Alibi

2.1K 267 36
                                    

Sebelumnya :

"Kamu siapa?" tanya Zea ke si lelaki berambut klimis, yang wajahnya terlihat menyebalkan.

Bukannya menjawab, lelaki itu justru memaksa masuk. Mendorong tubuh Zea ke samping agar tidak menghalangi jalan.

Baru beberapa langkah, si rambut klimis berhenti, kemudian mendengkus.

"Dia benar. Tempatmu lebih seperti kandang dari pada apartemen. Jorok!"

Picture : Pinterest

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Picture : Pinterest

Kandang?

Zea mendengkus. Hanya ada satu orang yang selalu mengatakan kalau apartemennya adalah kandang. Atasannya yang bahkan cuma sekali menjejakkan kaki di apartemen. Yang setelahnya berakhir dengan memberi perintah dari entah belahan dunia mana.

Lalu, manusia ini--yang entah siapa--berani menyebut apartemennya kandang?

Sialan!

Zea berbalik setelah sebelumnya menutup pintu hingga berdebum. Dia mendekati si klimis yang wajahnya terlihat menyebalkan.

"Maaf ...." Zea berkacak pinggang tepat di hadapan si lelaki yang mengenakan pakaian serba hitam.

"Aku Chen. Mungkin Pak Kepala sudah mengatakannya padamu ...." Lelaki yang mengaku bernama Chen itu melirik turun, menatap Zea tanpa mau menunduk sama sekali.

Sombong!

"Bos tidak pernah mengatakan apa pun tentang ... Chen?" Zea bergidik sok jijik. "Dia hanya mengatakan tentang psikolog---"

"Itu aku!" Chen menarik salah satu ujung bibirnya naik. Lalu, seperti tadi, dia mendorong Zea ke samping, berjalan masuk melewati ranjang, dan membuka tirai dengan kasar. Otomatis dia terbatuk, mengutuk debu-debu yang beterbangan seiring tirai yang terbuka. "Benar-benar jorok!" umpatnya.

Zea menghela napas lelah. Kesal dengan kelakuan Chen yang seenaknya. Menurutnya, sangat tidak mencerminkan jiwa seorang psikolog atau psikiater atau apalah itu namanya. Atau jangan-jangan dia menjadi gila karena selalu berhubungan dengan orang gila.

"Aku bisa menuntutmu dengan pasal perbuatan tidak menyenangkan. Seenaknya masuk tanpa izin, dan ikut campur dalam urusan---"

"Aku hanya memastikan menemuimu sebelum kamu kembali bertugas, Detektif." Chen memotong ucapan Zea. Matanya menyapu ruangan, menggeleng. Tidak habis pikir mengapa kamar seorang perempuan bisa seberantakan ini.

"Aku belum membutuh---"

"Aku tahu!" Lagi, Chen memotong ucapan Zea. Membuat perempuan itu mulai kehilangan kesabaran, berkali-kali mengacak rambutnya yang memang sudah beratakan.

KEEP SILENT (Completed) - TerbitWhere stories live. Discover now