Hari Kelulusan

541 86 126
                                    

HAPPY READING❤
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTENYA.

Rizky merangkul akrab bahu Safira. Dilihat dari sudut manapun gadis ini terlihat cantik. Ya, lebih cantik kan Adel kenyataannya. Seperti biasa Rizky tidak bisa menyuarakan isi hati. Ia memilih mengatakan berbanding terbalik.

"Kenapa lebih mirip kaya orang dangdutan ya?" monolog Safira sembari menepis tangan cowok itu, ia jadi curiga sohibnya juga berada di tengah lapangan.

"Terserah mereka lah! Seragam lo kok bersih. Mau minta tanda tangan gue nih," Rizky menahan pergelangan tangan Safira. "Duduk di sini!" perintahnya.

Jangan harap Safira akan menerima ia mengomel tanpa henti kepada sang lawan bicara menghentakkan kakinya setengah berteriak, "Gue mau ketemu Bian jadi .. lepasin tangan penuh kuman lo itu, oy!"

Rizky mengusap wajahnya. Kena semprot, tolong--- ternyata Safira masih sama terlalu sensi padanya. Persis seperti Arka.

"Tenang, Ki. Gue bakal selalu ada di dekat lo. Biarin itu cewek muka taplak meja ketemu pacarnya," suara dari samping membuat atensi keduanya teralih.

Rizky mendengus kuat. Ia menatap kedua curut itu bergantian, siapa lagi kalo bukan Satria dan Ari yang sudah duduk manis.

"Lumayan heboh, andai gue lupa umur pasti bakal goyang hehe," ucap Ari menyengir. Sesekali mengedipkan matanya jika ada siswi lewat.

Safira menahan diri tidak memberikan hadiah jitakan. Kedua orang itu asing, jarang berbicara dengannya. Hanya Adel yang mengenal mereka.

Seakan mengambil kesempatan Safira melangkah cepat menuju kerumunan mengabaikan teriakan Rizky.

"Ini gara-gara kalian, Fira jadi pergi!" sinisnya ikut duduk di samping Satria.

Ari mengangguk seakan mendukung, ia meraih paksa kepala Satria lalu mengimpitnya diketiak sembari tertawa puas.

"Setan, bau." Satria menjerit kalut. Tatapannya menyorot penuh harap Rizky seakan meminta bantuan. "Kampret!"

Lain tempat Adel memegang erat kertas yang sengaja digulung. Tidak akan membiarkan Veron mengambilnya, semua kelas tingkat akhir diberi kesempatan menulis impian mereka yang pasti berbau rahasia.

"Please, gue mau liat. Tadi aja gue kasih kesempatan lo buat ngintip." Veron mencibir, tiga detik kemudian melebarkan matanya bukaan maksimal melihat tindakan Adel yang menyembunyikan kertas itu ke dalam saku seragam.

Adel balas menantang. "Emang berani ambil kertasnya ... di sini? Nanti kamu bisa dibilang tindakan pelecehan."

Veron membasahi bibirnya memandang Adel serius yang terlihat biasa aja. Apa ia memang harus melakukannya? Veron mungkin akan lebih menjauh tapi tanpa sengaja dirinya tadi mengintip kertas Adel dan di coretan pena rapi itu ternyata ada namanya berada paling bawah.

"Pikirkan, sebelum kertas ini terbang sama balon. Jangan salahin aku ya," kata Adel lagi.

Veron mengacak rambutnya frustasi.
"Bego, nggak mungkin gue kena jebakan!" pekiknya sambil mendorong pelan kening Adel. Tentu akal sehatnya masih ada.

"Terserah. Yang pasti ini kertas ada hubungannya sama kamu, em jangan kepo." Setelah berkata Adel berbalik badan, berjalan ke luar lapangan. Sebenarnya ia yakin cowok berponi itu akan mengejarnya.

Cukup lama Adel menoleh merasakan hal aneh. Tidak ada Veron di tempatnya semula.

"Liatin siapa?"

"Makhluk paling jelek di dunia halu," jawabnya asal.

"Sembarangan. Lama-lama gue lempar juga ke jurang." Kali ini Veron menjitak bibir Adel.

"Aw! Sadis...." Adel mengusap bibirnya. Sepertinya Veron sangat dendam buktinya sekarang bibir indah plus bikin ketagihan ia berdenyut.

Cowok itu tertawa ngakak.

"Udah, ah. Gue jadi takut itu calon mayat mau ke sini" Veron pamit undur diri tanpa sebuah kata maaf. Adel berdecak kesal, arah pandangnya berubah. Dari kejauhan Safira tengah menuju ke arahnya namun langkah gadis itu memelan dan justru menuju arah berlawanan.

Adel menyipitkan matanya, menyadari di belakang Safira ada Rizky. Bagaimana bisa laki-laki itu ada di Dirgantara rasanya Adel ingin berbalik badan berusaha menghindar ia belum siap harus berhadapan dengan Rizky.

"Mau ke mana?!" Adel tersentak kaget telinganya masih jelas Rizky baru saja membentaknya ia sudah tertangkah basah. "Lo mau jauhin gue ya?"

Adel menegang seketika tangan kanan itu teulur merogoh kantong seragamnya, netra coklatnya hanya mengamati setiap apa yang dilakukan Rizky.

"Tulisan lo jelek, semua nama ada di sini. Termasuk kedua orang paling nggak gue suka." Rizky membaca setiap tulisan di kertas berwarna merah itu. "Dan satu lagi lo bukan Tuhan yang pengen mereka semua bahagia."

Adel membuang pandang sebentar, menarik napasnya lalu mengembuskan pelan. Ia hanya tersenyum menanggapi ucapan Rizky.

Kemarahan yang tadi Rizky ucapkan kini berganti perasaan bersalah. Dari jarak jauh ia memang terus melihat interaksi Adel bersama Veron. Bahkan Safira dan kedua sahabatnya tidak menyadari keberadaan gadis itu.

Rizky sengaja tidak mengatakannya pada Safira.

"Iya, aku janji gak bakal tulis nama itu lagi." Adel menyahut pelan tak lama ia menunduk melihat jemarinya sudah bertaut.

Rizky terdiam cukup lama. Bibirnya kembali bergerak saat mengucapkan sebuah kata yang jarang Adel dengar selama ini. "Maaf...," lirihnya.

"ANJAI, LO KENAPA NINGGALIN GUE." Satria berteriak sambil mengatur napasnya.

"Kak Sate," panggil Adel heran.

"Masih aja kaya dulu, kapan berhenti manggil gue kaya gitu." Satria bersunggut-bersunggut antara gemas dan kesal.

"Ari mana? Balon yang gue suruh beli kok gak ada? Kembalian uangnya jangan lo ambil, utang aja masih banyak," cerocos Rizky.

"Buset, lo gak percaya sama gue. Nih, untung gue mau disuruh-suruh." Ari datang belum sempat mendekat. Telinganya Ari sudah mendengar omelan Rizky.

Adel menaikkan alisnya, mendonggak memandang balon yang berpindah ke sebelah tangan Rizky.

"Itu buat apa?" tanyanya.

"Dia bilang balon ini khusus buat lo. Sesekali Rizky pengen romantis, ya, kan? Jangan romantisnya malah bawa anak orang masuk ke kamar."

Adel terkekeh geli sementara Rizky sudah hilang fokus ia lebih tertarik dengan raut wajah Adel yang bisa berubah seketika. Sampai sekarang Rizky masih bingung bagaimana suasana hati Adel setelah dirinya membentak gadis itu. Dan melakukan kesalahan tanpa sadar yang bisa saja menyakiti.


****

TINGGALKAN SATU BINTANGNYA SETELAH MEMBACA UNTUK CHAPTER SELANJUTNYA. MAKASIH❤

Rizky dan Adelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang