Langitnya gelap hari ini. Pas tadi liat ramalan cuaca katanya cerah berawan, tapi sekarang malah gelap banget kayak udah maghrib. Padahal ini masih jam setengah 2 siang yang harusnya lagi terik-teriknya.
Pokoknya gue harus sampai rumah secepatnya, sih. Gue gak bisa kehujanan! Gak siap!
JEDEEEER!
Baru aja gue ngomong gitu dalam hati petir udah menyambar aja. Mana posisinya abang ojol gue masih di jalan. Padahal kampus gue jalannya gampang, lho.
"Eh, Hana!" Gue menoleh ke samping kanan gue. Yunho yang manggil. Dia sama Yeosang lari-larian ke halte tempat gue berdiri kayaknya. Keliatan dari mereka yang ngos-ngosan.
"Kalian kenapa? Lari-larian gini kenapa?" tanya gue. Btw, gue sama Yunho satu kelas di beberapa matkul dan suka kerkom bareng kalau ada tugas kelompok.
Dan gue jarang tau kalau Yeosang sama Yunho bisa barengan gini. Gue pikir mereka gak saling kenal karena selama ini Yeosang cuma sama sepupunya, Jongho.
"Mau nyamperin lu, nih si Yeo— EH!" Yunho meringis kesakitan tiba-tiba sambil megangin punggung belakangnya. Gak tau dah kenapa.
"Gue nungguin dijemput juga." sambung Yeosang cepat. Kenapa lah dua orang ini gak paham gue.
Gue cuma mengangguk dan bilang "Oohh." Karena gue masih fokus nungguin abang ojol gue.
Gak lama Yunho pamit, "Hana, gue pulang dulu. Gue tinggal, ya, Sang. Mangats!" katanya yang kemudian kabur dari halte.
Sisa gue dan Yeosang sekarang. Tiba-tiba kedenger gemuruh. Anjir, bahkan gue belum pulang.
"Naik ojol?" Gue manggut-manggut mengiyakan pertanyaan Yeosang. "Mau gue tunggu sampe dateng gak?"
"Hmm, gak usah. Lu dijemput katanya?— Eh! Emang lu gak bawa motor?" kata gue sambil mendongak ke dia. Apalah daya dari seorang gadis 162 cm ini.
Yeosang menggeleng, "Gak bawa. Lagi di bengkel."
"Ooohhh. Terus ini dijemput siapa?"
"Kakak gue."
"Ooooohhhhh okei."
"Udah dateng belom ojolnya?" tanya Yeosang.
Gue berdecak sedikit, "Belum! Kayaknya abangnya bukan dari sini, deh soalnya gak tau jalan."
"Kenapa gak bareng Wooyoung?"
"Ish, males! Nyebelin dia hari ini!" kata gue jengkel.
Yeosang terkekeh, "Yaudah, gue tungguin sampe dateng, ya? Kasian kalo lu sendirian di sini nungguin mana mau hujan. Nanti kenapa-napa,"
Aduh! Yeosang bisa aja ngomongnya. 'Kan gue jadi baper, eh.
"Apa, deh, Sang." ujar gue seadanya. Malu, cuy.
Gak lama hujan turun. Yah, bahkan ojol gue belum sampe!
"Yaaah! Di cancel dong??????" ujar gue sambil merhatiin layar hp gue yang kata abang ojolnya dia gak bisa jemput karena hujan. Halah! Dari 30 menit yang lalu juga gak sampe-sampe!
"Yaudah tunggu aja hujannya."
Akhirnya kita diem. Bukan diem-dieman, tapi diem nunggu hujan. Duduk di kursi haltenya. Sesekali ada angkot yang berhenti dan nawarin gue buat naik, tapi gue punya trauma naik angkot.
Tiba-tiba aja hp Yeosang bunyi. Ada yang nelpon keliatannya.
Berhubung dia di sebelah gue, jadi gue bisa denger ucapan Yeosang.
"Halo, Mas?"
"Ah! Udah selesai?"
"Sekarang juga bisa, sih. Tapi mau tunggu sebentar gak?"
"Oke, sip. Makasih, ya, Mas."
Cuma bentar teleponannya. Gue angkat bicara, "Siapa?" Aduh, Hana! Lu siapa, sih anjir nanya-nanya gini?!
Sambil masukin hp nya ke saku jeans, Yeosang jawab, "Orang bengkel. Katanya motor gue udah selesai."
"Oohh," sahut gue seadanya.
"Mau bareng gue gak?"
"Hm..?" Gue cuma bisa bilang itu pas tiba-tiba Yeosang lepas tas nya dan buka kemeja flanel kotak-kotak kuningnya.
Abis itu dia ngeliat gue. "Motor gue udah selesai. Daripada makin lama, lu mau gak pulang bareng gue? Gue ada jas hujan jadi gak perlu takut." katanya.
"Tapi ini deres banget hujannya." kata gue sambil celingak-celinguk ngeliat hujan yang deres.
Yeosang keliatan mikir. Sampe akhirnya dia ngomong, "Bengkelnya lumayan jauh, sih. Tapi untungnya gak nyebrang, Han. Di belakang kampus kita, kok."
Lagi-lagi gue cuma ber-oh panjang. "Payung gue ketinggalan di kos, sih." ujar gue seadanya.
"Yaudah, gimana kita ke Indomaret dulu? Gue mau beli payung." kata Yeosang.
Dan gue mengiyakan ajakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
✔️[1] 𝗔 𝗦𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗔𝗯𝗼𝘂𝘁 𝗠𝘆 𝗕𝗲𝘀𝘁𝗳𝗿𝗶𝗲𝗻𝗱 : 𝙒𝙤𝙤𝙮𝙤𝙪𝙣𝙜
Fiksi PenggemarHarusnya gue gak baper.