Part 26

3.8K 458 25
                                    

play musiknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

play musiknya

* * *

Pagi menjelang, mataku terbuka meneliti suasana asing di depanku. Kamar dengan ranjang luas, ruangan bergaya artistik, dan pintu tinggi kokoh dengan beberapa ukiran, menyadarkanku kalau kini aku tidak berada di kediaman Jeon.

Aku ingat. Aku pingsan setelah menangis memeluk Jungkook. Kesadaranku hilang di saat dia merengkuh tubuhku dan menenangkanku. Saat itu, sayup-sayup aku bisa mendengar, teriakan Jungkook yang ingin membawaku ke rumah sakit. Tapi suara Yoongi tiba-tiba menyahut dan menyuruh untuk merawatku di rumahnya saja.

Kini aku bisa meyakini, kalau sekarang aku tengah berada di kamar Yoongi. Dan pakaian ini_"Ini, kemeja siapa?" gumamku saat tau kalau aku sudah berganti baju. Wajahku tiba-tiba memucat, dan langsung memeriksa dalamanku yang ternyata masih pada tempatnya. Aku lega.

Pintu tiba-tiba terbuka, memunculkan wajah pucat dengan rambut legam lengkap dengan pakaian rapi khas kantoran. Dia adalah Yoongi."Kau sudah bangun ternyata. Kau baik-baik saja, Nona Kim?" tanyanya berjalan mendekatiku. Aku yang sudah sadar sepenuhnya, merubah posisi tidurku menjadi duduk.

"Iya. Terima kasih karena sudah mengijinkanku untuk istirahat di sini,"jawabku canggung.

Dia sepertinya menyadari kecanggunganku. Yoongi tersenyum, dan berjalan mendekati jendela untuk membuka tirainya yang tertutup."Aku tidak mempunyai pakaian wanita. Itu kemejaku. Pembantuku yang sudah mengganti pakaianmu. Di sini saja dulu. Istirahatlah dengan tenang."

"Tuan Jeon pasti akan khawatir melihat aku dan Jungkook tidak pulang semalam," ucapku mengingatnya.

"Untuk sekarang, tenangkan diri terlebih dulu. Kau bisa jujur padanya nanti. Tentu saja dia akan menyalahkan Jungkook. Tapi aku tau kau pasti akan membelanya bukan?"

Dia menggantung pertanyaannya, menatapku seakan menanti jawaban."Aku...aku_" ku mainkan jemariku, mendadak ragu.

"Nona Kim, tolong dengarkan aku. Aku sudah tau tentangmu dan Jungkook. Aku tau kalian saling menyukai, tapi kenapa rasanya susah sekali untuk melihat kalian bersatu hm? Jungkook berubah karenamu,dia menjadi lebih baik dari sebelumnya karena ingin memberi kesan saat bersamamu. Kau tau sudah berapa lama kami berteman dan sudah berapa kali aku mencoba untuk merubahnya tapi tak pernah berhasil? Nona Kim, dari sini seharusnya kau sudah menyadari, betapa seriusnya Jungkook padamu. Apa kau tidak bisa melihatnya?"

Dadaku mendadak sesak. Air mataku turun begitu saja mendengar semua perkataan Yoongi."Aku sadar semua itu. Aku sadar betapa terlukanya dia saat wanita yang ia sukai akan bersanding dengan orang tuanya sendiri. Perasaan ini bahkan sudah muncul jauh sebelum dia menyukaiku, Tuan Min. Tapi menyadari bahwa aku tak bisa memilih jalan lain selain menepati janji, aku bersandiwara di depannya. Aku berlagak kuat walau diri ini begitu lemah. Aku menyukai Jungkook, tapi aku serba salah. Apa yang harus aku lakukan?" aku menangis sejadinya, menutup wajahku dengan kedua tanganku. Air mataku tumpah. Aku tak bisa berbuat banyak lagi untuk mempertahankan perasaanku. Aku bingung.

Yoongi menatap teduh ke arahku. Dia yang paling dewasa di antara ketiga sahabat itu,usianya mungkin saja tak terpaut jauh denganku. Sandiwara sok kuat, sepertinya tak mempan lagi sekarang. "Mau aku bantu?" ucapnya tiba-tiba.

.

.

.

"Jungkook berada di sebelah kamar ini. Rumah akan aku kosongkan untuk sehari. Kalian bisa bersama untuk semalaman. Tidak usah memikirkan yang lain, nikmati waktumu bersamanya dan fikirkan lagi keputusanmu."

Sebelum pergi, Yoongi sempat memberi kebebasan untuk kami berdua saja di rumahnya yang besar ini. Dia menyuruh semua pembantu serta pekerjanya untuk libur satu hari. Dia memberi waktu pada kami untuk saling membuka diri dan merasakan bagaimana indahnya kebersamaan dengan orang yang aku cintai.

Jantungku berdebar-debar, berjalan mendekati sisi lain kamar ini. Aku tau ini salah, tapi aku akan membiarkan perasaan ini mengalir seadanya tanpa batasan. Untuk hari ini, aku akan meraih cintaku. Iya, untuk hari ini saja.

Aku keratkan kerah leherku, berjalan semakin mendekati pintu yang tertutup. Ku raih handlenya dan membukanya begitu saja."Jungkook?" panggilku pelan memasukkan kepalaku duluan.

Tak ada sahutan, yang ada hanyalah kegelapan."Ah... Kenapa kamar ini gelap se_" ku jeda ucapanku. Ingatan pertama kali saat bertemu dengannya, mendadak muncul begitu saja. Semacam flash back tak terduga.

Aku tersenyum. Lantas berjalan mendekati nakas dan menyalakan lampu tidur. Saat cahaya mulai terpancar, wajah Jungkook yang tengah tertidurlah yang pertama kulihat. Dia tak memakai atasan, selalu menggunakan jins saat tidur. Wajahnya tenang, seakan tak ada beban. Entah mendapat dorongan apa, bibir ini tergerak untuk mengecup dahinya.Mengecup hangat tepat di antara alisnya. "Saranghae..." gumamku lalu menatapnya yang masih terpejam."Aku harap kau tidak mendengar ini. Tapi aku sudah tak mampu lagi untuk menahan perasaanku, Jung. Apakah sehari ini saja, kita bisa bersama?" gumamku lagi.

"Ijinkan aku menjawabnya."

Wajahku reflek menjauh, begitu terkejut saat dia menyahut dengan masih memejamkan matanya."Kau_sejak kapan sudah bangun?" tanyaku malu.

Dia tersenyum tipis, lantas duduk dari tidurnya."Aku akan menjawabnya."

Wajahku memerah. Memutar bola mataku karena malu."Kau_keterlaluan. Aku_"

Dia tertawa pelan. Tawa yang tidak pernah ku dengar sejak lama."Noona, kenapa kau harus berpura-pura? Kalau memang mencintaiku, katakan saja yang sejujurnya. Aku tidak akan keberatan," godanya.

"Apa? Yya_" Aku terkesiap, bibir ini mendadak diam saat dia mengecupku secara mendadak.

Dia melepas kecupannya, memainkan helaian rambutku yang tidak ikut terikat. "Aku sudah mendengar semuanya. Sebelum kau kemari, Yoongi hyeong sudah memberitahukan segalanya. Meluruskan dan memberi sedikit penjelasan. Aku memang egois, Maaf karena sudah sangat keras kepala dan memaksamu untuk menerimaku. Seharusnya aku mengerti posisimu dan bagaimana susahnya dirimu, Noona. Aku sudah berjanji untuk mengubah sifatku dan aku akan membuktikan siapa diriku ini padamu. Aku tau ini sulit, tapi untuk sehari ini saja, maukah kau melewatinya bersamaku? Untuk hari ini saja, kau mau?" tawarnya dan aku mengangguk tanpa keraguan dengan air mata yang aku tahan.

Dia tersenyum walau terlihat begitu miris. Wajahnya mendekat untuk meraih bibirku yang terbuka. Mataku dan matanya terpejam, merasakan bagaimana lembutnya setiap lumatan yang kami hasilkan.

Dia meraih tubuhku, mengangkatku dan mendudukkanku di pahanya yang kokoh. Kami saling berhadapan dengan masih menikmati tautan kedua bibir yang kembali meliar. Ciumannya mendadak berhenti, menatapku dengan teduh."Aku tulus melakukan ini, tidak pura-pura lagi seperti dulu. Setiap sentuhanku, atas dasar cinta. Aku tidak mau, kau salah paham lagi dan berfikiran bahwa aku mempermainkanmu. Aku juga mencintaimu, Kim Yeon Ji."

Dadaku berdebar, mungkin saja dentumannya terdengar oleh Jungkook sekarang. Aku bahkan tak mengucap apapun untuk membalas ucapannya. Hanya saja tangan ini bergerak untuk membuka kancing kemeja yang ku pakai saat ini. Menyerahkan sekali lagi tubuh tak berdaya yang sudah dia jamah terlebih dulu."Aku yang sudah hina ini, akan menyerahkan apa yang menjadi milikmu. Mungkin, tubuh ini kelak tak lagi bisa kau miliki, tapi yakinlah. Perasaanku, hatiku, akan menjadi milikmu seorang. Jeon Jungkook, aku mencintaimu sebelum kau menyukaiku. Aku yang tak bisa apa-apa ini, yang tidak berharga ini, sudah jatuh terlebih dulu. Hari ini, tidak ada batasan atau status yang akan menjadi beban hubungan kita. Mari kita bahagia walau cuma sehari saja."

Aku melakukan sebuah kesalahan, yaitu tidak mengakui perasaan ini padanya. Aku memilih jalan yang sulit dan terperangkap didalam kubangan perasaan yang tak berdasar. Aku tak tau kemana arah dari hubungan kami. Kami tak tau kelak bisa berlanjut atau tidak. Dia seakan sudah menerima semuanya, menerima bahwa kami tidak akan bisa bersatu. Tapi untuk hari ini, kami akan membentuk dunia kami sendiri. Dunia yang hanya di isi kami berdua. Hanya kami.



















TBC



Impossible Love || BTS-Jeon Jungkook || ✔Where stories live. Discover now