07 - Atasan ku Yang Protektif

1K 142 6
                                    

Dipagi harinya, Jeongyeon memang tidak terlambat bangun meskipun tidur sangat larut. Tapi imbas dari itu semua, kepalanya kini menjadi sangat pusing dan pandangannya berkunang-kunang.

Jungrin menyiapkan sarapan diatas meja makan, Mengambilkan Nasi dan Lauk diatas piring suami dan anak laki-lakinya. Netranya kini mengarah kearah Jeongyeon.

"Hey Jeongyeon-na. Kemari, ayo sarapan!" Ajaknya tegas, Jeongyeon hanya menggeleng dengan samar.

"Tidak lah, bu. Aku sudah terlambat." ucapnya yang sedang terduduk diatas sofa ruang tamu sambil memakai kaus kaki pendek berwarna cream.

"Wajahmu itu sudah pucat sekali! Nanti kalau kamu sakit siapa yang repot."

"Sudahlah, bu. Aku bisa makan dikantor nanti." Jeongyeon selesai memakai sepatunya, kemudian berdiri untuk merapihkan debu tak kasat mata pada rok dan kemejanya. "Aku berangkat." Ucapnya melangkah gontai menuju pintu rumah.

Jungrin menggeleng keheranan, sedangkan Ayahnya Jeongyeon kini memasang ekspresi khawatir.

"Sepertinya Jeongyeon sakit Jungrin-na. Sejak tadi pagi wajahnya terlihat lesu."

"Anak-anak mu itu kan memang sebelas dua belas, kalau yang satu sakit pasti yang satunya juga akan ikut sakit."

Jungkook langsung menunduk saat menyadari kalau sang ibu tengah menyindirnya. Dia hari ini sedang izin dari sekolahnya, juga sarapan dengan masih memakai piyama tidurnya.

"Sudah ku bilang nikahkan saja Jeongyeon itu. Dia tidak perlu bekerja keras lagi kalau sudah punya suami. Tapi kau ini terlalu ngeyel! kau malah membebaskannya. Sekarang lihatkan? Pokoknya ini salah mu!"

"Ya, ya Jungrin-na. Iya ini salahku. Salahkan saja aku."

___

"Kau sudah baca isi proposal, kau bisa simpulkan furniture apa yang cocok dengan proyek kita."

Jimin dan sekertaris nya tengah berjalan menyusuri lorong toko furniture. Sesekali ia melihat-lihat desain barang yang menurutnya bagus untuk desain projek kali ini.

"Untuk kamar utama. Kalau dilihat dari ukuran dan angle penempatan Jendela. Kita harus menggunakan lemari kayu bernuansa putih atau cream, akan sangat bertabrakan dengan suana disana jika memakai warna primer. kita butuh warna yang lebih soft, seperti Mauve, atau off-white."

Jeongyeon berjalan kearah barisan sofa, Jimin mengekori sambil menaruh kedua tangan disaku celananya.

"Gunakan sofa lipat untuk menghemat tempat, kita bisa desain kaca besar di ruang tamu dengan tirai berwarna tan."

Jeongyeon terus menjelaskan pendapat nya sambil mencatat barang yang ia pilih, Jimin tersenyum bangga karna kinerja Jeongyeon tidak begitu buruk untuk sekelas dadakan seperti dirinya.

"Semua beres?"

Jeongyeon memberikan dua jempol pada Jimin yang artinya beres. Dia memberikan buku catatannya kepada Jimin sambil tersenyum cerah.

Setelah itu, mereka berjalan menelusuri seluruh mall untuk mengecek apakah ada sesuatu yang masih harus beli. Namun tanpa sadar fokus Jimin kini tertuju pada raut wajah Jeongyeon yang tampak sedang menahan sakit.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jimin, khawatir.

Jeongyeon meringis, ia menahan rasa sakit dibagian perut nya yang saat ini bagaikan diremas-remas. "Tidak masalah. Mungkin aku kurang tidur, sepertinya asam lambung ku naik."

"Asam Lambung!? Kau punya asam lambung?" Wajah Jimin berubah panik, Jeongyeon menjadi bingung.

"I, iya. Asam lambung."

MY SECRETARY YOO Donde viven las historias. Descúbrelo ahora