Bab 12 (Genting)

983 77 18
                                    


***

Mahendra mengakhiri panggilan nya tanpa ingin mendengar bantahan dari assisten nya itu. Saat ini tidak ada yang lebih penting dari Alana dan Alendra. Mahendra akan bersiap apapun resikonya asal tidak kembali kehilangan jejak Alana dan Putranya, baginya meeting ini tidak ada artinya dibanding anak dan kekasih hatinya. Bukankah uang bisa dicari kapanpun tapi kebahagiaan itu mahal karena harta yang paling berharga itu adalah keluarga? Mahendra Berharap bisa bersatu kembali dengan Alana dan menjalin keluarga kecil yang bahagia bersama buah cintanya.

Alana sedang bingung sambil mengigit ujung kukunya, Ia resah menunggu kedatangan orang tuanya, apa yang akan Ia katakan jika Orang tuanya bertemu dengan orang tua Mahendra?

"Alana sudahlah, tenangkan dirimu. Percaya padaku semua akan baik-baik saja" Damar masih berusaha menenangkan Alana sambil mengusap punggung Alana pelan, tidak berselang lama Wiratama dan Andini benar-benar datang, Alana semakin Panik Ia beringsut bangun dari duduknya

"Ayah, Bunda" gumam Alana mencegat kedua orang tuanya yang menghampirinya

"Bagaimana keadaan cucu Ayah Alana? Dia baik-baik saja kan?"

"Ayah tenang dulu, semalam Alendra memang kritis karena mengalami penurunan trombosit yang sangat drastis, tapi beruntung Alendra mendapatkan pendonor, Ayah tahu sendiri kan? Golongan darahnya langka" keterangan dari Alana mampu membuat Andini dan Wiratama bernafas lega

"Syukurlah. Alana, sekarang bagaimana keadaan nya?" Tanya Wiratama

"Alhamdulillah Alendra sudah siuman"

"Yasudah kalau begitu Bunda pengen lihat keadaan nya, dimana Ia dirawat?"
Tanya Andini terlihat tidak sabar

"Heuh" Alana jadi kikuk mengingat di dalam ruangan Putranya ada Melodi dan Adijaya, apakah pertemuan ini memang sudah tidak dapat dielak lagi?

Andini dan Wiratama melirik ke dalam ruangan yang tidak jauh dari tempat Alana berdiri

"Pasti disana ruangan nya" terka Wiratama.

"Ayok Yah, kita lihat keadaan cucu kita" pungkas Andini, Wiratama memberi anggukan tanpa menunggu respon Alana yang seperti gugup.

Kedua orang tua itu berjalan mendekati pintu ruangan tempat dimana Alendra dirawat

"Mas Damar gimana ini?" Gumam Alana panik.

Damar ikutan panik Ia hanya menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal

"Kita sudah tidak bisa mengelak Alana, pertemuan ini akan tetap terjadi"

"Apa yang akan terjadi nanti?" Alana memegangi kepalanya jadi pusing dengan situasi klimaks ini.

"Everything Will be Oke"

Sementara Wiratama dan Andini sudah memutar knok pintu ruangan itu dan ketika dibuka mendapati Alendra berada diantara 2 orang paruh baya yang sedang mengajaknya bermain dan mengobrol.

Alendra yang melirik ke pintu pintu tertawa sumbringah

"Kakek, Nenek" teriak Alendra.

Wajah Wiratama masih sedikit bingung lantaran ada orang asing diruangan cucunya, namun mendengar panggilan cucunya Wiratama dan Andini pun tersenyum lalu menghampiri cucunya. Mengerti akan situasi dan siapa yang datang, Melodi dan Adijaya pun memberi ruang untuk keluarga Wiratama.

"Kakek sama Nenek kesini" tanya Alendra setelah mendapat kecupan kiri kanan dari nenek dan kakeknya

"Iya sayang, Alendra kata Bunda sakit yaa. Bunda kamu nggak ngabarin Kakek sama Nenek sih jadinya Kakek sama Nenek baru bisa kesini"

One Night Stand IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang