25

13.3K 1K 45
                                    

Masih ada yang baca gak sih?
Ngilang 2 Minggu :'v
Insyaallah sore Up lagi ya ;)

Ini bosnya gak tau dah kebanyakan ngemil virus Corona apa begimane. Yang pasti sintingnya udah overdosis gak ketulungan. Renata udah gak tahan cuman bisa ngelus dada sama nepuk jidat menghadapi kelakuan Varrel yang entah kenapa balik dari Tiongkok bukannya makin waras malah makin as...dfghjkl$"#&#

Terusin sendiri. Anak Solehah dilarang mengumpat.

Renata sekarang ini lagi curhat from heart to heart pada sahabat tercintanya, Astuti. Because, hanya Astuti tempat mengadu. Baik itu mengadu nasib, maupun mengadu domba orang lain. Mau itu domba Garut kek, domba tandukkan kek, yang penting mengadu domba. Bukan adu domba yang itu lho ya hmm

Otak-otak mengadu domba orang lainnya di sterilin dulu tolong.

"Eum... Ren?" Tanya Astuti sambil bertumpang dagu

"APA?!" nah kan daritadi bawaannya ngegas mulu.

Sebenarnya Astuti ragu-ragu mengatakan ini, tapi ya barangkali tebakannya itu benar. Semoga anggota tubuhnya masih utuh setelah ia mengatakan unek-unek yang mengganjal di hatinya, rasanya seperti pengen cepet-cepet ngeluarin batu kerikil yang nyelip di sepatu. Tapi, apakah dia akan berdosa mengatakan hal semacam ini?

"Lo lupa ngasih jatah ke bos Lo?"

BUKKK!!!

Oh, ternyata dosa guys. Buktinya, palanya Astuti Sekarang benjol Segede Gaban kena timpuk Camelia, sendal jepit merk swallow punya Renata yang entah kenapa itu pake kekuatan apa lemparnya, bisa sampe benjol gitu. Dan Jangan tanya kenapa Renata datang tiba-tiba ke kampung dari kantor pake sendal jepit. Sabab musababnya ya karena bos nya itu.

"Heh Kampret!! Kira-kira dong kalo ngamuk!" Astuti meringis sambil terus mengusap-usap kepalanya.

"Mulut Lo mau gue suntik mati,Tut?!"
Kata Renata mengancam tak lupa dengan salam jari tengah teruntuk Astuti. Disaat hot-hot nya seperti ini, Astuti harus banyak-banyak bersabar menghadapi Renata. Salah ngomong dikit di Gas pokoknya, Astuti harus mencoba mencairkan suasana

"Gak perlu suntik mati, kebiri aja sekalian" Astuti cekikikan. Membuat orang dihadapannya hanya memasang tampang datar, sedatar tubuhnya.
Lagian daritadi kok sahabatnya itu kek gak dengerin bener-bener curhatannya dia. Renata lagi ngomong, senyam-senyum lah, rapihin rambut lah, gak biasanya kek gitu.

Oke, kalau begini terus caranya, gak guna juga dia curhat pada Astuti. Mening balik lagi dah ke kantor. Mana tahu jiwa-jiwa bangsat bos-nya udah ilang

"Huuuh! Pala benjol gue mau dikemanain ini? Mana gue mau ketemuan ama mas Ken lagi!"

Gerutu pelan Astuti, tapi masih bisa terdengar jelas oleh Indra pendengaran Renata yang setajam silet.

"Ken? Ken siapa maksud Lo?"

Astuti terlihat gelagapan, matanya gak bisa diem lirik sana lirik sini. Renata jadi makin curiga

"Itu Ken.....ta! Iya mas Kenta! Itu lhoo yang suka ada di tipi-tipi yang badannya gede kek atlet sumo, yang orang Jepang itu, haha iya itu"

"Tapi gue denger Lo mau ketemu sama dia. Dimana? Dia artis lho,Tut. Lo suka sama orang gendut itu?"

"Ya ... Maksudnya ya mau ketemu itu, ketemu di tv. Liat acaranya hehe"

"Sejak kapan Lo suka nonton TV? Biasanya juga sukanya nontonin bebek Lo mandi"

"Yeu!!! Kali-kali lah gue nonton TV. Emangnya gak boleh?!" Sewot Astuti

"Tapi..." Kerutan di kening Renata semakin dalam

"Errr...mening Lo balik ke kantor bos Lo dah! Ya? Udah sana balik! Mau di sembur pake mulut pedesnya lagi Lo? Mau?!"

Bener juga kata Astuti. Mening dia cepet-cepet balik ke kantor kalo gak mau disuruh yang aneh-aneh ama bosnya. Untunglah dia minta anter ke pak Agus, supir baru mansion. Jadi dia bisa cepet-cepet nyampe kantor.
_
_
_

50 menit berlalu, dan akhirnya nyampe juga Renata di lobby. Baru aja mau masuk, sekretaris divisi keuangan terburu-buru menghampiri Renata.

"Renata kamu dari mana sih?! Itu si bos sintingnya makin menjadi! Masa iya hasil proposal yang saya buat seenak nendang bokong ayam di lemparin ke tong sampah cuman gara-gara dia nanyain keberadaan kamu tapi saya jawabnya gak tau. Ya Allah punya bos kok kaya harta, ganteng melimpah tapi otak miskin. Ini semua gara-gara kamu! Iiiiih gemes! Untung sayang Untung sayang" Vivian namanya. Penampilannya yang senantiasa rapi nan elegan, kini rambutnya pun sudah tak berbentuk lagi, Persis seperti landak.

"Kok jadi gara-gara saya,Mbak?"

"Iyalah! Masa tadi si bos bilang, sesama sekretaris harus tau keadaan sekretaris lainnya. Kerja kok gak becus. Gitu katanya, dan gilanya lagi, saya harus buat proposal lagi dalam waktu 10 menit. 10 menit bayangin! Katanya waktu dihitung mulai dari saya keluar dari ruangan si Bos. Ini saya ngetik pake jari Lho,Ren. Jari! "

Lagi-lagi, Renata hanya mengelus dadanya saja.

"Maaf ya,Mbak. Kalo gitu saya ke ruangan Mas Varrel dulu. Mbak lanjut kerja aja, semoga lancar" kata Renata sambil berlalu dari hadapan Vivian.

"Lancar lancar pala kau! Huh astagfirullah sabar Vi, sabar"

"Mas... Astagfirullah!!" Renata hampir melompat ke belakang kalau aja gak megang gagang pintu kuat-kuat. Itu bos nya ngapain lagi berdiri di tengah-tengah pintu. Kan pas dibuka, kaget.

"Darimana kamu?!" Katanya sambil bersidekap dada.

"D...dari toilet,Mas"

"Ke toilet kok sejam! Sembelit kamu? Makanya banyakin ngemil Vegeta coba" Varrel berlalu dan duduk di kursi kebesarannya. Mulut pedesnya itu lho, bikin gak nahan.

"Ck! Mas kata Mbak viv..."

"Mana berkas yang saya minta?"

Lah?
Berkas manakah yang beliau maksudkan

"Yang mana Mas?"

"Jangan pura-pura amnesia kamu! Tadi pagi saya minta berkas ke kamu!"

"Mas gak nyuruh apa-apa lho dari tadi pagi!" Renata menghentakkan kakinya, jangan lupakan ekspresi wajahnya juga.

"Makanya kerja tuh ya jangan males-malesan. Udahlah biar saya cari sendiri. Punya sekretaris kok gak guna!"

"Mas bilang apa?!"

"Nggak guna! Kenapa emang?"

Baru aja mau jawab, ada OB yang mau nganterin teh pesanan bos yang kewarasannya patut dipertanyakan.

"Permisi Tuan, Teh nya"

Baru aja tuh OB mau letakkin Teh di meja kerja, Omelan sudah keluar dengan mulusnya dari mulut Varrel. Membuat sang OB yang tadinya mau meletakkan teh, terkejut dan hampir menumpahkan Teh nya.

"Heh! Itu kenapa Teh nya di sajiin di cangkir?!"

"Memang...memang harusnya di cangkir, Tuan" itu tangannya yawlah, gemetaran. Emang bos nya kalau lagi kumat ya gitu. Gimana ya, pengen banget berkata kasar, tapi gaji 96 juta tidak bisa disia-siakan begitu saja.

"Mas jangan mulai deh! Emangnya Mas maunya gimana? Itu Teh disajiin di baskom? Yakali Mas!"

"Diam kamu! Itu saya maunya,Teh nya di tuangkan di gelas. Bukan di cangkir. Gak mau tau pokoknya ganti!"

Mungkin, slogan "boss mah bebas" Varrel version sudah mendarah daging nan terpatri di dalam sanubarinya.

"Yaudah biar saya aja yang gantiin"
Renata udah mau ngambil nampan dari si OB, sebetulnya ingin menghindari kesintingan Varrel. Namun hari ini nasib baik sedang tak ingin berpihak padanya.

"Gak usah! Tuh kerjaan kamu masih numpuk gitu. Sok sok an mau gantiin Teh saya"

Renata melirik meja kerjanya  yang entah sejak kapan ada 2 gundukan berkas-berkas yang menggunung diatas nya. Alhasil detik itu juga, rasanya dia ingin ikut suaminya saja, park Chanyeol konser ke negara-negara di dunia.

Baby Boss,I Love YouWhere stories live. Discover now