part22

1K 70 10
                                    

Tzuyu duduk bersandar di sofa ruang tamu sambil memijit keningnya yang terasa begitu pening. Matanya juga terasa sangat panas. Bukan hanya matanya yang terasa panas, hembusan nafasnya juga terasa begitu panas. Demam tadi pagi belum juga meninggalkan tzuyu.

"Kamu kenapa?"tanya sana lembut. Sana baru saja mengantarkan nayeon ke kamarnya.

"Gak tau san, kepala ku pusing banget"sahut tzuyu dengan mata terpejam dan tangan kanannya yang masih memijit keningnya.
Sana menjauhkan tangan tzuyu yang tengah memijit keningnya sendiri. Ditempelkannya punggung tangan sana ke kening tzuyu untuk memastikan suhu tubuh tzuyu. Pantas saja tzuyu merasakan sakit kepala, keningnya saja begitu panas.

"Kamu demam, badan kamu panas banget"ujar sana khawatir.

"Mungkin saja"

"Kita ke dokter aja"usul sana. Tzuyu membuka matanya, menolehkan kepala dengan lemas kearah sana yang sorot matanya menggambarkan kekhawatiran padanya.

"Gak perlu ke dokter, tadi pagi jihyo unnie sudah beli obat di apotek kok"

"Iya udah sekarang minum obatnya lagi, aku ambilin makan siang sama obatnya"
Sana berdiri meninggalkan tzuyu yang kini sudah tiduran di sofa. Kepalanya semakin terasa panas, dadanya juga terasa menghimpit membuatnya sakit saat menarik nafas.

Tzuyu memejamkan mata, meringis kesakitan sembari memegangi dadanya.
"Please, jangan sakit sekarang"batin tzuyu memohon pada dirinya sendiri. Ia tak mau terlihat lemah untuk saat ini. Ada sana yang kini tengah bersamanya. Ia tak mau sana menaruh rasa curiga dengan apa yang tzuyu alami.

Tzuyu memegang dadanya yang semakin terasa menyempit, nafasnya begitu sulit untuk diraih, kepalanya pening bak dihantam sesuatu yang begitu keras. Jemari tzuyu mencengkeram erat sofa ruang tamu, bibir bawahnya ia gigit kuat kuat.

Rasa sakit kian menggerayangi tubuh tzuyu, menyiksa tzuyu tanpa ada kata ampun lagi. Tzuyu bahkan hampir menyerah, tidak kuat merasakan sakitnya hingga ia harus kehilangan kesadarannya.

Sana sibuk di dapur tzuyu, menyiapkan makan siang untuk tzuyu. Sana tak perlu memasak, karena di meja makan sudah tersedia beberapa makanan, ia hanya perlu memanaskan. Setelah menunggu selama lima menit, sana mengangkat masakan yang ia panaskan. Meletakannya kedalam mangkuk.

Sana mengambil nampan untuk meletakan piring berisi nasi dan mangkuk berisi lauknya, segelas air putih dan obat yang sana yakini adalah obat milik tzuyu.

Setelah semua siap, sana mengayunkan kedua kakinya, membawa nampan untuk tzuyu. Langkahnya lebih hati hati dari biasanya, karena takut apa yang ia bawa jatuh.

Sana meletakan nampannya di meja, keningnya mengkerut melihat tzuyu yang berbaring sambil memejamkan matanya.

"Apa tzuyu tidur?"batin sana bertanya pada dirinya sendiri.
Sana jongkok menghadap wajah tzuyu. Ditepuk nya pipi tzuyu dengan lirih.

"Tzu ! Bangun, makanannya sudah siap"ucap sana. Tak ada respon sedikitpun dari tzuyu. Tzuyu masih diam dengan kedua mata yang masih terpejam. Tidak seperti biasanya, jika biasanya tzuyu akan sangat mudah dibangunkan, siang ini sepertinya sangat sulit untuk membangunkan tzuyu.

Sana kembali mencoba membangunkan tzuyu, ditepuknya kembali pipi tzuyu . Kali ini lebih keras dari sebelumnya.
"Tzu, bangun !"bisik sana mendekatkan bibirnya ke telinga tzuyu.
Masih tak ada tanda tanda tzuyu akan membukakan mata, tubuh tzuyu pun tak bergerak sedikitpun membuat sana sedikit curiga. "Tidak mungkin tzuyu tidur seperti ini. Apa tzuyu pingsan?" batin sana.

Sana menggelengkan kepalanya, menyingkirkan pemikiran konyolnya. Mana mungkin tzuyu pingsan? Otaknya benar benar berfikir dengan tidak baik siang ini.

[satzu] heart strength [End]Where stories live. Discover now