•19

110K 9.3K 170
                                    

Una menyipitkan matanya, pikirannya kacau. Dia tidak bisa fokus dengan operasi hari ini. Una sendiri tidak tahu lagi sudah berapa kali dia berusaha mengatur napasnya agar bisa fokus dengan operasi ini, tapi nyatanya otaknya seakan tidak bisa diajak bekerja sama.

Jeka menoleh ke samping, "Una... Kamu kenapa?"

Una menggeleng cepat, "Nggak papa, dok."

"Kalau lagi kurang enak badan, istirahat aja. Jangan dipaksain."

"Iya, dok..." Una mengangguk. "Dok, saya ke toilet sebentar ya."

"Okay..."

Setelah mendapatkan jawaban dari Jeka, Una segera melangkah keluar dari ruang operasi. Dia melepaskan semua pakaian operasi yang ia kenakan dan dengan langkah cepat dia berjalan menuju toilet yang tidak jauh dari ruang operasi. Entah mengapa, hari ini dia benar-benar tidak fokus selama operasi berlangsung. Otaknya selalu memikirkan perkataan Victor tentang Yeira tadi pagi.

Menghela napas kasar, Una menatap dirinya sendiri lewat pantulan cermin lalu membasahi wajahnya dengan air keran.

"Lo kenapa, Na?" cewek cantik berjubah putih masuk ke dalam sana.

"Eh, Leta..."

"Kenapa keluar dari ruang operasi? Operasinya belum selesai kan? Tumben," Leta heran.

Una tersenyum tipis, "Tadi gue sedikit ngantuk aja. Jadi gue cuci muka dulu," dustanya.

"Kayaknya baru kali ini gue ngeliat lo keluar dari ruang operasi cuma buat ke toilet. Padahal biasanya operasi dua belas jam aja lo kuat. Tumben amat!" celetuk Leta.

"Nggak tau nih, gue tiba-tiba ngantuk. Udah dulu ya, gue harus ngelanjutin operasi... Bye, bye!"

"Good luck, Na!" ujar Leta seraya menatap Una yang perlahan menghilang dari pandangannya.

* * *

Selesai operasi, Una memilih untuk langsung menuju ke kantin rumah sakit. Perutnya benar-benar lapar setelah melakukan operasi yang cukup menguras tenaganya.

"Na!" panggil Syifa, membuat Una cepat-cepat mengalihkan pandangannya menatap Syifa yang duduk di seberangnya.

"Apaan?" tanya Una dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Udah terbukti dari CCTV cewek gila itu pengen masuk ke ruangan lo! Lo harus kasih dia hukuman. Ditabok kek, ditampar kek. Terserah deh! Yang penting lo harus ngelakuin sesuatu!" Syifa heboh.

"Udahlah, biarin aja..."

"HAH?!!" Syifa dan Deyra melotot bersamaan.

"Gue nggak peduli dia pengen masuk ke ruangan gue atau nggak. Cuma... Ya gue bingung aja. Ngapain juga dia ngelakuin itu? Emang di dalem ruangan gue ada apaan?"

"Udah jelas itu orang gila nggak suka sama lo! Mungkin, gara-gara lo mulai deket sama Dokter Jeka..." ucap Deyra.

"Yup! Kayaknya Yeira punya rasa sama Dokter Jeka," Syifa mulai menatap Una dengan tatapan sinis andalannya.

"Kenapa lo?" tanya Una, bingung dengan tatapan sinis temannya yang satu ini.

"Lo udah jadian sama Dokter Jeka?"

"Hah? Apaan sih? Nggak! Siapa yang bilang gitu?!" Una panik.

"Ya, gue cuma nebak-nebak aja. Mungkin aja Yeira ngeliat lo sama Dokter Jeka mesra-mesraan, makanya dia nggak suka sama lo,"  kata Syifa. "Lagian, lo kenapa panik banget pas gue bilang lo udah jadian sama Dokter Jeka? Apa jangan-jangan bener? Kalian udah jadian?!" Syifa semakin curiga.

Doctors In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang