elisa.

"Bisakah kamu menceritakan masa laluku? Kamu pernah berkata kalau kita sudah saling mengenal sejak lama." Tanya Elisa sambil memandang Alvaro penuh harap.

"Maafkan aku, aku tidak bisa menjawab itu. Kamu harus mengingatnya sendiri El..
Tapi ada satu hal yang bisa kuberitahukan padamu, yaitu kita berdua adalah sama."
Setelah mengatakan itu, Alvaro kembali melompat ke atas pohon dan segera menghilang dari pandangan Elisa.

"Kita berdua adalah sama" Elisa merasa kata-kata itu begitu familiar dan begitu asing disaat yang sama. Apakah ia benar-benar melupakan semuanya??

The Little LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang