Duabelas

8.3K 315 4
                                    

"Mak Bakri ikut pergi ronda"

"Kamu yakin"

"Yakin mak. Mak lebih baik menginap di rumah dr. Lina saya khawatir dengan mak"

"Baiklah kalau itu maumu, mak akan ke rumah dr. Lina"

"Biar saya antar mak"

Perjalanan menuju rumah dr. Lina terasa sangat mencekam. Terasa ada yang mengikuti mereka dari arah belakang, tetapi mereka mengabaikan dan makin mempercepat langkah mereka. Langkah dari belakang juga semakin cepat.

Langkah kaki Bakri cepat. Derap langkah kuda perang yang menghindari musuh. Ia berjalan menempel terus pada Mak Ida. Degup jantungnya menggelora. Matanya terus awas menghadap ke depan. Tak sekalipun kepala Bakri menghadap detak jantung yang sudah tek terkendali.

Mak Ida menangkap sesuatu yang membuat bulu kuduk meremang, untunglah langit makam desa Mekar Sari cerah karena purnama. Tak terlalu ngeri. Tapi, atmosfer yang terserap oleh Mak Ida sedikit membuat was-was. Pantaslah bila Bakri tak ingin jauh dari sisi Mak Ida. Dia terus mempercepat langkah.

"Awww" jerit Bakri mengaduh. Kaki diangkatnya lalu berjalan jinjit.

"Hati-hati Ri. Jalannya pelan-pelan saja"

"Kita harus cepat mak. Perasaan saya tidak enak. Mak merasakannya?malam ini terasa sangat mengerikan"

Bakri tak sepenuhnya salah. Mak Ida juga merasakan suasana malam yang mencekam. Sekuat mungkin ia berpikir agar ketakutan Bakri tak bertambah lebih serius lagi.

"Ah, sudahlah. Jangan berpikiran yang tidak-tidak"

Tidak akan ada apa-apa. Malam ini langitnya indah dengan purnama bersinar terang. Namun cukup mencekap. Tapi, itu bukan apa-apa. Bakri menguatkan diri untuk tidak terbawa pikiran negatif.
"Tap,,,tap,,,tap,,," derap langkah kaki terdengar samar namun dekat. Derapnya bukan seperti derap kaki berjalan atau berlari. Hentakan itu mirip dengan orang yang sedang melompat.

"Mak?mak mendengar sesuatu?"

"Hmm,,,tidak Ri. Sudah,kamu terus jalan saja. Sebentar lagi kita akan sampai rumah dr. Lina" ujar Mak Ida.

Mata Mak Ida sama sekali tak melirik Bakri. Berbeda dengan sebelumnya Mak Ida pasti akan memandang lawan bicaranya. Bakri merasakan kecurigaan dengan sikap yang ditunjukkan mak Ida. Tak biasanya. Apa yang terjadi dengan mak Ida?

Suara hentakan kaki melompat-lompat masih terdengar tepat dari arah belakang keduanya. Anak itu merasa sangat tertarik dan penasaran dengan suara yang terdengar. Kepalanya sudah tak sabar memastikan.

"Jangan menengok ke arah belakang Ri" cegah mak Ida

"fokus saja ke depan"

"Memang ada apa, mak?" kepala Bakri tak jadi menengok. Larangan dari mak Ida memalingkan penasaran Bakri untuk memastikan langkah kaki yang mengikuti mereka dari belakang.

"Tidak ada apa-apa,Ri. Rumahnya sudah dekat"mak Ida berkilah agar Bakri tetap memusatkan perhatian ke depan.

Apa yang dilakukan mak Ida bukan tanpa alasan. Sekilas, sebelum Bakri menyadari langkah kaki yang mengikuti mereka. Mak Ida menangkap sesosok bayangan putih, berjalan melompat-lompat. Tubuhnya terikat lima tali,khas sesosok mayat yang siap dikuburkan.
Rumah dr. Lina sudah terlihat. Suara derap langkah kaki melompat, terus mengikuti mereka.

" Mak mancium sesuatu?"tanya Bakri. Hidung penuda desa yang satu ini peka. Baunya mengganggu penciuman. Samar beraroma busuk agak amis.

"Sudah Ri, jangan dihiraukan" ujar mak Ida tak mau banyak berkomentar.

Nyai Katemi (Tamat)Where stories live. Discover now