part 24

877 153 12
                                    

Perempuan berpakaian rapi itu menarik kursi roda lipat yang sudah disiapkan di kamar mandi. Lalu meletakkan tubuh mungil jisoo yang tak sadarkan diri di sana.

Dipakaikannya kacamata hitam besar, dan kain untuk menutup kepalanya, serta selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia mendorong kursi roda itu keluar, ke arah keramaian. Tidak ada yang curiga.

Dia melirik ke arah tiga lelaki yang bersama jisoo tadi. Ketiga lelaki itu sedang bercakap-cakap dan membelakanginya.
Dengan cepat dia mendorong kursi roda itu dan membawa jisoo menjauh.

Begitu berada di tempat aman dan tidak terjangkau, dia mengangkat ponselnya dan menelepon.

“Ya?” suara di seberang sana menyahut cepat.

“Aku sudah mendapatkannya.”

“Bagus.” ada senyum di suara itu. “Bawa ke tempat yang sudah ditentukan.”

🌱

Ketika mereka lama menunggu dan jisoo tak kunjung keluar, taeyong mulai curiga. Dia melirik Jin dengan gelisah. Melempar tatapannya ke arah kamar mandi perempuan itu.

Orang-orang lalu lalang dan keluar masuk, tetapi tidak ada jisoo di sana.
Jin sendiri mulai menyadari ada yang tidak beres.

Tatapannya menajam. “Kita sudah menunggu terlalu lama,” gumamnya.

“Mungkin jisoo sedang sakit perut atau apa?” jaehyun berusaha menenangkan teman-temannya.

Tapi taeyong menghela napas tak sabar, dia mengambil ponsel dan menelepon nomor jisoo. Wajahnya memucat.

“Ponselnya tidak aktif.”
Dengan gerakan cepat dia melangkah ke arah toilet perempuan itu. Tidak  dipedulikannya seruan-seruan para perempuan yang sedang ada di sana.

“Maafkan saya.” taeyong menatap panik ke sekeliling ruangan. “Adakah yang melihat adik saya di sini?”
Tetapi jisoo tidak ada. Pintu kamar mandi itu terbuka, Kosong. Dan hanya ada dua orang perempuan tak dikenal di depan wastafel, menatapnya mencela karena berani-beraninya melongok ke toilet khusus perempuan.

Taeyong bergegas keluar, menghampiri Jin dan jaehyun, jantungnya berdebar kencang, “jisoo tidak ada di kamar mandi itu. Dia tidak ada di mana-mana!”








Tubuh jisoo yang tak sadarkan diri dibaringkan di atas ranjang.

Dia mengamati jisoo, lalu menoleh ke arah anak buahnya. “Kapan dia akan sadar?”

“Mungkin sekitar satu atau dua jam lagi.”

Dia tersenyum, “Bagus. Kau tunggui dia di sini. Begitu dia sadar, hubungi aku. Aku ingin ada di sini ketika dia membuka matanya.”

🌱

“Bagaimana mungkin kita bisa kehilangannya? dia ada di depan kita?” taeyong mengacak rambutnya dengan frustrasi.

Polisi sudah dihubungi dan mereka sudah memberikan keterangan. Taeyong juga sudah mengerahkan seluruh pegawainya untuk membantu pencarian.

Mereka sudah melakukan pelacakan kepada semua teman jisoo dan tidak ada titik terang. Lagipula jisoo tidak punya teman, dia hanya dekat sengan yooa dan saat ini yooa masih belum bisa dihubungi. 

Semua sudah dilakukan, tetapi jisoo benar-benar tidak terlacak. Dia seperti lenyap di telan bumi tanpa sengaja.

Bagaimana kalau ada yang melukai jisoo?

Taeyong tiba tiba merasakan ketakutan yang sangat dalam dari hatinya. Tidak! Dia tidak bisa kehilangan jisoo… Entah kenapa di saat seperti ini, taeyong baru menyadari bahwa dia… Dia mungkin memiliki perasaan lebih kepada jisoo.

Dan sekarang dia tidak tahu nasib jisoo seperti apa dan dimana. Apa yang dilakukan penculik itu terhadapnya?

Apakah mereka menginginkan uang?

Kalau memang menginginkan uang, taeyong pasti akan memberikannya, berapapun itu, demi jisoo. 

Dengan cemas dia menatap ke arah telepon. Polisi tampak lalu lalang di mansion itu, menunggu. Ya mereka menunggu telepon yang meminta tebusan. Biasanya kasus-kasus seperti ini akan disusul dengan telepon yang meminta tebusan. Tetapi mereka sudah menunggu beberapa jam. Dan telepon itu tak kunjung tiba.

Taeyong meringis, menahan nyeri yang tiba-tiba menyerang kepalanya. Seluruh pikiran buruk berkecamuk di benaknya. Bagaimana… Bagaimana kalau ternyata para penculik itu tidak meminta uang tebusan? Bagaimana kalau yang diinginkan oleh penculik itu hanyalah mencelakai jisoo?

Taeyong tersentak ketika ada yang menepuk bahunya, dia menoleh dan mendapati Jin disana, lelaki itu tampak pucat pasi dan frustrasi seperti dirinya.

Kenapa Jin juga tampak begitu cemas?

Apakah… Apakah Jin juga mempunyai perasaan lebih kepada jisoo?

“yooa sudah bisa dihubungi.”
Kata-kata Jin itu membuat taeyong lupa dengan kecurigaannya kepada Jin, dia langsung berdiri, mendekati Jin yang memasang loudspeaker pada ponselnya.

“Halo?” suara yooa tampak menyahut di seberang sana.

“yooa ini Jin. Apakah mungkin jisoo datang padamu atau menghubungimu?”

Suara yooa tampak bingung, “Tidak. Kami tidak bertemu hari ini. Bukankah jisoo sedang pergi ke taman hiburan bersama taeyong?”

“Dia hilang yooa, sepertinya dia diculik.”

“Apa?” yooa tampak terperanjat, “Bagaimana mungkin? Kenapa itu bisa terjadi?” yooa hampir berteriak, “Tadi pagi aku baru saja bercakap-cakap dengannya di telepon!”

“Dia diculik di toilet, kami lengah dan sepertinya penculik itu menyergapnya di toilet”

Jin menjelaskan dengan gelisah, “Saat ini kami semua sedang berkumpul di rumah taeyong, bersama para polisi, kami menantikan kalau-kalau ada telepon meminta tebusan.”

“Oh astaga. Aku akan bergegas kesana.” yooa berseru dengan nada panik, lalu menutup teleponnya.


























Tbc

Hayooo menurut kalian siapa yang nyulik jisoo?

Jangan lupa klik bintang dan comment😊😊

sweet enemy - Taesoo ✅Where stories live. Discover now