Part 34 : Kabar Gembira

728 31 0
                                    

Matanya perlahan terbuka mencari kesadaran yang masih belum sepenuhnya ia dapatkan. Sedikit menyipit kala sinar mentari menghujaninya dengan sinar pekat yang menghunus mata. Dengan malas ia bangun dengan keadaan selimut tebal yang menutupi tubuh telanjang nya.

Sedikit mengulas senyum kala ingatannya menangkap sebuah kejadian nyata yang membuatnya bertambah bahagia. Caitlin merenggangkan otot-otot lengannya dengan wajah khas bangun tidur yang nampak cerah. Kemudian melihat kearah samping tempat tidur yang kosong.

Aneh?

Kemana pria yang kemarin membuatnya bahagia dengan gairah? Pria yang kemarin menyempatkan benda kecil di sisi jari kirinya itu tampak tak terlihat.

Tak berlarut-larut mencari keberadaan kekasihnya, Caitlin mengarahkan tatapannya pada cincin berlian yang sudah bertengger di jari manisnya. Ia tak bisa menyembunyikan senyum lebarnya kala mengingat bagaimana William melamarnya. Mengungkapkan betapa pria itu sangat menginginkan Caitlin menjadi miliknya seutuhnya.

Dengan semangat yang masih menyala, tubuhnya bangkit dengan kedua tangan yang sudah sigap memegang selimut yang membungkus tubuh rampingnya. Takut-takut jika binatang liar yang kemarin menerjangnya kembali berbuat ulah disaat ia tengah lengah.

Ia melangkahkan kakinya keluar kamar, berjalan menyusuri setiap ruangan yang ada di apartemen William. Sampai ia berhenti kala matanya dengan jelas menangkap sebuah cangkir kopi yang masih mengeluarkan kebulan asap panas seperti baru di buat. Di atas meja makan dengan sebuah kertas kecil berwana pink yang melekat pada cangkir tersebut.

Alisnya terangkat penuh dengan kekehan kecil yang tak bisa ia tahan.

Aku akan segera kembali honey.

Jangan pakai apapun sebelum aku kembali.

Ayolah ia merasa seperti anak remaja yang baru di mabuk cinta. Dengan gelengan kepala yang tak bisa ia tahan, Caitlin meraih sebuah kopi yang pastinya di buatkan William untuknya. Meniup kopi tersebut untuk menghilangkan sedikit demi sedikit hawa panas di sekitar nya.

"Lumayan juga." Kritikan Caitlin berikan setelah merasakan bagaimana rasanya kopi buatan kekasihnya.

"Aku akan buatkan dia sarapan." Bagai setulus sutra ia kembali mengulas senyum hanya dengan membayangkan bagaimana reaksi William saat melihat sarapan yang ia niat buatkan.

Tapi sebelum itu ia kembali bergegas ke kamar. Melempar asal selimut tebal yang membungkus tubuhnya tadi dan menggantikan nya dengan jas putih William yang masih tergelatak di lantai. Dengan cepat ia kembali ke dapur, memikirkan makanan apa yang akan ia buatkan untuk kekasih tercintanya itu.

"Apa aku buatkan pancake lagi?" Bibirnya mencibir kesal karena bingung ingin membuat apa. Ia menginginkan membuat masakan istimewa untuk William. Tapi apa? Ia tidak terlalu pandai membuat segala makanan.

Tapi senyumnya kembali mengembang dengan jemari yang mengetuk-ngetuk meja makan di hadapannya. "Aku akan buatkan dia omelet."

Entah apa yang membuat wanita itu terkikik geli hingga menampilkan gigi putihnya yang membuat wajahnya tampak menggemaskan. Ia mengambil ikat rambut dan menggulung rambutnya secara asal. Memakai apron lalu kembali berjalan mengambil handphonenya untuk menyetel lagu klasik.

Dengan semangat wanita itu mengambil bahan-bahan yang ia butuhkan sambil sesekali menggerakkan tubuhnya mengikuti lagu yang mengalun indah di pagi hari. Jujur saja ia tak pernah sesantai ini semasa hidup. Bersikap sebagai wanita-wanita lajang pada umumnya. Menikmati hidup indah yang tercipta.

This is My Life [End]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt