Enambelas

7K 299 13
                                    

Seorang laki-laki menghampiri pak lurah yang sedang duduk diteras rumah.

"Pak lurah. Lusa kyai Ilyas akan datang"

"Alhamdulillah. Mudah-mudahan beliau bisa membantu kita"

"Insya Allah pak"

Tak selang berapa lama. Datang wanita paruh baya menghampiri mereka berdua.

"Ada apa mak" tanya pak lurah

"Anu pak" jawab mak Ida sambil mengatur nafas.

"Anu, apa mak"

"Sinta pak, Sinta. Dokter Lina menemukan Sinta di rumahnya"

"Lalu dimana dia sekarang"

"Ada di rumah bu dokter"

"Ayo kita kesana"

Saat memasuki rumah dr. Lina, pak lurah dan Ismat kaget melihat penampilannya yang memprihatinkan. Rambut panjang tidak terawat,baju lusuh, dan tubuh kurus.

"Jadi selama ini Sinta ada di rumah itu"

"Sepertinya begitu pak"

"Pak lurah. Apa bapak masih menyimpan nomor telepon pak Yadi"

"Masih mak. Saya akan memberitahunya"

***
"Ibu. Ibu dimana" teriak Sinta sambil  berkeliling mencari ibunya.

"Neng Sinta, tenang neng" mak Ida berusaha menenangkan Sinta yang semakin histeris.

"Ada apa mak. Kenapa dengan Sinta"

"Sinta mencari ibunya pak lurah"

"Ibu" Sinta masih histeris memanggil ibunya.
Pak lurah, mak Ida, dan dr. Lina berusaha menenangkan Sinta yang memberontak ingin keluar rumah dan mencari ibunya.

Setelah beberapa lamanya. Akhirnya Sinta sudah kembali tenang.

"Mak, saya izin pulang. Sinta juga sudah tenang"

"Iya pak lurah. Terima kasih atas bantuannya"

"Sama-sama. Kalau begitu saya permisi"

***
Pak lurah kembali pulang setelah ia menenangkan Sinta. Di depan rumahnya, ia melihat seseorang sedang berdiri diteras rumahnya. Ada rasa senang dan ragu dalam diri. Ia berhenti sejenak untuk memastikan dugaannya. Bibir itu melebar. Keyakinan penuh pada diri sang lurah. Lalu, ia memberanikan diri untuk mendekati orang yang duduk di depan rumahnya. Salam dilantunkan. Dan disusul jawaban dari salam tadi. Kemudian orang tersebut menoleh.

"Masya Allah,,,, Alhamdulillah, pak Kyai?"
pak lurah begitu antusias, lalu diraihnya tangan orang yang lebih tua dari dirinya dan diciumnya.

"Alhamdulillah, saya bisa sampai di desa ini, Ananda Maksum"ucapnya

"Kyai, terima kasih sudah datang kemari. Saya jadi merasa sangat terbantu"

"Setelah saya membaca surat yang dikirimkan minggu lalu. Saya turut prihatin dengan apa yang terjadi di desa ini"

"Lebih baik kita bicara di dalam, pak Kyai"

Rumah dengan model setengah panggung terasa nyaman bagi Kyai Ilyas.

"Jadi, bagaimana Kyai"

"Insya Allah. Jika Allah mengizinkan pasti teror ini bisa teratasi"

"Iya pak Kyai. Saya sangat kasihan dengan warga desa "

*Saya akan membantu sebisa saya. Lebih baik kita adakan pengajian untuk mendoakan orang-orang yang telah meninggal dengan tidak wajar"

"Ya, pak Kyai sangat paham"

Nyai Katemi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang