"Hanaaa! Lo salah makan, ya pasti? Masih sakit gak?"
"Mau gue pijitin gak?"
"Udah makan belom? Nih, gue bawain pir kesukaan lo, nih."
Atuhlah, Doyeon sama Yoojung kalo udah digabungin pasti suaranya ngalahin toa masjid. Emangnya gak bisa biasa aja gitu?
"Kalian berisik banget sumpah. Duduk dulu gitu baru nanya-nanya. Ini rumah sakit woy." ujar gue.
Yoojung terkekeh, "Hehe, maap."
Doyeon dan Yoojung kini duduk di kedua tepi ranjang gue. "Untung hari ini gak masuk. Itu matkul dibatalin gara-gara Bu Sunny ada urusan." ujar Yoojung.
"Mau makan pir nya gak? Gue potongin, ya.." seru Doyeon yang gue balas dengan anggukan.
"Duh, jiwa seorang ibu nya udah menggebu-gebu, ya." kata Yoojung yang langsung gue susul dengan tawa.
"Yeh, tusuk, nih."
"Ini cowok lo mana?" tanya Yoojung. Gue udah senyum-senyum aja, sih. Yeosang disebut cowok gue gitu haha.
"Yeosang futsal katanya." kata gue yang langsung dapat balasan berupa muka bingung dari dua orang berisik ini.
"Gue nanyain Wooyoung, Han. Kok jadi Yeosang?"
Mampus gue.
"Oh, ada cerita, nih, Doy." seru Yoojung.
Doyeon langsung balik ke tepi ranjang gue dengan piring yang isinya potongan buah pir. "Cerita gak!?" katanya sambil sok-sok nodorin pisau ke gue.
Gue salah ngomong, ya tadi? Duh...
"Ya... gitu. Gue udah deket sama Yeosang. Sebulan lebih, lah."
"HAH??? Kenapa gak sama Wooyoung??" Keliatan banget Yoojung kecewa.
"Ya... kenapa emang? Wooyoung, kan temen gue. Ini juga paling bentar lagi jadian sama Yeosang." kata gue percaya diri.
Doyeon dan Yoojung langsung menajamkan matanya ke gue, "Lo yakin banget apa bakal jadian?"
Hah? Kok kalian gitu ngomongnya?
"Ah, terserah Hana aja, deh. Gue kenal Yeosang udah lama. Yang gue tau, dia kalo deketin cewek gak bakal lama. Maaf, ya Han bukannya gue gak suka kalian berdua. Yeosang itu baiknya sebentar doang."
Gue langsung terdiam denger Yoojung. Percaya gak percaya. Soalnya Yeosang bener-bener anak baik.
"Tapi satu sisi gue suka kalian. Pernah, tuh keciduk lagi beli nasgor si Yeosang gue tanya buat siapa karena dia beli dua, katanya buat Adeknya. Lah, setau gua dia mana adek." Refleks gue ketawa dengernya. Yeosang pernah cerita gitu ke gue.
"Hm... gitu. Liat aja nanti. Gue juga males ngomongin Yeosang. Gak jadi-jadi soalnya." kata gue bohong. Iya, gue bohong. Soalnya gue gak suka ada komentar jelek tengang Yeosang kecuali gue tau sendirinya.
Doyeon bangkit dari kasur gue dan berdiri di depan kaca. "Gue.. gemukan, ya?"
Gue langsung ketawa, "Inget Doy udah ada nyawa itu di dalam perut."
"Oh iya gue lupa."
Gue langsung ketawa. Bisa-bisanya.
Pintu kamar gue terbuka dan langsung menampakkan Wooyoung.
Gue udah seneng karena gue kira itu Yeosang. Gak taunya si makhluk laknat ini.
"Weh, masih hidup lo?"
"Kurang ajar!!"
"Hehe. Nih, gue bawain thai tea kesukaan lo. Gue tau lo bakal keras kepala kalo gak dibeliin."
Wah! Thai tea!!! "Makasih!!" seru gue sambil mencubit pipi temen gue ini dengan gemes.
Selagi gue menyeruput thai tea itu dengan gembira, Wooyoung duduk dan menatap gue.
Iya, kita tatap-tatapan.
"Apa lu liat-liat," ujar gue.
"Ya, liat Hana minum thai tea."
"Ya, jangan diliat."
"Emangnya kenapa?"
"Nanti lu mau thai tea nya."
"Udah minum tadi,"
"Oh, gitu? Gak mau barengan minumnya sama sahabat lu ini?"
"Gak, ah. Udah ada pawangnya."
"Apa, sih."
Kalian tau gak?
Semenjak gue deket sama Yeosang, Wooyoung kayak seolah-olah mau gue jauh dari dia.
Contoh kecilnya, ya kayak barusan.
Apa-apa bilangnya, "Gak, ah. Udah ada pawangnya. Gak, deh, mending lo sama Yeosang aja."
Ya, emangnya kenapa?
mff gaje :(
