LSIH (2) - 2. Singelillah 💝

15.9K 733 19
                                    

"Kata orang jomblo itu ngenes, kata saya jomblo itu modal meningkatkan keimanan kepada Tuhan"
- Yoga Pratama -

💕

Izzan membuka lemari besar yang berisi buku-buku ajar, buku catatan dan sederet buku ilmiah yang dikoleksinya. Buku-buku yang kebanyakan dalam bahasa inggris itu merupakan harta berharga buat Izzan. Kamar berukuran besar milik Izzan memang lebih mirip perpustakaan.

Dari kecil Izzan memang pecinta buku dan pemuja karya ilmiah serta ensiklopedia juga tentu saja buku keislaman seperti milik Buya Hamka, the great theft: Wrestling Islam from the extremes karya Khaled Abou El Fadl, buku karya pak Habibie dan sederet buku lainnya.

Bukan tanpa sebab ia kembali membuka lemari besar berisi buku-bukunya itu. Selain hendak merapikannya, ia hendak mengumpulkan referensi buku-buku ajar bedahnya mulai dari masih menempuh pendidikan dokter hingga ia menjadi residen PPDS bedah.

Ia hanya ingin kembali mereview beberapa mata kuliah dasar bedah yang sepertinya sudah lama tak ia sentuh sejak menjadi spesialis.

Sekilas ia melirik arloji di pergelangan kirinya, menunjukkan pukul 6 pagi lebih 20 menit. Setengah buru-buru ia kembali meletakkan beberapa buku yang tinggal seperempatnya saja belum masuk ke lemari. Ia harus segera turun ke bawah untuk sarapan dan berangkat ke kampus.

"Kopi susu ready..." terdengar suara tante Aida menyambut Izzan yang sudah ada di ujung tangga.

Izzan cuma tertawa mendengar seruan mamanya yang tentu hapal apa yang diminumnya ketika mau berangkat.

"Om Ijan kok suka kopi susu, enak juga susu kaya punya Alfa" celoteh Alfa melihat om nya yang sedang menyeruput minuman bewarna coklat muda dan masih mengeluarkan sedikit asap itu.

"Karena hidupmu masih manis sayaang...tak sepahit hidup om Ijan ini..." sahutan Izzan membuat yang lain terkekeh,Alfa cuma diam tak paham omongan om nya.

"Oh ya Zan...kakak dengar kamu minta pengurangan jadwal praktek di rumah sakit" Ammar kemarin mendapat informasi dari penanggungjawab jadwal dokter yang ingin mendapat dokter tamu tambahan karena dokter Izzan meminta pengurangan jam kerja di sana.

"Oh iya...Izzan lupa kasi tahu kak Ammar. Mulai bulan ini Izzan agak full ngajar kak. Kalau dulu cuma ngasi matkul dasar bedah, kini Izzan diminta jadi konsulen di rumah sakit UB kak"

"Oh ya...papa dengar itu karena dokter Pramono meninggal karena serangan jantung ya" om Harlan ikut nimbrung obrolan putra-putranya.

"Innalillahi wa inailahi roji'un..." kompak yang mendengar kabar dari om Harlan mengucapkannya.

"Iya betul Pa. Dokter Pram meninggal pas sesudah melakukan tugasnya mengoperasi seorang pasien gagal ginjal hampir 5 jam. Mungkin karena kelelahan"Izzan membenarkan informasi dari papanya.

"Hehh...padahal dokter Pramono itu masih umur 53tahun ya...belumlah terlalu sepuh" om Harlan berkomentar sedikit menggumam, seolah menyadari bahwa saat ajal datang tak ada seorang pun yamg tahu waktunya, sedang apa dan berada dimana.

"Katakanlah: Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku , melainkan apa yang dikehendaki Allah. Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya"(Quran Surah Yunus 49)

"Itulah..kadang dokter itu kerjanya seperti rodi. Tak kenal waktu. Banyak yang mengira dokter bergelimangan harta, padahal begitu banyak yang harus dipertaruhkan bagi seorang dokter untuk menyelamatkan pasien" om Harlan kembali berkomentar.

Love Story in Hospital 2Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt