Bab 19

38K 1.7K 5
                                    

"Lo ngga kerja?!" Nadia berdiri di depan pintu kamar Dara dan mendapati adiknya itu masih bergelut di balik selimutnya. Sudah tiga hari dia seperti ini, mengurung dirinya di kamar dan menutup mulutnya rapat. Nadia mau tak mau resah juga melihat adiknya begini.

"Makan gih! Gue masak mie goreng tuh!" serunya lagi sambil menarik selimut Dara dengan sentakan kuat. Adiknya itu masih tak bergeming dari tempatnya,

"Gue ngga laper Na," sahut Dara pelan akhirnya.

"Lo kenapa sih Ra? Cerita lah sama gue. Lo berantem sama Zevan ya?" Dara bangun dari tidurnya, dan kemudian memeluk lutut sambil menumpukan dagunya disana.

"Gue ngga kenapa-napa Na, cuman lagi cape aja."

"Gue tau lo kuat, tapi badan lo ini ngga bisa terus bertahan kalo lo gini terus." Nadia tahu Dara sedang ada masalah saat ini, dan dia yakin masalah itu berhubungan dengan Zevan. Sebelumnya adiknya tak pernah bersikap seaneh ini. Apapun masalah yang dihadapinya, tak pernah membuat Dara segalau ini, dia masih tetap ceria dengan sifat menggebu-gebunya itu.

"Tar lo sakit Ra, lo ngga sayang sama diri lo sendiri?" bujuk Nadia lagi.

"Kalo laper juga nanti gue makan sendiri. Lo ngga usah ngurusin gue." Dara kembali menenggelamkan dirinya ke dalam selimut. "Lo persiapin diri lo aja buat acara nikahan yang tinggal beberapa hari lagi."

***

Suasana restoran yang sepi terasa nyaman, namun tak mengurangi rasa gugup yang menyerang Tari saat dia menunggu Zevan yang mengajaknya ketemu di tempat ini. Apa yang sebenarnya akan Zevan bicarakan padanya? Bukannya hubungan mereka sudah selesai? Malam saat ayahnya mengatakan permintaan yang dengan berani disampaikan oleh Zevan disampaikan kembali melalui ibunya, Tari menangis histeris tapi dia tak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya. Berhari-hari Tari menjadi seperti kehilangan arah, setiap hari pergi tanpa tujuan jelas. Namun perlahan, Tari mulai bisa menguasai dirinya dan kembali tenang. Bukan berarti dia benar-benar melepaskan Zevan, dia masih sangat mencintai cowok itu.

"Minum ini dulu ya, sambil nunggu Zevan." Tari memandang segelas lemon tea yang disodorkan padanya, mengenali suara ini. Andra tersenyum dan berdiri di samping Tari sambil meletakkan lemon tea yang dia bawa untuk Tari ke atas meja.

"Kamu?" lemon tea terasa benar-benar menyegarkan saat melewati tenggorokan Tari yang terasa kering. Dia menatap heran pada Andra yang masih berdiri di sebelahnya,

"Gue kerja disini. Lo nunggu Zevan kan?" Tari mengangguk pelan sambil tanpa sadar meremas tangannya saat teringat ada yang ingin Zevan bicarakan padanya. Mata jeli Andra bisa melihat kegelisahan itu di wajah putih Tari.

"Lo cuma harus ingat satu hal, kalian berhak bahagia. Cinta itu bukan sesuatu yang bisa dipaksakan Tari. Kalau menyerah adalah jalan terbaik, kenapa ngga lo coba?"

"Apa aku sanggup?"

"Lo pasti sanggup. Gue tau lo kuat Tari, lo pasti bisa ngelewatin semuanya. Itu Zevan datang, gue ke belakang ya." Andra beranjak dari tempatnya dan berjalan menghampiri Zevan yang terlihat baru memasuki pintu restoran masih dengan setelan kerjanya.

***

Zevan POV

"Semua harus lo selesaikan hari ini," bisik Andra sambil berjalan melewatiku sebelum masuk ke balik dapur restorannya. Kulihat diujung sana Tari sudah menungguku, dan dia tersenyum. Sangat berbeda dengan ekspresinya saat terakhir kami bertemu sehari sebelum aku mengutarakan permintaanku itu.

"Udah lama?" tanyaku basa-basi, masih bingung harus kumulai dari mana.

"Apa yang kamu mau bicarain?" aku tahu Tari berusaha keras menahan perasaannya, nada getir dalam suaranya yang tak bisa dia sembunyikan.Baiklah, aku akan membuat pembicaraan ini lebih cepat diselesaikan.

Did I Love My Maid (Silver Moon series)Where stories live. Discover now