- Caramu, Bahagiaku

641 73 199
                                    

Cuma yang nulis bakal nyesek ^_^

HAPPY READING

-----

Adel memeluk lengan Lian, menyandarkan kepalanya. Seperti biasa ia akan menuntut penjelasan laki-laki itu.

"Kenapa sekarang jarang pulang Bang Lian nggak berubah jadi Bang Jono, kan?"

Lian terkekeh atas ucapan yang menurut pendengarannya terlalu polos, tangan kanan Lian terangkat mengusap puncak kepala Adel.

"Kamu ada masalah? Atau sama Rizky dari tadi pagi kalian berdua cuma saling diam," sahutnya.

"Kak Rizky kerja, mana mungkin aku bicara sama dia sementara orangnya gak ada. Nanti disangka sinting lagi." Adel bergumam beralih memeluk sepupunya itu dari samping.

"Senggol dikit singanya langsung maung!" jawab Lian mengiyakan.

Lian memandang lurus, di sana baru menyadari sosok makhluk yang di bicarakan tengah berdiri mengamati sementara Adel saking senangnya memeluk Lian serupa guling kedua matakanya terpejam mulai mengantuk.

"Dasar maniak."

"Abang bilang aku maniak kok nyesek ya." Adel masih terpejam merasakan kepalanya kembali diusap.

"Maksudnya si Rizky laki kamu itu maniak." Buru-buru Lian meralat sebelum kesalahpahaman terjadi yang justru setelahnya ia mendapatkan pelototan dari si punya nama.

Adel terlihat berpikir, membuka matanya kemudian mendonggak. "Gak salah sih dulu aku emang maniak Kak Rizky sampai jungkir-balik dan sekarang udah mau punya anak." Senyuman Adel semakin lebar membayangkan dari pertemuan awal sampai sekarang.

"Sampai kapan berdiri kaya gini? Badan abang sakit semua nih," protes Lian termundur pelan.

Adel berdecak menurut patuh ia hendak berbalik badan namun tanpa sengaja ekor matanya melirik ke arah pintu utama... detik berikutnya Adel melotot melihat Rizky sudah berdiri tegap dengan tatapan tajamnya yang menghunus tepat ke arah mereka berdua.

"Kak Rizky kapan pulang?" Adel setengah berteriak sembari melambaikan tangan kaku, ini masih siang seharusnya Rizky pulang sore.

Rizky menghampiri Adel.

"Sekitar sepuluh menit yang lalu udah berdiri kaya patung."

"Bukan patung, tapi kulkas."

"Bodo amat."

Adel menyahut lagi. "Tumben. Biasanya pulang cuma bawa keringat ini di genggam box pizza, habis gajian ya?" Tanpa babibu Adel merebutnya.

Nah, kan. Rizky mengira ia akan di berikan satu kecupan lebih gampang di pipi tapi ini lebih banyak diomeli. Realita memang tidak seindah eksepetasi, seharusnya Rizky yang mengomel.

Rizky mengembuskan napasnya.

"Bentar lagi kan kamu mau lahiran ... aku harus siaga. Jangan sampai kamu kenapa-napa dan kejadian pingsan waktu itu gak boleh terulang lagi."

Jangan ditanya Lian entah pergi ke mana cukup satu, dua kali. Ia melihat adegan pasangan terlalu alay di matanya.

"Mandi dulu sana," ucap Adel sambil mendorong pelan wajah Rizky. "Aku mau makan dulu nanti balik lagi baru deh cium aku sepuasnya."

***

Tidak peduli lagi Citra memasuki rumah mewah itu. Ia mengabaikan seseorang yang menatapnya nyalang seolah berkata keluar, gerakan Citra semakin heboh netra sipitnya bertemu Adel.

Rizky dan Adelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang